NovelToon NovelToon
Generasi Gagal Paham

Generasi Gagal Paham

Status: sedang berlangsung
Genre:Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Teen School/College
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Generasi sekarang katanya terlalu baper. Terlalu sensitif. Terlalu online. Tapi mereka justru merasa... terlalu sering disalahpahami.

Raka, seorang siswa SMA yang dikenal nyeleneh tapi cerdas, mulai mempertanyakan semua hal, kenapa sekolah terasa kayak penjara? Kenapa orang tua sibuk menuntut, tapi nggak pernah benar-benar mendengarkan? Kenapa cinta zaman sekarang lebih sering bikin luka daripada bahagia?

Bersama tiga sahabatnya Nala si aktivis medsos, Juno si tukang tidur tapi puitis, dan Dita si cewek pintar yang ogah jadi kutu buku mereka berusaha memahami dunia orang dewasa yang katanya "lebih tahu segalanya". Tapi makin dicari jawabannya, makin bingung mereka dibuatnya.

Ini cerita tentang generasi yang dibilang gagal... padahal mereka cuma sedang belajar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 28 Ujian Bernama Persahabatan

Hari-hari setelah forum nasional itu menjadi titik balik bagi banyak hal. Podcast mereka yang sempat vakum kini kembali aktif. Komunitas sekolah lain mulai mengirimkan pesan dukungan, bahkan meminta izin untuk mendistribusikan ulang beberapa konten mereka.

Namun semakin besar pengaruh mereka, semakin berat tekanan yang datang.

Raka mulai jarang terlihat. Ia sering tenggelam dalam obrolan telepon, urusan wawancara, atau diskusi lewat Zoom. Nala dan Dita mulai merasakan perubahan itu, namun memilih diam. Sampai akhirnya, saat mereka sedang berkumpul di ruang OSIS, ketegangan meledak.

“Rak, lo nggak masuk rapat konten tiga kali. Kita semua sibuk, tapi lo kayak udah beda sendiri,” kata Dita dengan nada tajam.

“Gue sibuk bukan buat diri gue sendiri, Dit. Gue ngurus podcast kita, acara kita, bahkan lo semua juga kebagian dampaknya,” jawab Raka defensif.

“Tapi kita ini tim, bukan panggung buat lo sendiri.”

Hening.

Nala menatap keduanya, mencoba meredakan, namun tahu percikan api telah menyala. Juno menengahi, “Sudah, kita capek semua. Jangan saling menyalahkan. Kita istirahat dulu.”

Namun dalam hati mereka tahu, ini bukan hanya soal jadwal. Ini soal kepercayaan.

---

Minggu itu, Nala memutuskan untuk mengajak semua ke rumahnya, berharap suasana informal bisa meredakan ketegangan. Mereka duduk melingkar di beranda rumah, ditemani teh dan camilan.

“Gue pengen kita ngomong sebagai teman. Bukan tim, bukan pejuang konten, bukan simbol apa pun. Teman,” kata Nala memulai.

Raka menghela napas. “Gue minta maaf. Mungkin gue terlalu ambisius. Gue cuma takut perjuangan ini jadi angin lewat. Gue pengen kita dikenal bukan karena viral, tapi karena benar.”

Dita mengangguk. “Gue juga maaf. Mungkin gue terlalu sensitif. Tapi akhir-akhir ini... gue ngerasa kehilangan lo sebagai teman. Kita mulai ini bareng, kan?”

Juno menyisipkan, “Kita semua berubah. Tekanan ini gede banget. Tapi yang bikin kita bisa tahan itu karena kita bareng-bareng.”

Suasana mencair perlahan. Mereka bicara lebih lama malam itu, bukan sebagai aktivis remaja, tapi sebagai sahabat yang rindu kembali ke akar mereka.

---

Namun ujian tidak berhenti di sana. Beberapa minggu kemudian, sekolah mengumumkan ujian akhir semester dipercepat karena adanya perubahan kebijakan. Semua siswa panik, termasuk mereka.

Dita kesulitan mengejar pelajaran Biologi. Juno yang biasanya tenang, tiba-tiba tampak stres karena nilai Matematika sebelumnya turun drastis. Nala harus bolak-balik rumah sakit karena adiknya sakit, dan Raka masih dihantui target wawancara dan publikasi.

Mereka nyaris tak punya waktu untuk bertemu.

Di tengah tekanan itu, terdengar kabar bahwa salah satu guru favorit mereka, Bu Ayu, akan dipindahkan karena dianggap terlalu “mendukung aktivitas siswa yang tidak sesuai kurikulum”.

Itu menyulut amarah mereka kembali.

---

Raka mengusulkan aksi kecil: membuat surat terbuka untuk mempertahankan Bu Ayu. Nala menyetujui, Juno ikut menyusun narasi, namun Dita terlihat ragu.

“Gue pengen ikut, tapi jujur... nilai gue jeblok. Kalau gue kena masalah karena surat itu, gue bisa nggak naik kelas.”

Raka terlihat kecewa. “Jadi lo pilih diam?”

Dita menatap Raka tajam. “Gue cuma milih mana yang bisa gue hadapi sekarang.”

Suasana kembali menegang.

Malamnya, Dita mengirim pesan ke grup: “Maaf, gue mundur dulu dari tim podcast. Gue harus fokus belajar.”

Nala membaca pesan itu berulang-ulang. Air matanya jatuh, bukan karena marah, tapi karena kecewa. Semua terasa seperti pelan-pelan runtuh.

---

Hari-hari berikutnya berjalan hambar. Podcast mereka jalan dengan dua orang host. Juno mengisi celah kosong, tapi dinamika sudah tidak sama. Raka merasa bersalah. Nala berusaha menyeimbangkan segalanya.

Suatu hari, Juno datang terlambat ke studio rekaman, wajahnya pucat.

“Apa kabar Dita?” tanya Raka.

“Dia lagi ngerjain tugas akhir bareng kelompok baru. Katanya mereka asik, nggak ribet,” jawab Juno tanpa ekspresi.

Ucapan itu menampar mereka. Perlahan, benih keretakan yang mereka kira telah sembuh, nyatanya masih menganga.

---

Puncaknya terjadi di hari pengumpulan surat terbuka. Raka datang sendiri ke ruang kepala sekolah, menyerahkan dokumen yang ditandatangani lebih dari seratus siswa. Tapi kepala sekolah hanya berkata singkat:

“Terima kasih. Tapi keputusan mutasi sudah final.”

Saat keluar dari ruangan itu, Raka melihat Dita berdiri di koridor, menatapnya. Tak ada kata yang keluar. Hanya pandangan yang menyiratkan luka. Keduanya saling sadar: dunia mereka sudah berbeda.

---

Di malam yang sunyi, Nala menulis di jurnalnya:

“Mungkin inilah ujian terbesar kami. Bukan demo, bukan amarah publik, tapi kehilangan satu sama lain di tengah perjuangan yang kita bangun bersama.”

Dan di sisi lain kota, Dita menulis di buku catatannya:

“Kadang, memilih menjauh bukan karena menyerah. Tapi karena tak tahu lagi bagaimana bertahan tanpa menyakiti diri sendiri.”

1
Ridhi Fadil
keren banget serasa dibawa kedunia suara pelajar beneran😖😖😖
Ridhi Fadil
keren pak lanjutkan😭😭😭
Irhamul Fikri: siap, udah di lanjutin tuh🙏😁
total 1 replies
ISTRINYA GANTARA
Ceritanya related banget sama generasi muda jaman now... Pak, Bapak author guru yaaa...?
Irhamul Fikri: siap, boleh kak
ISTRINYA GANTARA: Bahasanya rapi bgt.... terkesan mengalir dan mudah dipahami pun.... izin ngikutin gaya bahasanya saja.... soalnya cerita Pasha juga kebanyakan remaja....
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!