Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
2
"Ada apa ini kok ribut-ribut?"
Seketika ketiga manusia yang berada di dalam kamar menoleh kearah asal suara.
"Ini sudah larut malam, besok kalian akan melakukan akad, kenapa belum juga istirahat?" Ucap Rudi yang tiba-tiba datang dan menghampiri Ayu dan Doni di depan pintu kamar.
Rudianto adalah ayah dari Dina dan Ayu.
Rudi tak sadar jika kamar yang dia hampiri adalah kamar anak pertamanya. Yang Rudi lihat hanya kedua calon pengantin yang besok akan segera menikah.
"Lihatlah, Pak. Anakmu dan dia sudah mengkhianati ku. Aku tadinya mau ambil minum di dapur tapi, saat melewati kamar anak tertuamu ini, aku mendengar suara orang sedang melakukan hubungan suami istri. Ternyata benar, dengan tidak tahu malunya mereka melakukan perbuatan zina. Bahkan, mereka sangat menikmatinya tanpa merasa bersalah sedikit pun. Aku mau bapak membatalkan pernikahanku dengan dia. Aku gak mau menikah sama laki-laki yang gak setia ini." Ayu menceritakan hal itu pada ayahnya.
"Hah, apa?" Seketika Rudi kaget.
Doni yang sudah ketangkap basah mendadak kaku diam seperti patung.
Rudi baru sadar jika dia berada di depan kamar Dina. Lalu Rudi masuk ke dalam kamar dan melihat anak sulungnya itu sedang berbaring santai dengan menutupi tubuh polosnya itu menggunakan selimut.
"Dina, apa yang kamu lakukan?" Rudi seketika naik darah dan berbicara dengan keras.
"Ih berisik banget sih. Udahlah, Pak. Bapak tidur aja sana, lagian ngapain diributin sih?" Sahut Dina dengan enteng dan santai. Padahal Rudi saat ini sedang bersungut-sungut.
Rudi pun menarik selimut yang menutupi tubuh polos Dina.
"Astaghfirullah, dosa apa bapak ini? Sampai hati kamu melakukan hal itu dan menyakiti saudaramu." Ucap Rudi sambil mengelus dadanya.
Dina yang kesal pun langsung beranjak dan memakai pakaiannya tanpa merasa malu.
"Kamu" Rudi menunjuk Doni dengan mata melotot.
"Bapak batalkan pernikahanmu dengan Ayu dan kamu nikahi Dina. Bapak gak mau kalian terus-terusan melakukan zina. Apalagi status Dina yang seorang janda. Kalian sudah melakukan dosa besar. Bapak gak mau menanggung dosa kalian." Ucap Pak Danu.
Dina menyinggungkan senyum, dalam hatinya bersorak-sorai tanda kemenangan telah dia dapat.
"Pak, lalu bagaimana nanti kita menjelaskan kepada ibu?" Ucap Ayu yang khawatir dengan ibunya, takutnya ibunya terkejut dan membuatnya kepikiran.
Ibunya saat ini sudah tidur duluan, karena tadi sempat mengeluh kelelahan.
"Sudah, itu nanti akan jadi urusan bapak. Kalian sekarang bubar, masuk kedalam kamar kalian masing-masing. Doni, awas kalau kamu macam-macam dan kabur, akan ku penggal kepalamu." Ucap Rudi memberi ancaman pada Doni.
Yah, seharusnya besok adalah acara sakral antara Ayu dan Doni. Kenapa Doni saat ini sudah berada di kediaman sang wanita? Itu karena di Kampung tempat tinggal Ayu, setiap akan melakukan akad, hari sebelum akad si laki-laki sudah diantarkan ke kediaman si wanita. Jadi, kalau Doni sudah berada di rumah Ayu itu karena memang sudah tradisinya begitu. Nanti tinggal keluarga mempelai pria yang datang ke rumah mempelai wanita dihari akad akan berlangsung.
Mereka pun akhirnya bubar. Doni tidur di kamar tamu.
"S1al, bagaimana bisa aku besok menikah dengan Dina? Mana dia janda lagi, aku kan cuma suka sama goyangannya. Ah, semuanya gagal. Tapi, jangan panggil aku Doni kalau tak bisa mendapatkan apa yang aku inginkan. Besok aku akan menikahi Dina dan setelah itu aku akan merayu Ayu, aku gak bisa kehilangan sumber keuanganku. Ya, begitu." Gumam Doni yang merasa bingung.
Doni sebenarnya tak pernah mencintai Ayu, dia hanya suka dengan uangnya. Bagaimana tidak? Ayu sudah bekerja dengan mapan, apalagi jabatannya sudah menjadi seorang manajer di sebuah perusahaan terbesar di Kota M. Apalagi Ayu yang selalu royal dengannya. Doni menjadi sering memanfaatkannya.
*****
Ayu yang berada di kamarnya merasa tak perlu menyesali ataupun menangisi semua yang telah terjadi. Justru dia beruntung karena dia mengetahui penghianatan itu sebelum dia sah menjadi istri dari Doni.
Ayu memiliki perawakan yang terbilang mungil karena hanya 150 cm, tidak pendek juga tidak tinggi. Dia memiliki lesung pipi yang ketika dia tersenyum akan membuatnya semakin manis. Kulitnya khas orang Indonesia sawo matang, dia juga terbilang masih muda. Dia bangga dengan dirinya karena diusianya sekarang dia berhasil menjabat menjadi seorang manajer di PT MERINDU. Semua itu berkat keuletan dan kegigihannya hingga dia berhasil dititik sekarang.
Ayu kini lebih memilih memejamkan matanya, dia tak sabar ingin segera melihat hari esok.
Pukul 05.00 WIB Ayu sudah bangun dari tidurnya. Gegas dia beranjak dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih sekalian mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibannya. Karena, dia sadar bukan dia yang akan menjadi pengantin, dia mandi dengan santai. Lagian jadwal ijab nanti jam 09.00 WIB.
Selesai mandi dan berdandan, Ayu keluar kamar dan turun ke lantai bawah, ternyata sudah banyak para warga yang datang untuk memasak dan sebagainya. Ayu menyapa mereka dan mereka pun membalasnya dengan senyum ramah.
Para tetangga belum tahu masalah yang telah terjadi tadi malam, Ayu pun menuju kamar kedua orang tuanya dan mengetuk pintu.
Tok! Tok! Tok!
Pintu pun terbuka.
"Ayu, masuk nak." Ucap seorang wanita paruh baya. Dia adalah ibunya Ayu, panggil saja dia Sri.
Ayu masuk setelah ibunya memintanya untuk masuk. Sri langsung menutup pintu kamarnya dan langsung memeluk Ayu, Ia merasa bersalah hingga Ia menangis dan tergugu.
Ayu paham dengan apa yang ibunya lakukan, pasti bapaknya sudah menceritakan semuanya tentang masalah tadi malam.
"Maafkan ibu, nak. Ibu merasa gagal menjadi orang tua." Ucap Sri dengan sesenggukan.
"Ibu, sudahlah, semua bukan salah Ibu. Mungkin memang Doni bukan jodoh Ayu melainkan jodoh Kak Dina. Restui mereka, Bu, Pak. Ayu sudah ikhlas dengan semuanya." Ucap Ayu yang memang sudah memantapkan hati dan ikhlas.
"Semoga nanti kamu mendapatkan ganti jodoh yang lebih baik lagi ya, Nak." Ucap Rudi.
Rudi sebenarnya sedih dengan apa yang telah terjadi.
"Aamiin, Pak. Kalian do'akan saja yang terbaik untuk Ayu. Ayu sayang kalian berdua." Ucap Ayu haru. Mereka bertiga pun berpelukan.
"Ya sudah, sebentar lagi MUA akan datang. Ayu, bapak minta tolong kamu panggilkan mbakmu untuk turun kebawah ya. Bapak akan bangunkan Doni dulu." Ucap Rudi meminta tolong Ayu untuk memanggilkan Kakaknya agar siap-siap sebelum MUA datang.
"Baiklah, Pak." Jawab Ayu singkat sambil menganggukkan kepalanya.
Ayu pun bangkit dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang masih berada di dalam kamar. Ayu langsung naik ke atas dan menuju kamar Dina.
Tok! Tok! Tok!
"Kak, ini aku, kamu sudah bangun belum?" Ucap Ayu.
Tak ada sahutan sama sekali. Ayu pun terpaksa membuka pintu kamar kakaknya tersebut. Ayu masuk ke dalam dan betapa kagetnya dia melihat kakaknya yang masih pulas diatas tempat tidur.
"Astaga. Ini orang, jam segini belum bangun juga." Guman Ayu.
Ayu pun menghampiri kakaknya lalu membangunkannya. Sedikit ekstra untuk membangunkan kakaknya itu tapi akhirnya Dina bangun juga. Lalu Ayu menyuruh Dina untuk segera mandi dan siap-siap untuk turun ke bawah. Setelah melihat Dina masuk ke dalam kamar mandi, Ayu pun gegas keluar kamar kakaknya tersebut.
Tak lama MUA pun datang dan kamar Dina lah yang dijadikan tempat untuk merias.
Dina didandani dengan begitu cantik. Ibunya yang melihat anak sulungnya itu sedikit emosi namun hanya bisa Ia tahan. Dia mencoba menerima. Yang bisa dilakukan Sri hanya menangis didalam hati. Ayu yang melihat raut wajah Ibunya pun mendekati dan mengelus punggungnya untuk menguatkan. Ayu tak mau dengan masalah seperti ini Ibunya nantinya akan jatuh sakit.
Dina akhirnya selesai didandani. Sedang Doni sudah berada di bawah bersama penghulu dan keluarga dari masing-masing mempelai serta para tamu undangan.
Acara pun dimulai, ijab kabul dilangsungkan. Namun, keluarga Doni dan para tamu undangan yang kebanyakan adalah tetangga dari Rudi sedikit heran dengan nama mempelai wanita yang disebutkan oleh Doni.
"Bagaimana para saksi, sah?"
Sah.
Sah.
Sah.
Alhamdulillah.
Meskipun sempat heran namun mereka sah sah saja.
Setelah sah mempelai wanita pun disuruh untuk turun.
Dina turun dengan dituntun oleh Ayu, membuat para tamu semakin heran.
"Lohh, bukannya Ayu yang mau menikah? Kok yang dandan Dina bukan Ayu?"
"Loh kenapa jadi Dina kakaknya yang nikah? Pantas aja tadi namanya bukan Ayu yang disebut melainkan si Dina."
"Kenapa bisa berubah mempelainya?"
"Apa sebenarnya yang telah terjadi?"
"Apa gak nyesel ya dia, malah menikah sama janda bukan sama perawannya?"
Berbagai bisikan yang mereka lontarkan. Namun, Ayu dan keluarga hanya abai saja, mereka seolah menebalkan telinga. Sementara dari keluarga Doni meskipun dalam hati mengganjal tapi, mereka lebih memilih tetap diam. Mereka akan meminta penjelasan nanti ketika acara sudah selesai.
Setelah acara sakral selesai. Para tamu undangan bergantian bersalaman dan memberikan ucapan selamat kepada sang pengantin baru. Lalu mereka menikmati jamuan yang sudah disiapkan sebelumnya. Acara pun berjalan dengan lancar.
Sore hari semua sudah bubar. Hanya tinggal kedua orang tua Doni yang masih singgah. Mereka meminta penjelasan tentang mempelai wanita yang telah berganti. Dan Rudi pun menjelaskan tragedi yang terjadi tanpa mengurangi maupun mengimbuhinya. Keluarga Doni begitu terkejut, mereka menjadi malu karna kelakuan anaknya tersebut. Apalagi saat mengetahui status Dina sebelumnya namun karena semua sudah terlanjur akhirnya mereka pun mau tak mau menyetujuinya, menurut mereka, mau Ayu atau Dina akan sama saja.
Ah, mereka tak tahu saja bagaimana sifat dan sikap Dina.