Mawar Ni Utami gadis yatim piatu yang dua kali dipecat sebagai buruh. Dia yang hidup dalam kekurangan bersama Nenek nya yang sakit sakitan membuat semakin terpuruk keadaannya.
Namun suatu hari dia mendapatkan sebuah buku kuno dan dari buku itu dia mendapat petunjuk untuk bisa mengubah nasibnya..
Bagaimana kisah Mawar Ni? yukkk guys kita ikuti kisahnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 32.
Sementara itu di rumah Nenek Marmi. Mereka semua sudah selesai sembahyang Ashar bersama, memohon petunjuk dan pertolongan dari Allah..
“Amin...” ucap Bagas yang ikut duduk di samping Ayu, dua tangan mungilnya pun ikut ikut mengusap wajah imut nya.
Setelah sembahyang Nenek, Ayu dan Bagas duduk duduk di teritisan depan rumah. Bagas kembali bermain mobil mobilan barunya ditemani oleh Ayu dan Nenek. Sedang ketiga anak muda masih duduk di kursi kayu di ruang depan.
“Besok pagi kita ke balai desa Ni, minta surat izin dari Pak Kades. Biar aman tidak mendapat masalah.” Ucap Dito
“Iya Ni, kalau lewat jalan tikus berat banget jalannya naiknya sangat terjal turun juga curam, banyak tanaman berduri lagi, lihat ini aku dan Dito kena duri duri. Kasihan kamu Ni apalagi kalau mengajak Bagas, lebih baik kita cari surat izin saja biar bisa masuk hutan lewat jalan setapak biasanya itu. ” Saut Rian sambil memperlihatkan lengan dan kakinya yang banyak luka goresan.
“Iya, mungkin ini juga suatu petunjuk agar kita tidak serakah untuk mengambil hasil hutan. Bagaimana dengan Kakek misterius itu ya apa dia juga akan minta surat izin di balai desa.” Ucap Mawar Ni yang teringat akan Kakek yang dia temui di hutan.
“Paling juga akan minta surat izin Ni. Sekarang ada portal dan orang yang menanyakan surat izin. Terus bagaimana dengan tawaran Pak Ardian untuk bekerja sama Ni?” tanya Rian.
“Biar nanti aku jawab Pak Ardian, aku tidak bisa mengirim madu hutan secara rutin. Baiklah kita besok pagi ke balai desa. Kamu berdua sekarang boleh pulang.” Ucap Mawar Ni sambil melangkah menuju ke lemari.
“Ini uang madu kalian berdua.” Ucap Mawar Ni sambil mengulurkan beberapa lembar lembar uang seratusan ribu. Dia memang sudah menyisihkan uang bagian Dito dan Rian. Uang yang dia pakai untuk kulakan uang bagian dia.
“Kok banyak banget Ni, kamu sudah ambil?” tanya Dito sambil menerima uang itu lalu dia bagi dengan Rian.
“Sudah.” Jawab Mawar Ni singkat lalu dia berjalan menuju ke dapur.
“Ni, sekarang kamu mau kerja apa? Aku bantu ya?” tanya Dito dan Rian secara bersamaan, mereka berdua tidak enak untuk pulang karena mata hari masih bersinar terang dan baru saja mendapat banyak uang, apalagi hari ini gagal tidak mendapatkan madu.
“Aku mau menanam sebagian yang sudah kita ambil dari hutan itu.” Ucap Mawar Ni sambil terus melangkah menuju dapur.
“Apa yang akan kamu tanam Ni? Dan di mana kamu tanam?” tanya Rian yang penasaran.
“Ya semua Yan, padi, cabe jamu, lada, jahe, kunyit , anggur.. semua akan aku tanam.” Ucap Mawar Ni sambil membuka karung yang tadi dibawa oleh Rian dan Dito.
“Kamu mau tanam di mana Ni?” tanya Rian lagi.
“Ya di sini Yan, mau di mana lagi, Nenek tidak punya sawah dan tegalan. Ya aku tanam saja di kebun belakang dan di halaman.” Ucap Mawar Ni, lalu dia mengeluarkan apa yang ada di dalam karung itu dan dia memilih milih jahe dan kunyit kunyit yang paling bagus bagus. Itu yang akan dia tanam..
“Ni, kamu sungguh sungguh tidak bercanda?” tanya Dito yang ikut memilih milih jahe dan kunyit yang bagus untuk bibit.
“Tidak lah Dit, kapan aku bercanda kalau urusan pekerjaan. Kebun dan halaman Nenek memang tidak luas tapi aku akan tanam dengan bermacam macam tanaman. Biar jadi hutan kecil rumah Nenek ini.” Ucap Mawar Ni sambil tersenyum.. Halaman dan kebun belakang rumah Nenek Marmi memang tidak luas, halaman depan hanya 70 meter persegi, kebun belakang pun juga hanya 100 meter persegi. Bagi masyarakat desa luasan itu terbilang sempit. Rata rata masyarakat desa Mukti Raharjo memiliki lahan pekarangan seluas 1000 meter persegi. Yang kaya raya bahkan lebih dari itu, sedang yang tergolong miskin kurang dari 1000 meter persegi.
“Di mana kamu akan menanam padi Ni?” tanya Rian yang ikut ikut memilih milih bibit jahe dan kunyit.
“Kamu lihat saja besok.” Ucap Mawar Ni lalu dia bangkit berdiri dan melangkah menuju ke kebun belakang...
Akan tetapi sesaat mereka semua kaget karena mendengar suara dengung yang sangat keras dan panjang tanpa henti henti...
NGUUUUUUUUNNNNNGGGGGG
NGUUUUUUUUGGGGGG......
“Ni suara lebah!” teriak Rian dan Dito lalu mereka berdua cepat cepat bangkit berdiri dan melangkah menuju ke pintu belakang..
Nenek yang duduk di teritisan langsung menggendong tubuh mungil Bagas di bawa masuk ke dalam rumah, meskipun Bagas meronta ronta. Ayu pun segera berlari masuk ke dalam rumah..
“Pecawat... Pecawat .. pecawat.. liat Pecawat...” teriak Bagas sambil meronta ronta minta turun dari gendongan.
“Itu bukan pesawat Gas, tapi pasukan lebah!” teriak Ayu sambil menutup pintu depan rapat rapat karena takut jika lebah masuk ke dalam rumah.
Mawar Ni yang heran dan kaget juga ikut bangkit berdiri dan melihat kondisi luar dari pintu belakang. Tiga pemuda itu tampak berdiri dan terbengong bengong menatap ke luar.. sangat banyak lebah terbang di atas rumah Nenek dan menuju ke kotak kotak sarang lebah madu yang mereka buat..
Bibir Mawar Ni tersenyum...
“Yan, Dit kalian berdua cepat beli papan kayu, kita buat kotak kotak lebah lagi. Paling tidak kita harus punya lima puluh kotak.” Ucap Mawar Ni lalu dia cepat cepat melangkah menuju ruang depan untuk mengambilkan uang..
“Ni, kalau uang kamu tinggal sedikit biar pakai uang ku tadi saja tidak apa apa buat modal.” Ucap Dito sambil melangkah menyusul Mawar Ni.
“Iya Ni.. aku dapat seratus ribu tiap hari saja sudah lebih dari cukup.” Ucap Rian yang juga melangkah menyusul Mawar Ni.
“Tak apa Dit, Yan.. masih ada kalau buat beli papan kayu dan paku.” Ucap Mawar Ni yang masih menyisihkan uang untuk modal usaha..
Setelah mendapatkan uang dari Mawar Ni, Rian dan Dito cepat cepat ke toko yang jual papan kayu di desa itu, sebelum toko tutup..
“Mbak Ni, aku takut keluar ada lebah banyak sekali..” ucap Ayu sambil mendongak menatap Mawar Ni..
“Tidak usah takut Yu, asal jangan ganggu mereka. Jangan dekat dekat kotak kotak lebah ya...” ucap Mawar Ni
“Ni kenapa lebah lebah datang ke sini?” tanya Nenek yang masih menggendong Bagas.
“Mungkin orang orang sudah merusak tempat dia tinggal Nek. Atau sudah mengambil semua sarang sarang nya.. Atau ada lebah yang ada di sini mengajak mereka. He.. he... he.. entahlah Nek..” jawab Mawar Ni sambil kembali melangkah menuju ke dapur. Mawar Ni belum tahu kalau orang orang suruhan Irawan mengusir lebah lebah itu dengan gas fumigasi secara besar besaran yang mengandung pestisida.
“Tapi lebah lebah itu mau menghisap nektar dari mana ya kalau begitu banyak lebah di sini. Bunga di pohon rambutan cuma sedikit apa cukup untuk mereka semua.” Gumam Mawar Ni lalu dia melangkah menuju ke pintu belakang..
Sesaat Bibir Mawar Ni tersenyum lagi