"Kau yang memulai kan Xander? Maka jangan salahkan aku jika aku lebih gila darimu!" tekad seorang wanita bernama Arabelle Weister.
Bagaimana tidak karena sang suami tercinta ternyata sudah berselingkuh di belakangnya. Diapun menyewa seorang pria untuk membalaskan dendamnya, tetapi siapa sangka ternyata pria itu membawanya pada sebuah kebenaran dan cinta yang sebenarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MeNickname, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 19
Selesai dengan urusan perutnya, Arabelle langsung masuk ke dalam kamar.
Xander mendekat saat Arabelle mulai berbaring di atas ranjang, dia berbisik dengan mesra, "Ara, aku menginginkanmu.."
Arabelle tersenyum tipis, dia sudah menduganya sejak awal, "Maafkan aku Xan, hari ini aku kedatangan tamu."
"Benarkah?" tanya Xander tak percaya, lagi-lagi dia harus menunda.
Arabelle mengangguk yakin, "Aku baru saja memakai pembalut di kamar mandi."
Memang sebelum itu Arabelle pamit ke kamar mandi, rupa-rupanya wanita itu memasang pembalut.
"Baiklah."
"Kenapa kau menjadi tidak bersemangat seperti itu?"
"Tidak apa-apa! Aku hanya sedikit kecewa karena tidak bisa menghilangkan bekas.."
"Untuk itu aku minta maaf." potong Arabelle lengkap dengan raut wajah menyesal.
Xander tersenyum penuh arti, "Aku mengerti. Jangan pernah berani untuk mengulanginya lagi, oke?"
Cih, dia kira Arabelle ini bodoh. Sebegitu mudahnya seorang suami memaafkan istrinya yang sudah berselingkuh dengan pria lain? Arabelle semakin yakin saja, pasti ada maksud lain.
"Aku berjanji."
"Good wife." Xander mengacak rambut Arabelle dengan gemas.
"Baiklah, ayo tidur. Aku ngantuk."
"*Dasar t*amu sialan." batin Xander.
Keduanya berbaring dengan posisi yang saling berhadapan. Tiba-tiba saja Xander menyentuh dan mengusap perut rata Arabelle.
"Kapan dia hadir disini?" lirihnya.
Arabelle tersenyum kecut, apa mungkin ini alasan Xander berselingkuh darinya?
"Jika kita diijinkan untuk mendapatkan anugerah itu maka kita akan mendapatkannya suatu hari nanti." jawab Arabelle dengan perasaan tidak menentu.
Sampai Xander tertidur dengan sendirinya, berbeda dengan Arabelle yang masih terjaga.
"Jika diingat-ingat sudah lebih dari satu bulan aku tidak kedatangan tamu. Jangan-jangan.."
...---...
Keesokan harinya Xander terbangun karena suara berisik dari kamar mandi, dia mendengar Arabelle yang sedang muntah-muntah.
Xander langsung menyusulnya, "Ara, kenapa?"
Arabelle tidak menjawab, dia masih dikuasai rasa mual yang luar biasa.
Dirasa membaik, Xander membopong tubuh istrinya keluar dan membiarkannya berbaring di atas ranjang.
"Masih mual?"
"Sepertinya ini karena aku makan malam terlalu banyak." memang benar, semalam Arabelle makan lebih dari dua porsi.
"Sudah kubilang jangan banyak-banyak. Aku harus menghubungi Dokter."
"Tidak perlu!" tolak Arabelle mentah-mentah.
"Kenapa?"
"Aku baik-baik saja Xan."
"Tapi Ara, kau.."
"Cepatlah mandi, aku akan menyiapkan pakaianmu." ucap Arabelle mengalihkan pembicaraan, wanita itu mendudukan dirinya di pinggir ranjang.
"Work from home." putus Xander.
"Aku baik-baik saja Xan, sungguh." padahal sebenarnya Arabelle sedang mengusir Xander dengan halus.
"Aku tidak akan tenang bekerja meninggalkanmu dalam keadaan seperti ini, Ara. Lihatlah wajahmu sangat pucat, aku takut kau kenapa-napa."
"Ada banyak pengawal dan pelayan, jadi kau tidak perlu cemas."
Sekian lama membujuk, akhirnya Xander bersedia untuk pergi bekerja. Sebelum pergi pria itu mewanti-wanti seluruh pengawal supaya menjaga istrinya dengan ketat.
"Aku pergi dulu, Sayang." Xander mengecup kening sempit Arabelle. Salah satu perlakuan manis yang membuat Arabelle merasa dicintai setiap hari. Tanpa ia sadari kalau semua itu adalah tipu daya.
Arabelle berdiri di depan jendela kamarnya, setelah mobil yang membawa Xander pergi, Arabelle bergegas keluar tetapi sialnya beberapa pengawal langsung menghadangnya.
"Anda mau kemana Nona?"
"Aku ingin sarapan!" Arabelle memberi alasan.
Saat mereka ingin mengikutinya tiba-tiba Arabelle berbicara, "Mau kemana kalian?"
"Kami akan ikut, Nona."
"Yang ada acara sarapanku menjadi tidak nyaman!"
"Tapi Nona, ini tugas dari Tuan Xander."
"Aku adu-kan kau baru tahu rasa!"
"Baiklah, kami menunggu disini saja Nona."
Lagipula di lantai bawah juga ada pengawal lain yang berjaga, jadi aman. Pikirnya.
Arabelle tidak bohong, wanita itu memang ingin mengisi perut. Sebenarnya dia masih merasa mual tapi dia harus memulihkan tenaga karena badannya terasa begitu lemas. Dia meminta pelayan untuk mengupas buah-buahan.
Setelahnya Arabelle mengendap-ngendap menuju ke salah satu dinding yang berdekatan dengan ruang gym. Ruangan yang sudah jarang digunakan. Dinding itu nampak begitu kokoh tetapi siapa sangka Arabelle bisa mendorongnya dengan mudah.
Ya, itu adalah ruang pribadi Arabelle. Lebih tepatnya ruang tersembunyi. Di dalam sana wanita itu mencari ponsel lamanya untuk menghubungi Sean. Beruntung sekali Arabelle masih menyimpan nomor-nomor penting didalamnya. Sebenarnya dia sangat ingin menghubungi Zio tetapi Arabelle tidak hapal nomornya.
Satu dua panggilan tidak dijawab. Akhirnya Arabelle memutuskan untuk mengirim pesan.
Sean, ini aku Arabelle. Kumohon bantu aku, aku harus keluar dari mansionku sendiri. Cari cara yang aman karena Xander melakukan penjagaan yang begitu ketat.
Arabelle berharap semoga Sean segera membaca pesannya. Tak lupa Arabelle juga mengamankan barang-barang pentingnya ke dalam brankas. Secepat mungkin Arabelle harus segera keluar sebelum para pengawal itu menyadari dirinya hilang.