Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Mall
Setelah kepergian Damian, Anastasya kembali ke kamarnya, ia mengambil obat yang yang semalam di beli Damian kemudian meminumnya. Tidak berselang lama Kanaya masuk kamar.
"Kamu baik-baik aja?" Tanya Kanaya.
"Iya." Singkat Anastasya.
"Kata Kak Damian, obat yang kamu minum salah ya?" Tanya Kanaya.
"Iya, mungkin ketukar dengan obat orang lain saat di apotik." Jawab Anastasya." Kanaya menghela napas lega, ternyata hanya Damian yang mencurigainya, itupun dia tidak memliki bukti apapun.
"O ya? bisa bahaya dong! gimana kalo sakit kamu nggak cocok dengan obatnya?" Tanya Kanaya pura-pura kaget.
"Kata dokter emang seperti itu." Lirih Anastasya.
"Baiklah kalo kamu sudah minum obat. Aku keluar dulu, aku ingin mengajak Radit bermain di Mall. Seandainya saja kamu sudah sembuh kita bisa jalan-jalan bareng." Kanaya memperlihatkan wajah sedihnya.
"Apa boleh aku ikut?" Tanya Anastasya.
"Kamu kan masih sakit." Kanaya menggeleng tidak setuju.
"Aku hanya lupa ingatan, tapi kalo jalan aku sudah kuat kok, kemarin memang agak lemas sih! tapi setelah minum obat dari dokter semalam, aku sudah merasa jauh lebih baik." Jelas Anastasya. Ia sudah sangat bosan tinggal di rumah, ia juga ingin jalan-jalan menghilangkan rasa jenuhnya.
"Kalo kamu ingin ikut, aku sih nggak masalah, tapi kamu ijin kak Damian dulu, Aku takut jika membawamu tanpa ijinnya." Ujar Kanaya.
"Kamu tenang aja, aku akan membujuknya." Ujar Anastasya tersenyum berbinar.
"Oke kalo gitu, aku keluar dulu, nanti siang kita pergi." Kanaya keluar dari kamar Anastasya kemudian menuju kamar Weni.
"Tok.. tok.. tok.."
Kanaya mengetuk pintu kamar Weni, setelah Weni membuka pintu kamarnya Kanaya masuk lalu mengunci pintu kembali.
"Gimana? dia mau ikut nggak?" Tanya Weni antusias.
"Iya Mah, Mama bener. Dia ngotot ingin ikut jalan-jalan." Jawab Kanaya.
"Bener kan apa kata Mama. Sekarang kamu tinggal lakukan apa yang Mama perintahkan." Ujar Weni.
"Baik Mah, aku bener-bener sudah nggak sabar nyingkirin perempuan itu Mah. Dia sudah terlalu banyak nyakitin hati aku, dan juga merebut perhatian Mas Damian dariku dan Radit." Ujar Kanaya.
"Ya sudah, kamu lakuin aja yang Mama omongin." Weni duduk di sisi ranjang dan Kanaya juga ikut duduk.
"Mah, soal obat yang Mama tukar, mereka sudah mengetahuinya, mas Damian sempat curiga padaku, tapi dia nggak punya bukti, jadi Mama nggak usah khawatir, kita masih aman." Ujar Kanaya.
"Apa? kenapa secepat itu mereka mengetahuinya?" Kesal Weni.
"Ia Mah, tapi tenang aja mereka nggak curiga dengan Mama, tapi Mas Damian malah curiga dengan aku." Jelas Kanaya.
"Ya sudah, sekarang kamu siap-siap ke Mall. Mama akan telpon Damian untuk mentransfer uang untuk kamu dan Radit." Weni mengambil ponselnya lalu menghubungi Damian.
"Makasih Mah." Semangat Kanaya.
Kanaya keluar dari kamar Weni menuju kamarnya, ia mengambil ponselnya di atas tempat tidur kemudian menelpon seseorang.
"Halo.." Jawab Rudi.
"Lo sudah di Jakarta kan?" Tanya Anastasya.
"Ia, kenapa? Lo sudah kangen dengan gw?" Tanya Rudi.
"Gila Lo, kangen apaan? Kerjakan saja yang ke minta." Kesal Kanaya.
"Oke! Tapi gw minta bayaran."
"Ia, nanti gw transfer, berapa yang Lo butuhin?"
"Gw nggak butuh uang Lo, Uang gw sudah banyak, Gw mau Lo temenin gw tidur setelah pekerjaan gw beres. Gimana?"
"Nggak! gw nggak mau! Lo minta yang lain aja." Tolak Kanaya.
"Tapi gw cuma mau itu, gimana dong!"
"Dasar brengsek Lo!"
"Ya udah! kalo Lo nggak mau, gw juga nggak mau lakuin apa yang Lo inginkan."
Kanaya berpikir sejenak, ia juga butuh pelampiasan karena Damian selalu menolaknya. "Baiklah, aku akan menemui mu di apartemen kamu." Ujar Kanaya setuju.
Setelah menutup telpon Kanaya melempar ponselnya ke atas tempat tidur, " Brengsek! dia selalu saja mendapatkan keuntungan dari ku." Umpat Kanaya.
Anastasya mengambil ponselnya kemudian menghubungi Damian. Ponsel lama Anastasya yang tertinggal di mobil saat di Bandung, sudah Damian berikan padanya semenjak mereka tiba di Jakarta.
"Drrt.. drrt.. drrt.."
Bunyi ponsel Damian
"Halo sayang..!" Jawab Damian setelah melihat wajah Anastasya di ponselnya.
"Mas.."
Suara manja Anastasya membuatnya tersenyum lebar, "Iya sayang.. kamu kenapa? apa kamu butuh sesuatu?" Tanya Damian.
"Kanaya ingin ke Mall, aku boleh ikut ya? aku ingin jalan-jalan, aku bosan di rumah terus." Melas Anastasya.
"Mall?" Tanya Damian berpikir, ia takut jika terjadi sesuatu dengan Anastasya di Mall.
"Ia sayang, boleh ya?" Bujuk Anastasya.
"Lebih baik jangan sayang! di Mall terlalu ramai, aku takut kamu tiba-tiba sakit di sana." Tolak Damian.
"Mas, ada Kanaya yang temenin kok, aku ingin main dengan Radit di sana." Bujuk Anastasya kembali.
"Baiklah, tapi ingat bawa ponsel kamu, jika ada sesuatu segera telpon aku. Jika pekerjaan ku cepat selesai, aku akan menyusul mu." Dengan berat hati Damian menyetujui, ia tidak tega melihat wajah memelas istrinya, dia juga berpikir Anastasya butuh hiburan untuk me-refreshing otaknya.
"Makasih sayang...! Dah-..." Anastasya menutup telponnya. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.
Setelah mandi dan pakaian ia duduk di depan cermin, memakai make up tipis dan lipbalm di bibirnya. Ia tersenyum manis melihat hasil makeup nya yang menurutnya sudah sempurna. Ia memasukkan ponselnya ke dalam tas kemudian berjalan menuju kamar Radit.
"Radit...!" Sapa Anastasya.
Radit menoleh kemudian ia segera menggendong Radit, "Kita akan jalan-jalan, kamu harum banget, sudah ganti baju ya?" Anastasya mencium pipi gembul Radit.
"Rini, biar saya yang jagain Radit." Ujar Anastasya pada baby sitter Radit
"Iya Nyonya." Rini menunduk kemudian segera keluar dari kamar Radit.
"Mbil." Ucap Radit.
"Mau mobil ya? itu ada mobilnya, nanti Tante beliin Radit mainan lagi." Anastasya memberikan mobil-mobilan kepada Radit.
Tidak lama kemudian Kanaya masuk ke dalam kamar.
"Wah.. cantik sekali kamu." Puji Kanaya melihat penampilan Anastasya.
"Kamu juga sangat cantik, pasti Papanya Radit nyesel ninggalin wanita secantik kamu." Puji Anastasya.
'Jadi mas Damian bilang, aku di tinggalkan suamiku? keterlaluan kamu Mas!' Batin Kanaya kesal. Dia tidak pernah menyangka jika Damian akan mengatakan hal itu pada Anastasya.
"Hehehe, sudah ayo kita berangkat. Radit biar aku yang gendong." Kanaya mengulurkan tangannya ingin mengambil Radit.
"Nggak usah, biar Radit sama aku aja. Kamu kan mau nyetir mobil." Tolak Anastasya.
"Iya juga ya." Kanaya tersenyum kemudian mereka keluar dari kamar.
"Rini..! kamu juga ikut! kamu sudah bawa semua keperluan Radit kan?" Tanya Kanaya.
"Sudah Bu." Jawab Rini mengikuti langkah mereka menuju mobil.
Setelah semuanya duduk di mobil, Kanaya melajukan mobilnya menuju salah satu Mall terbesar di Jakarta.
"Kamu mau beli apa Tasya?" Tanya Kanaya.
"Aku temenin Radit main aja." Jawab Anastasya.
"Kenapa nggak beli baju, atau tas, atau sepatu? pasti banyak model keluaran terbaru tuh. Kalo aku pengen beli Tas. Kemarin aku liat di majalah banyak model tas branded." Ujar Kanaya penuh semangat. Damian sudah mentransfer uang di rekeningnya 100 juta.
Anastasya hanya tersenyum 'Kanaya nggak punya suami tapi kok uangnya banyak? dia juga nggak kerja. Dari mana dia dapat uang sebanyak itu ya? Ah.. ngapain gw mikirin itu?' Batin Anastasya.
"Kamu punya ATM kan?" Tanya Kanaya kembali.
"Punya, ATM ku nggak pernah keluar dari dalam dompet." Ujar Anastasya.
"Tuh kan, beli aja apa yang kamu inginkan. Kak Damian selalu kasih kamu yang kan?" Tanya Kanaya.
"Aku nggak ingat, tapi setiap bulan dia bilang sudah transfer uang bulanan untuk aku." Jawab Anastasya.
"Kamu tau berapa nggak jumlahnya." Tanya Kanaya penasaran berapa uang belanja yang di berikan Damian padanya.
Anastasya menggeleng, "Nggak." Jawabnya.
"Lho kok nggak tau? harusnya kamu cek dong? siapa tau kurang." Ujar Kanaya.
"Aku nggak masalah, toh aku juga nggak pernah keluar rumah, dan semua keperluan aku juga sudah terpenuhi." Ujar Anastasya.
Kanaya diam sejenak, ia merasa sifat Anastasya sangat bertolak belakang dengannya.
Setelah 30 menit, akhirnya mereka tiba di Mall. Mereka turun di parkiran kemudian berjalan masuk ke dalam.
"Kamu laper nggak?" Tanya Kanaya.
"Iya." Jawab Anastasya.
"Sama, aku juga. Bagaimana kalo kita makan dulu baru ke tempat permainan." Usul Kanaya.
"Boleh, aku setuju." Jawab Anastasya.
Mereka menuju salah satu cafe & resto kemudian duduk dan memesan beberapa makanan untuk mereka.
"Rini, nanti kamu temenin Radit main dulu ya? aku dan Tasya mau belanja." Perintah Kanaya sambil menunggu pesanan mereka datang.
"Iya Bu." Jawab Rini.
Setelah beberapa menit, makanan mereka datang, Pelayan resto menatanya di atas meja kemudian mereka menikmatinya.
'Makanlah sepuasnya sebelum kamu berakhir.' Kanaya melirik Anastasya dengan senyum licik di wajahnya.
.
.
.
Bersambung.....
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
tendang aja burungnya biar ga BS terbang sekalian . gedeegggggg bgt.
ga mgkn hamil juga lah. kayaknya si Damian mandul. tp ditipu SM Mak Lampir.
gunakan hp, minta tolong Austin kek, atau minta tolong Tirta kek. gedeghhggg