kisah cinta seorang gadis bar-bar yang dilamar seorang ustadz. Masa lalu yang perlahan terkuak dan mengoyak segalanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 16
"Dia mau masuk ke kamar nggak sih? Bikin deg-degan aja. Apa jangan-jangan...."
Adiba menggeleng. Gadis itu gelisah karena ini adalah malam pertamanya dengan Satria namun sejak lelaki itu keluar dari kamar tadi iya belum menampakan hidungnya lagi.
"Gini amat sih malam pertama,"gumam Adiba gelisah. Sebenarnya ia juga takut, tapi ia juga penasaran.
Adiba meremas-remas tangannya, betapa gelisahnya ia sekarang menanti Satria masuk ke kamar.
"Nggak bisa dibiarin nih, aku harus keluar,"gumam Adiba memutuskan. Ia pun melangkah mendekati pintu, hendak membuka benda kokoh itu namun tak jadi.
"Sabar sabar Adiba. Jangan terlihat sekali kamu sedang menunggunya. Emang siapa sih yang lagi nungguin dia? Aku? Enggaklah, ngapain nungguin dia? Aku cuma takut aja nanti dia gitu-gituin aku pas lagi tidur... Hyyyy!!"
Adiba malah mengoceh-ngoceh sendiri dalam kegelisahannya. Ia lantas kembali duduk di atas ranjang, memeluk lututnya sendiri dengan pandangan yang melihat ke pintu. Adiba masih saja gelisah.
"Aku kunci aja lah pintunya. Bikin gelisah aja dia ini masuk nggak, iisshh!"
Adiba turun lagi dari ranjang mendekati pintu, tangannya sudah menyentuh handel hendak mengunci. Namun tak jadi. Sekarang ia malah sedikit menarik pintu kamarnya dan mengintip dari celah segaris.
"Mas Satria nggak ada, " bisiknya pada diri sendiri.
Adiba lantas berjingkat keluar. Gadis itu melangkah sampai ke ruang tengah. Bersembunyi di balik tembok dan mengintip dari sana. Di ruangan itu memang terdengar suara orang yang sedang mengobrol. Pak Mus, Satria, dan juga bunda Sawitri.
"Ish pada ngobrolin apa sih mereka asik banget," gerutu Adiba cemberut. "Aku bukannya apa, kalau nggak masuk kamar kan bisa langsung ku kunci. Kalau kayak gini gimana coba? Aku kunci nanti dimarahin ayah, nggak dikunci, nanti dia masuk terus gitu-gituin aku lagi. Hhiiiyyy, nggak banget!" Adiba berdiri menyilangkan tangan menutupi dadanya.
"Loh Adiba kamu ngapain di situ?"
Tiba-tiba bunda Sawitri melihat ke arahnya dan menegur. Adiba kembali menyembunyikan kepalanya yang melongok. Sudah terlanjur kepergok masih mau lanjut sembunyi, akhirnya ia putuskan untuk keluar juga.
"Isssshhhh, pada ngobrol, Adiba nggak diajak," omel Adiba melangkah mendekat lalu duduk di samping bundanya.
"Lah orang kamunya tadi yang di kamar nggak mau keluar-keluar," kelit sang bunda.
"Kalian ngomongin Adiba ya, "tunjuk Adiba mengangkat jarinya dengan mata yang memicing.
Bunda Safitri dan ayah Mus tertawa.
"Emang tadi ngomongin kamu, jaman kamu masih kecil suka rewel, bandel, dibilangin nggak nurut, suka marah-marah. "
"Iisshh, tuh kan bunda sama ayah jahat! Ngomongin Diba di belakang Diba," rajuk Adiba cemberut. Pak Mus dan Bunda Sawitri terkekeh lagi.
"Udah malam sana tidur, kalian pasti capek banget, besok bangun subuh temenin bunda ke pasar," suruh Bunda Sawitri, seraya mengusap kepala anaknya.
"Ya ayah, iya Bunda."
"Oh jadi ceritanya tadi Adiba susulin Satria nih!?" Ledek Pak Mus membuat wajah Adiba memerah karena malu.
"Is enggak! Siapa juga yang susulin. Orang Adiba baru selesai bersih-bersih," elak Adiba dengan wajah masam tak lupa dengan bibirnya yang maju beberapa senti.
Pak Mus dan Bunda Safitri terkekeh, Satria pun ikut mengulas senyum. Yang malah membuat wajah Adiba semakin memerah dan malu.
"Iih beneran, kenapa kalian gak percaya sih?" Wajah Adiba makin merah padam karena malu dan marah.
"Iya iya, "sahut Pak Mus yang malah semakin menggoda.
Satria beranjak dari duduknya "Bunda ayah Satria Ke kamar dulu ya,"pamitnya sopan.
"Iya, nak Satria, jangan terlalu brutal pada anak kami ya, " pesan Pak Mus mengerling. Satria hanya membalas dengan senyuman saja.
"Nanti kami akan berusaha berpura-pura nggak dengar kalau ada suara teriakan, "lanjut Bunda ikut menggoda.
"Apa sih bunda, "sungut Adiba."Adiba tidur sama Bunda aja lah. "
"Nggak boleh gitu, kalau udah punya suami tidur ya sama suami, masa sama Bunda. Malam pertama lagi. Udah sana masuk ke kamar! "Suruh Bunda Sawitri.
"Bunda! " jerit Diba yang mendapat dorongan dari bundanya.
"Udah sana masuk ke kamar, "suruh bundanya lagi.
Akhirnya dengan malas-malasan Adiba pun melangkah ke kamar mengikuti Satria yang sudah lebih dulu masuk ke sana. Di kamar Satria sedang berganti baju, melepas kemejanya dan mengambil kaus dalam kopernya. Adiba melebar meneguk ludahnya melihat lelaki itu sedang memakai kaos hitam. Tak ingin matanya ternoda dan lebih terpesona, Adiba pun memejamkan matanya. Harga dirinya terluka jika jatuh cinta secepat itu pada Satria.
"Astagfirullah, Jangan tergoda Adiba."Adiba bergumam dalam hati.
"Kamu ngapain di situ cepetan masuk "suruh Satria yang sudah selesai mengganti bajunya.
Adiba mengintip membuka sebelah matanya Satria sekarang sedang berjalan kemudian berhenti di samping ranjang.
"Sudah selesai ya, ganti bajunya." Adiba bergumam merasa lega. Lalu memberanikan diri melangkah masuk.
"Tutup pintunya, nanti di intip bunda sama ayah, loh."
Adiba terkesiap, karena terlalu gugup sampai lupa menutup pintu. Ia lekas berbalik dan menutup pintu kamar.
"Aku tidur di mana, mas?" tanya Adiba yang melihat Satria sudah duduk di atas ranjang.
"Ya di sinilah, masak di lantai?"
Adiba tercenung, wajahnya langsung berubah. Satria malah terkekeh.
"Sini!"
"Apa mas Satria Sudah kebelet banget pengen? Apa benaran kata ayah? Mas Satria sebrutal itu?" Adiba bermonolog.
"Adiba...." panggil Satria tetap lembut.
"A- Adiba tidur didepan aja deh." Karena terlalu gugup dan takut, akhirnya dia malah mau melarikan diri. Berbalik dan menyentuh hendel pintu. Ia berusaha menarik, tapi tak bisa, melihat ada tangan lain yang menahannya.
"Haaahh? mas Satria? a-apa dia mau anuin aku sekarang?"