Jadi Selir Didunia Kolosal

Sinar matahari menerobos celah-celah dedaunan, menyilaukan mata Ji An yang perlahan terbuka. Tubuhnya terbaring di atas tanah dingin, dipenuhi rerumputan basah dan dedaunan gugur yang menempel pada pakaiannya. Ia mengerjap beberapa kali, mencoba menyadari di mana ia berada. Rasa perih menusuk di sekujur tubuhnya membuatnya meringis pelan.

Ji An mengangkat tangan, meraba wajahnya yang penuh debu dan luka kecil. Dengan hati-hati, ia memeriksa tubuhnya, memastikan tidak ada cedera serius meski setiap gerakan membuatnya menahan nyeri.

"Aku...masih hidup?" gumamnya, suaranya nyaris tak terdengar di tengah suara alam yang tenang. Desiran angin, kicauan burung, dan gemerisik daun seakan mengejek penderitaannya.

Ia menoleh ke tepi jurang yang tak jauh darinya, bayangan kejadian semalam melintas di benaknya. Didorong, dijebak, dikhianati. Dadanya bergemuruh penuh amarah dan rasa sakit. Namun, lebih dari itu, ada tekad yang mulai tumbuh. Ia tidak akan membiarkan semua ini sia-sia.

Ji An mencoba berdiri, menggigit bibirnya untuk menahan rasa sakit di kakinya yang terluka. Ia meraih batang pohon terdekat untuk menopang tubuhnya, napasnya tersengal. Matanya memandang sekitar, mencari jalan keluar dari hutan lebat yang mengelilinginya.

Pagi yang cerah seolah tidak sejalan dengan perasaan Ji An. Matahari yang bersinar terasa seperti sindiran atas kegelapan nasibnya.

"Aku tidak bisa tinggal di sini. Aku harus kembali," gumamnya pelan, suaranya dipenuhi tekad.

Ji An mulai melangkah tertatih-tatih, menyusuri hutan yang tampak tak berujung. Setiap langkah terasa berat, namun ia terus maju. Pikiran-pikirannya berputar, mencoba mencari cara untuk membersihkan namanya dan membalas perlakuan kejam Permaisuri Yang Xi. Namun, ia tahu, kembali ke istana dalam keadaan ini berarti mempermudah mereka menyingkirkannya.

***

Di sisi lain, Raja Xiang Rong tampak murka. Wajahnya tegang, dan nada suaranya yang dingin membuat para penjaga istana gemetar ketakutan. Ia berjalan mondar-mandir di aula, tangannya terkepal di belakang punggungnya.

"Bagaimana kalian bisa seceroboh ini?" suaranya menggema, penuh amarah. "Selir Ji An Yi, yang sudah ditempatkan di bawah pengawasan ketat, bisa melarikan diri begitu saja? Apa kalian semua buta atau hanya bodoh?"

Para penjaga menunduk dalam-dalam, tubuh mereka gemetar. "Ampun, Yang Mulia! Kami tidak tahu bagaimana dia bisa kabur. Semuanya terjadi begitu cepat," ucap salah satu dari mereka dengan suara bergetar.

Xiang Rong menghentikan langkahnya, matanya yang tajam menatap penjaga itu. "Jadi, kalian ingin mengatakan bahwa seorang wanita, yang bahkan tidak memiliki akses ke luar, mampu melarikan diri dari istana ini tanpa bantuan? Apakah kalian tahu bagaimana ini mencoreng nama kerajaan?"

Kemarahan Raja Xiang Rong bukan hanya karena Ji An kabur, tetapi juga karena konflik batin yang ia rasakan. Di satu sisi, ia marah karena merasa dikhianati. Jika Ji An benar-benar melarikan diri, itu membuktikan ia tidak lebih dari seorang penghianat. Namun, di sisi lain, hatinya gelisah—ia tidak bisa menghilangkan bayangan mata Ji An yang penuh tekad saat terakhir kali ia melihatnya.

"Jika dia melarikan diri karena kesalahanku, maka aku yang akan menanggung akibatnya. Tapi jika dia melakukannya karena sengaja ingin mempermalukan istana ini... aku tidak akan memaafkannya," gumam Xiang Rong, suaranya rendah namun sarat ancaman.

Dia berbalik menghadap kepala prajurit istana. "Kerahkan semua pasukan! Cari Ji An Yi di setiap sudut wilayah. Aku tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan. Temukan dia dan bawa dia kembali ke istana, hidup-hidup!"

"Baik, Yang Mulia!" jawab kepala prajurit, segera memberi aba-aba kepada anak buahnya.

---

Di ruangan lain, Permaisuri Yang Xi tersenyum tipis sambil menyeruput tehnya. Ia mendengar kabar mengenai "pelarian" Ji An dari para dayang.

"Semua berjalan sesuai rencana," bisiknya, matanya memancarkan kebahagiaan yang jahat. "Sekarang, tidak hanya nama Ji An yang hancur, tetapi Xiang Rong sendiri akan memburu wanita itu seperti buronan."

Namun, di balik senyuman itu, ia menyadari satu hal—Xiang Wei. Sang Putra Mahkota pasti tidak akan tinggal diam jika mengetahui Ji An telah diusik sejauh ini. Permaisuri Yang Xi memutar otaknya, menyusun langkah berikutnya untuk memastikan tidak ada yang bisa melawan rencananya.

"Aku harus memastikan wanita itu tidak pernah kembali ke istana," ucapnya pelan, lalu melambaikan tangan pada salah satu dayangnya. "Bawa orang-orang kita. Temukan Ji An Yi sebelum Xiang Rong melakukannya. Pastikan dia... lenyap untuk selamanya."