NovelToon NovelToon
Bukan Cinderella-nya

Bukan Cinderella-nya

Status: sedang berlangsung
Genre:Hamil di luar nikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua / Pembantu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Nitzz

Nathaniel Alvaro, pewaris muda salah satu perusahaan terbesar di negeri ini, hidup dalam bayang-bayang ekspektasi sang ibu yang keras: menikah sebelum usia 30, atau kehilangan posisinya. Saat tekanan datang dari segala arah, ia justru menemukan ketenangan di tempat yang tak terduga, seorang gadis pendiam yang bekerja di rumahnya, Clarissa.
Clarissa tampak sederhana, pemalu, dan penuh syukur. Diam-diam, Nathan membiayai kuliahnya, dan perlahan tumbuh perasaan yang tak bisa ia pungkiri. Tapi hidup Nathan tak pernah semudah itu. Ibunya memiliki rencana sendiri: menjodohkannya dengan Celestine Aurellia, anak dari sahabat lamanya sekaligus putri orang terkaya di Asia.
Celeste, seorang wanita muda yang berisik dan suka ikut campur tinggal bersama mereka. Kepribadiannya yang suka ikut campur membuat Nathan merasa muak... hingga Celeste justru menjadi alasan Clarissa dan Nathan bisa bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nitzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Panggung yang Retak

Pesta ulang tahun kolega Nathan diadakan di sebuah ballroom hotel mewah di pusat kota. Langit-langit kristal menggantung megah, memantulkan cahaya hangat dari ratusan lampu gantung yang menyala seperti bintang-bintang. Para tamu berdatangan dengan setelan terbaik mereka, gaun elegan, jas mahal, dan parfum mahal yang melayang-layang di udara.

Clarissa menggandeng lengan Nathan dengan percaya diri. Ia mengenakan gaun hitam elegan milik Celeste, lengkap dengan anting mutiara dan sepatu hak tinggi berkilau. Di balik senyumnya yang memesona, Clarissa merasa seperti ratu malam itu.

Meski Nathan belum memperkenalkan Clarissa sebagai kekasihnya secara resmi, ia cukup sering mengajaknya ke acara tertentu. Itu sudah cukup bagi Clarissa untuk merasa “di atas”. Apalagi, tak ada yang tahu latar belakangnya sebagai pelayan di rumah Nathan. Dan ia berniat keras menjaga rahasia itu tetap terkubur.

Tapi malam itu tak berjalan semulus yang ia bayangkan.

Mereka baru saja selesai makan malam ketika seorang wanita paruh baya dengan kalung berlian dan ekspresi sinis mendekat. Ia mengenakan gaun warna gading, langkahnya ringan tapi mantap.

“Ah, Nathan,” sapa wanita itu. “Kau datang juga rupanya.”

Nathan tersenyum sopan. “Selamat ulang tahun, Tante Yuliana.”

Wanita itu mengangguk singkat, lalu menoleh ke Clarissa. “Dan siapa ini?”

Sebelum Nathan sempat bicara, Clarissa sudah melangkah maju, tersenyum lebar. “Saya Clarissa. Teman dekat Nathan.”

“Oh? Teman dekat?” Nada suara Tante Yuliana meninggi sedikit. Ia memindai Clarissa dari ujung kepala sampai kaki. Lalu pandangannya menatap gaun Clarissa, gaun Celeste yang ia kenali dengan sangat baik karena pernah melihat Celeste memakainya di postingan Madeline saat makan malam dengan Celeste, putri dari seorang pria tua yang menguasai asia.

“Apa bukan itu gaun milik Celeste Aurellia?” tanyanya datar, cukup keras hingga beberapa tamu di dekatnya ikut melirik.

Clarissa tersentak.

Nathan tampak terkejut. “Tante tahu Celeste?”

“Tentu saja. Dia anak dari sahabat lamaku. Dan Gaun ini satu-satunya yang ada dibuat oleh ibu celeste oleh ayahnya Celeste.”

Clarissa berusaha menutupi keterkejutannya dengan tertawa kecil. “Oh, ya. Gaun ini memang... dipinjamkan Celeste untuk malam ini.”

“Ah,” sahut Tante Yuliana, senyumnya tipis. “Celeste memang murah hati. Tapi gayanya... agak terlalu dewasa untuk gadis sepertimu, ya?”

Kalimat itu seperti pisau. Beberapa orang di dekat mereka mulai berbisik-bisik.

Wajah Clarissa memerah, dan bukan karena malu. Ia mencoba bertahan, tapi suara tawa pelan dari sisi kanan membuatnya ingin menghilang dari tempat itu.

Nathan meraih tangan Clarissa dan membawanya pergi dari kerumunan. Mereka berhenti di dekat taman kecil di sisi ballroom.

“Kamu nggak apa-apa?” tanyanya pelan.

Clarissa menunduk, berusaha mengendalikan amarahnya. “Aku... baik.”

Nathan tahu itu bohong. Tapi ia tak berkata apa-apa. Ada ketegangan di antara mereka, dan untuk sesaat, suasana pesta yang semula megah berubah jadi penuh tekanan.

*

Sementara itu, di rumah, Celeste duduk di teras belakang bersama Ezra yang baru saja menyelesaikan tugas malamnya.

“Kamu tahu nggak, dress itu benar-benar cocok di Clarissa,” kata Ezra sambil menyeruput teh. “Tapi... entah kenapa, aku lebih suka waktu kamu yang pakai.”

Celeste tersenyum samar. “Itu cuma kain. Siapa pun yang pakai akan terlihat bagus kalau percaya diri.”

Ezra menoleh ke arahnya. “Kamu terlalu rendah hati.”

Celeste menggeleng, matanya menatap langit. “Aku cuma berusaha nggak menyesal.”

Ezra diam sejenak. “Kamu suka Nathan?”

Pertanyaan itu seperti tamparan. Celeste menoleh pelan, menatap Ezra dengan ekspresi datar. “Kenapa nanya begitu?”

Ezra tertawa kecil. “Karena setiap kali kamu lihat dia, kamu diam. Tapi matamu nggak bisa bohong.”

Celeste tidak menjawab. Di dalam hatinya, ia tahu Ezra benar. Tapi mengakuinya berarti membuka pintu luka yang lebih dalam. Dan ia belum siap.

*

Di pesta, Clarissa mulai kehilangan kesabaran. Setiap tamu yang ia sapa seolah memandangnya dengan kecurigaan, seolah status sosialnya bisa dihitung hanya dari sepatu dan cara berbicara. Ia menyadari betapa kerasnya dunia tempat Nathan berasal. Dunia yang bahkan tak memberinya kesempatan untuk berdiri sejajar.

Saat seorang pria setengah baya menanyakan, “Clarissa dari keluarga mana, ya?”—ia hampir saja membentak balik.

Tapi Nathan menyelamatkan situasi dengan cepat. “Dia bukan dari keluarga pebisnis. Tapi dia orang yang sangat saya percayai.”

Pria itu mengangguk, tapi jelas tak puas. “Ah, begitu. Ya ya… kadang kepercayaan itu lebih penting daripada silsilah.”

Tapi nadanya meremehkan. Seolah mengatakan: “Kamu tidak cukup.”

Dan itu menusuk Clarissa dalam-dalam.

*

Setelah pesta berakhir, di dalam mobil, Clarissa duduk diam dengan rahang mengeras.

Nathan menyetir dalam hening. Ia melirik ke arahnya sesekali. “Kamu kelihatan tegang.”

“Aku cuma muak,” jawab Clarissa datar. “Kenapa orang-orang itu seolah tahu siapa yang pantas dan nggak pantas berada di samping kamu?”

Nathan menghela napas. “Mereka hanya orang-orang tua kolot.”

“Tapi mereka orang-orang yang penting di sekitarmu.”

Nathan tidak membantah.

Clarissa menatap ke luar jendela. “Kadang aku mikir, mungkin aku nggak akan pernah bisa cocok sama dunia kamu.”

Nathan ingin berkata sesuatu, tapi tak tahu apa.

Dan malam itu, diam mereka lebih bising daripada percakapan apa pun.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!