“Ale, kakek cuma minta satu permintaan kekamu. Menikahlah dengan gadis yang difoto ini, namanya Olivia Gumolily dia gadis baik, dia anak teman Papa Mama mu dulu. Kakek titip Olivia ke kamu sayangi dia” - Wasiat kakek Axel Caprice Alessandro Caprice merupakan pewaris kerajaan bisnis yang memiliki campuran darah Italia, dia merupakan boss dari mafia besar de’Mons yang terkenal dengan keganasannya. Ale adalah seorang dengan wajah tegas dan dingin, tidak ada kata perempuan dihidupnya selain mediang ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Yolanda JM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LA-Bab 26 Fitting Gaun Pertunangan
Ale keluar dari kamarnya dengan pakaian lengkap, kaos hitam, celana kain hitam dan jaket kulit warna hitam. Beberapa orang sudah siap dibawah sana, termasuk dengan Pete.
Ale ngisyaratkan untuk berangkat dan mereka berangkat dengan 4 mobil dengan masing-masing orang didalam nya ada 4 hanya mobil ditumpangi Ale saja 3 orang.
“Kau sudah siapkan semua?” – Pertanyaan itu mengarah ke Pete
“Sudah tuan, sudah siap semua” – Pete mantab dengan jawabannya
Mereka akan melakukan transaksi untuk pembelian senjata api, Ale akan mengawal sendiri samapi bertemu dengan orang yang membeli.
“Penjagaan rumah sudah kau urus?” – Ale juga memikirkan rumah yang ada calon tunangannya itu
“Sudah tuan, tugas yang anda berikan kesaya juga sudah saya cari, segera saya kirimkan” – pete mengotak atik ipadnya mengirim beberapa video dan foto tentang orang yang mencelakai Olivia.
“Clarisa” – desis Ale
“Dimana wanita ini?” – Ale bertanya
“Posisinya sudah ada di London tuan, dia mendatangi kontrak dengan salah satu brand disana” – Pete mencari informasi
“Sesekali awasi dia, jika dia berulah potong lehernya” – Ale geram dengan tindakannya Clarisa yang ada di video itu, bisa-bisa dia menarik rambut Olivia dan mencekik leher Olivia seperti itu.
Ale, Pete dan ebebrapa pengawalnya turun ke lokasi, mereka melakukan transaksi kurang lebih 1 jam lebih dengan berbagai obrolan.
Setelah itu Ale menyempatkan diri untuk ke markasnya, disana banyak sekali anggota yang memukuli orang yang pasti karena berulah dengan mereka.
Ale hanya mengecek dan melihat saja tanpa ikut mencampuri mereka. Saat Ale berjalan, mereka semua langusng menunduk hormat. Hampir 2 jam Ale melihat kondisi markasnya dengan ro**k di tangannya. Dia memutuskan untuk pulang.
Dia pulang tepat jam 4 pagi. Olivia masih tertidur di kasurnya. Dia langsung melepas semua bajunya, melemparkan semua ke keranjang cucian, bergabung dengan Olivia hanya memakai celana piyama. Ale menelusup ke leher Olivia menghirup bau badan Olivia dan mengecup beberapa kali lehernya sampai dia tertidur.
Keesokkan harinya, Ale masih tertidur dengan posisi yang sama. Olivia perlahan membuka matanya, dia melihat Ale tertidur dilengannya dengan wajah berada pas di lehernya, keningnya bertabrakan dengan pipi miliknya.
“Al bangunlah, sudah siang kau tidak bekerja?” – Olivia menggoyangkan tubuh Ale
Tidak ada jawaban dari Ale hanya gerangan, bahwa dia terganggu.
“Al bangunlah kau berat” – Olivia menggoyangkan tubuh Ale sekali hingga Ale mengangkat tubuh Olivia dan meletakkan ke dadanya dia memeluk erat tubuh Olivia dengan posisi Olivia diatas tubuh Ale.
“Aku mau mandi… lepaskan” – Olivia berusaha bangun
“huuuuuhh” – Olivia menyerah dia berdiam diri dengan mata terbuka, dia menikmati bau khas dari badan Ale, bau maskulin dan wanginya tidak pernah di cium sebelumnya
Tiba-tiba Ale terduduk, Olivia juga terangkat tapi masih dalam kungkungan Ale.
“Aku akan mengantarmu ke butik Eliz, sopir akan membawamu pulang nanti” – Ale
“Iya makasih, nanti aku akan meminta supir untuk mengantarku ke kafe” – Olivia
Ale mengangkat tubuh Olivia menggendongnya ke arah kamar mandi, dia menurunkannya dikamar mandi dan menutup pintu kamar mandi.
Olivia segera melakukan semua ritual mandinya. Dia keluar seperti biasa tidak ada Ale disana, dilangsung bersiap memilih baju yang nyaman untuk dia gunakan. Dia memakai celana kain sepaha dengan atasan kaos dan diselimuti oleh blaser warna senada dengan celannya.
Dia keluar menuju kearah dapur, ada beberapa pelayan memasak untuk mereka.
“Boleh aku bantu?” – Olivia dengan ceria
“Tidak perlu nona, makanan sudah siap semua” – Pelayan sudah proses menghidangkan satu-per satu
“Ehm Ale sudah dibuatkan kopi?” – Olivia bertanya ke salah satu pelayan
“belum nona, akan saya buatkan” – Pelayan langsung mengambil cangkir tapi di tahan oleh Olivia
“Aku saja yang buatkan, mbak bantu yang lain aja” – Olivia cekatan langsung mengangkat gelas tersebut, menyiapkan kopi di coffemaker dan menyiapkan susu.
Dia sebenarnya tidak tau takaran Ale seperti apa tapi dia membuat sesuai dengan kreasinya. Kopi yang dia sajikan dicampur dengan susu sedikit.
Ale turun ke meja makan, Olivia langsung menyajikan kopi buatannya. Ale meliriknya karena penampilan kopinya berbeda.
“Aku yang buat, jika tidak enak jangan salahkan mereka” – Olivia
Olivia kursi samping Ale, dia menunggu sarapan yang dihidangkan oleh beberapa pelayan. Dia menikmati sarapannya dan Ale menikmati kopinya. ‘Kopinya enak’ – Ale hanya mengungkapkan didalam hatinya.
Setelah menyelesaikan sarapnnya Olivia dan Ale masuk kedalam mobil menuju ke butik Elizabeth. Mereka sudah sampai Olivia turun sedangkan Ale langsung menuju kantornya. Roy sudah masuk bekerja lagi, dia sedang memantau Olivia dari jaug dengan beberapa rekannya.
“Bisa saya bantu nona” – salah satu pegawai butik
“Ehm saya Olivia, bisa bertemu dengan Elizabeth?” – Olivia
“Nona sudah buat janji” – Pegawai tersebut
“Sudah, atas nama Olivia” – Olivia tersenyum ramah
“mohon tunggu sebentar” – pegawai terseut langsung menyambungkan ke Elizabeth.
5 menit Olivia menunggu disalah satu sofa disana, hingga ada suara cempreng milik Elizabeth terdengar
“hay kakak iparrr… maaf membuatmu menunggu lama” – Elizabeth cipika cipiki
“Ale tidak datang” – Eliz melihat Oliv yang datang sendirian
“Dia bekerja” – Olivia memberi pengertian
“Okedeh, ayo langsung ketempat fitting, kau bisa mencoba semua baju-bajuku” – Eliz dengan heboh
“Ini gaunnya” – Olivia memberikan paperbag
“bagaimana sudah pas atau kekecilan?” – Eliz menerimanya
“terlalu besar untukku” – Olivia
“Kita langsung coba beberapa gaun saja disana, aku sudah membuatkanmu gaun pertunangan nanti cobalah” – Eliz menggandeng tangan Olivia
Mereka sudah sampai di tempat yang bisa dikatakan surga bagi perempuan, banyak sekali baju dengan segala model disana.
“Ini gaun pertunanganmu bagaimana?” – Eliz memperlihatkan gaun tersebut
Olivia hanya diam karena menurutnya ini terlalu heboh untuk dia pakai dipertunangan
“Kau tidak suka?” – Eliz
“Maaf Eliz apakah bisa sedikiti dirombak?” – Olivia tidak enak
“Boleh kok… kamu mau yang seperti apa?”- Eliz antusias
“Emm aku ini dan ini dihilangkan terus ini dibuat polos aja, untuk belahan pahanya tidak masalah untukku, itu saja” – Olivia
“Kau sepertinya berbakat denga mode jaman sekarang kakak ipar” – Eliz
“Hahaha tidak juga” – Olivia tertawa
“Aku akan merombaknya untukmu” – Eliz bersemangat mengintruksikan ke pegawainya untuk merobak gaun tersebut.
“Apa Ale tau tentang desain gaun ini?” – Olivia
“Iya dia tau tentang desain ini tapi untuk perombakan belum” – Eliz
“Jangan diberi tahu, biarkan saja” – Olivia mencegahnya
“kau mau memberikan surprise?” – Eliz sangat sangat heboh
“Mungkin” – Olivia bingung dengan jawabannya
“oke aku akan diam” – Eliz bisa diajak bekerja sama
“Ehmm Eliz apakah kamu punya 1 gaun lagi yang bisa digunakan sebagai tamu undangan?” – Olivia
“Ada disana, untuk siapa?” – Eliz dengan jiwa keponya
“untuk temanku Anna, aku akan mengundangnya di pesta nanti” – Olivia
“Ayo aku antar kamu bebas memilih yang mana, ini hadiah perkenalanku dengan temanmu, boleh aku anggap temanku juga?” – Eliz sangat imut
“Kau akan bertemu dengannya, jika kau suka kau bisa menganggapnya teman” – Olivia tersenyum.