Ketika dunia manusia tiba-tiba terhubung dengan dimensi lain, Bumi terperangkap dalam kehancuran yang tak terbayangkan. Portal-portal misterius menghubungkan dua realitas yang sangat berbeda—satu dipenuhi dengan teknologi canggih, sementara lainnya dihuni oleh makhluk-makhluk magis dan sihir kuno. Dalam sekejap, kota-kota besar runtuh, peradaban manusia hancur, dan dunia yang dulu familiar kini menjadi medan pertempuran antara teknologi yang gagal dan kekuatan magis yang tak terkendali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rein Lionheart, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 31. Berkendara Menuju takdir
Matahari mulai tenggelam, mewarnai langit dengan warna jingga keemasan yang menggetarkan. Kael berdiri di tengah medan pertempuran yang kini sunyi, hanya sesekali terdengar gemerisik angin yang melewati reruntuhan. Pasukan Arkemis telah hancur, dan tubuh musuh terbaring tak bergerak. Namun, kemenangan ini terasa berbeda. Ia tidak bisa sepenuhnya merasa lega—dalam hatinya, ada kekhawatiran yang tak bisa diabaikan. Kemenangan ini adalah awal dari sebuah perjalanan baru yang lebih besar dan penuh tantangan.
Ceryn mendekat dengan langkah hati-hati, wajahnya menunjukkan campuran rasa lega dan keprihatinan. "Kamu baik-baik saja?" tanyanya sambil melihat Kael dengan seksama. “Kekuatanmu dalam Vanguard-9 luar biasa, tapi aku bisa melihatnya, Kael. Kamu masih... tidak puas.”
Kael mengangguk perlahan, matanya terpaku pada medan yang kosong, seakan menatap masa depan yang tak terlihat. "Aku menang, ya. Tapi aku tahu ini baru permulaan. Ini bukan hanya tentang kekuatan yang aku miliki atau armor ini... Arkemis bukan ancaman terakhir yang akan datang."
Ceryn menghela napas, menyentuh bahu Kael. "Kamu benar. Dunia ini telah berubah. Banyak yang telah hilang, dan banyak yang masih harus kita hadapi. Tapi jangan lupa, Kael—kamu telah melangkah jauh. Dari yang tidak memiliki apa-apa, hingga menciptakan sesuatu yang luar biasa. Vanguard-9 bukan hanya alat—itu simbol dari dirimu yang lebih kuat, yang tidak hanya bergantung pada satu benda untuk bertahan."
Kael menatapnya, merasa sedikit lebih tenang. Ia tahu Ceryn benar. Tetapi masih ada kekosongan yang sulit untuk dijelaskan. Vanguard-9 adalah cerminan dari perjuangannya, tetapi dia tahu ia masih harus memahaminya sepenuhnya. Kekuatan yang datang dari alat ini adalah bagian dari prosesnya untuk memulihkan dirinya, tetapi ada bagian dari dirinya yang merasa bahwa ini bukanlah akhir dari pencariannya. Selama ini, dia telah berjuang untuk menemukan kembali diri sendiri setelah kehilangan artefak itu, dan meskipun armor ini memberinya kekuatan luar biasa, ia tahu bahwa tanpa rasa percaya diri dan pengetahuan yang lebih dalam, kekuatan itu bisa menjadi pedang bermata dua.
"Saya tahu," jawab Kael, suaranya lebih lembut. "Tapi apa yang terjadi setelah ini? Apa yang aku lakukan setelah mengalahkan Arkemis? Apa yang akan terjadi jika ancaman yang lebih besar datang?"
Ceryn menarik napas, matanya menatap jauh ke depan, menuju horizon yang dipenuhi sisa-sisa dunia yang telah hancur. "Kita akan mencari tahu. Dunia ini penuh dengan rahasia, Kael. Ada banyak yang tersembunyi di dalamnya—kemungkinan yang belum kita pahami sepenuhnya. Kita akan menjelajahi apa yang tersisa, dan kita akan mencari orang-orang yang bisa membantu kita menghadapinya. Tidak ada lagi waktu untuk takut. Tidak ada lagi waktu untuk menyesali masa lalu."
Kael menatap Ceryn dengan keyakinan yang mulai tumbuh dalam dirinya. Di satu sisi, ia merasa terikat oleh kenyataan bahwa dunia yang baru ini penuh dengan ketidakpastian. Namun, di sisi lain, perasaan pemberdayaan mulai mengalir melalui tubuhnya. Bukan hanya karena Vanguard-9, tetapi karena pemahaman bahwa ia tidak lagi berjuang sendirian.
Beberapa hari setelah kemenangan atas Arkemis, Kael dan Ceryn kembali ke Kota Baru. Kota yang dulunya penuh dengan kehancuran dan reruntuhan kini mulai memperlihatkan secercah harapan. Sisa-sisa manusia yang bertahan hidup mulai membangun kembali komunitas mereka, dan Kael merasakan adanya semangat baru yang tumbuh di antara mereka.
Di tengah-tengah kerja keras itu, Kael mulai berfokus pada perkembangan Vanguard-9. Ia tahu bahwa armor ini hanyalah langkah awal, dan masih banyak perbaikan yang perlu dilakukan untuk menjadikannya lebih sempurna. Ia tidak hanya ingin mengandalkan teknologi untuk bertahan hidup—ia ingin menciptakan sistem yang lebih efisien, yang bisa menggabungkan kekuatan manusia dengan kecanggihan mesin.
Hari demi hari, Kael kembali ke bengkel, memodifikasi bagian-bagian dari armor, memperkenalkan sistem energi yang lebih terbarukan dan komponen yang lebih ringan, tetapi lebih kuat. Selama proses ini, Kael merasa lebih dekat dengan apa yang ia ciptakan—seperti armor itu adalah cermin dari perjalanan hidupnya. Ada banyak percakapan dalam dirinya tentang apa yang telah dia lalui, dan bagaimana setiap langkah menuju perbaikan armor ini juga merupakan langkah menuju perbaikan dirinya.
Namun, saat itu juga Kael menyadari sesuatu yang lebih mendalam. Keputusan yang dia ambil untuk menggantungkan dirinya pada teknologi ini bukan hanya soal kekuatan. Vanguard-9 adalah simbol dari keinginan untuk bertahan, tetapi itu juga mengingatkannya pada realitas dunia baru yang harus mereka hadapi bersama. Dunia yang penuh dengan ancaman tak terduga, tapi juga penuh dengan kemungkinan. Dunia yang penuh dengan harapan, bahkan jika itu tersembunyi di balik kegelapan.
Suatu malam, saat Kael sedang mengutak-atik Vanguard-9 di bengkel, dia mendengar suara yang datang dari alat komunikasi. Di layar muncul sebuah sinyal yang menandakan adanya pesan yang masuk. Kael mengaktifkannya, dan suara yang dikenalnya segera terdengar.
"Kael, apakah kamu mendengar saya?"
Kael menelan ludah, mengenali suara itu dengan cepat—itu suara dari seorang mantan aliansi lama, seorang jenderal dari kelompok pemberontak yang dulu berjuang bersama Kael. "Aku mendengarmu," jawabnya, suaranya sedikit terkejut. "Apa yang terjadi? Apakah ada masalah?"
Di ujung lain, suara itu terdengar gelisah. "Kael, ada sesuatu yang lebih besar sedang bergerak. Kami telah menemukan petunjuk tentang tempat di mana kekuatan lama masih ada. Sesuatu yang bahkan Arkemis belum bisa temukan. Kami membutuhkanmu, Kael. Kami membutuhkanmu untuk memimpin kami."
Kael terdiam, merenungkan kata-kata itu. Ada ketegangan yang mulai tumbuh di dalam dirinya, namun juga rasa panggilan yang kuat. Kekuatan besar yang tersembunyi di dunia ini. Kekuatan yang bisa mengubah semuanya.
Dia menatap Vanguard-9 yang tergeletak di meja, lalu menatap Ceryn yang berdiri di pintu bengkel, menunggunya. Kael tahu keputusan yang harus dia buat. Dunia ini lebih besar dari yang ia bayangkan. Petualangan ini baru saja dimulai.
"Aku akan pergi," kata Kael dengan tekad. "Kita tidak bisa lagi bersembunyi. Ini waktunya untuk maju, menghadapi takdir yang sudah menunggu."
Dengan itu, Kael mengenakan kembali Vanguard-9, merasa bahwa perjalanan panjang yang penuh ketidakpastian dan bahaya baru saja dimulai.