My Brother'S Friend Is My Partner

"Tapi kakak tau, sampai detik ini hati kamu masih untuk pria lain. Kakak berharap semoga pria itu tidak menyia-nyiakan perasaan mu ya Bi, karena dia pria yang sangat beruntung" Bianca mengernyit mendengar ungkapan dari Andre.

"Seperti yang kakak bilang semalam, kakak sepertinya harus menghentikan perjuangan kakak bi, bukan karena kakak tak menyukaimu lagi tapi kakak harus berfikir realistis, sepertinya perasaan kamu pada pria itu bukan perasaan main-main yang akan begitu mudah beralih pada kakak" Andre menghembuskan nafasnya dengan berat.

"Maaf andai kamu merasa kakak tidak gentle dan terlalu gampang menyerah, kakak sangat bahagia andai bisa memiliki kamu bi. Kakak ingin terus memperjuangkan kamu sampai akhir andai saja kakak tidak memiliki tanggung jawab yang lain" Ucap pria itu, ia kini memalingkan wajahnya.

"Maksud kakak?" Tanya Bianca bingung.

"Kakak harus segera menikahi wanita yang membutuhkan kakak bi" Bianca tak bisa menyembunyikan keterkejutan nya atas pernyataan Andre.

"Kakak dijodohkan dengan anak sahabat papa ku. Papanya meninggal 2 bulan yang lalu, dia sudah tidak memiliki siapapun karena itu sebagai permintaan terakhir papanya ingin kakak menikahinya" Bianca terdiam, ia menatap pada Andre. Pantas saja Andre menghilang akhir-akhir ini, ia kira karena sikap Alex yang terlalu keras padanya.

"Apa kakak akan bahagia?" Tanya Bianca lirih.

"Iya, sepertinya kakak akan bahagia. Karena sebelum bertemu dengan mu kakak pernah menyukainya. Dia gadis yang baik, kakak yakin perasaan suka kakak padanya akan kembali" ucap Andre, namun Bianca menangkap rasa bersalah di wajah Andre.

"Maaf kakak tak bisa memenuhi permintaan mu Bi, maaf kakak menyerah sebelum memenangkan hati kamu" Bianca tersenyum lalu memegang tangan Andre.

"Nggak apa-apa kak, Bian malah ikut bahagia. Jangan merasa bersalah karena kakak berhak untuk bahagia, kakak harus melanjutkan hidup kakak bersama orang yang memang membutuhkan kakak. Sementara Bian belum bisa memberikan kepastian apapun pada kakak. Berbahagialah kak, Bian selalu mendoakan yang terbaik untuk kakak" Ucap Bianca tulus, Andre mengangguk ia merasa lega karena telah jujur pada gadis itu meski hatinya sendiri merasa sedih, tak mudah baginya melepaskan perasaan nya pada Bianca yang telah tumbuh dengan begitu dalam.

"Boleh kakak memelukmu untuk yang terakhir kalinya bi?" Tatapan penuh harap Andre membuat Bianca tidak tega, karena bagaimana pun juga Andre selalu berbuat baik padanya.

"Iya kak" Bianca tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Andre dengan cepat menarik Bianca dan memeluknya dengan begitu erat, andai ia bisa memiliki Bianca dan juga hatinya mungkin ia akan merasa hidupnya begitu sempurna. Namun ia tak bisa memaksakan hati Bian untuk menerima perasaan nya, terlebih ada Anissa yang tengah menunggunya kini.

"Kamu juga harus bahagia ya bi?" Andre menangkup pipi Bianca setelah melepaskan pelukan nya pada gadis itu

"Iya kak" Ada perasaan lega yang mengaliri hati Bianca, setidaknya ia tak terlalu lama menggantung perasaan Andre tanpa kepastian.

"Kita tetap akan jadi teman kan bi? kapan pun kamu butuh kakak, kakak akan selalu ada untuk kamu" Bian memejamkan matanya saat Andre mendaratkan kecupan yang cukup lama di kening gadis itu. Keduanya kembali berpelukan, karena ini adalah yang pertama dan terakhir kalinya mereka bisa seperti ini.

"Iya kita akan selalu menjadi teman kak" bisik Bianca. Meski kisah mereka telah berakhir tanpa sempat dimulai namun Bianca akan menyimpan kisah ini sebagai salah satu part terbaik dalam hidupnya.

🍁🍁🍁

Bianca tersentak saat akan masuk ke dalam kamarnya tubuhnya ditarik oleh seseorang. Ia ingin berteriak namun mulutnya dibekap.

"Abang kebiasaan banget bikin jantungan" Protes Bianca saat menyadari siapa pelakunya. Alex membawa nya ke dalam kamar dan mengunci pintunya.

"Lagian kenapa si bang, kalo ketauan yang lain gimana?" Mereka baru saja pulang dari air terjun, untung saja Bella dan Salsa telah lebih dulu masuk ke dalam kamar.

"Terserah abang nggak peduli!"

Hati Bianca menciut melihat tatapan tajam Alex padanya, ia tak mengerti kenapa aura pria itu begitu menyeramkan. Nyala kemarahan di mata Alex begitu terang. Tapi kenapa?"

Alex tiba-tiba menyesap bibir Bianca dengan kasar, merengkuh tubuh gadis itu dan membawanya ke ranjang dengan. Bianca mengernyit merasakan tubuhnya yang disentak begitu kuat.

"Abang kenapa" Bianca nyaris menangis. Alex kini berada di atas tubuhnya, tangan nya erat menggenggam kedua tangan gadis itu sementara kakinya mengunci pergerakan Bianca. Pantas saja sepanjang perjalanan pulang Alex begitu pendiam dan tak mau menatap padanya. Sepertinya Alex begitu marah padanya, tapi kenapa? lagi-lagi Bianca bertanya tak mengerti

"Abang uda bilang menjauh dari pria brengsek itu bi, kenapa kamu begitu keras kepala huh!? kamu begitu nyaman berada di pelukan nya bahkan pasrah saat dia mencium kening kamu. Jangan-jangan kamu juga akan dengan senang hati menyerahkan tubuhmu padanya dan memuaskan hasrat pria itu iya?! apa kenikmatan yang abang kasih masih kurang hum?" Ucapan kemarahan Alex teramat menusuk hati Bianca hingga air mata nya luruh begitu saja. Ia menatap tak berkedip pada Alex menyalurkan kekecewaan mendalam pada pria itu.

"Apa menurut abang Bian semurahan itu? apa karena Bian sudah menyerahkan diri pada abang lantas menurut abang Bian akan melemparkan diri begitu mudah pada pria lain nya?" Rahang Alex mengeras, ia merasa hatinya begitu pedih melihat kekecewaan di wajah gadis itu, namun bayangan saat Bianca tersenyum saat berada dalam pelukan Andre membuat darahnya kembali mendidih.

"Abang tahu alasan Bian menyerahkan diri pada abang, Bian rela menjadi pemuas hasrat abang karena Bian cinta sama abang. Bian tidak akan membiarkan pria yang tidak Bian cintai menyentuh Bian seperti Bian membiarkan abang menggarap tubuh Bian. Jangan samakan Bian sama abang yang bisa menyentuh gadis yang tidak abang cintai" Ucapan Bianca terasa begitu menusuk hati Alex, ia tak bermaksud merendahkan gadis itu. Hanya saja ia begitu emosi saat Andre menyentuh Bian, ia sungguh tidak rela.

"Bukan itu maksud abang bi, abang hanya nggak suka melihatnya memeluk dan mencium kamu. Abang nggak rela bi" Alex sedikit melunak. Ia menciumi wajah Bianca seolah ingin menghapus kekecewaan gadis itu atas ucapan kotornya. Ia merasa menyesal telah menyakiti hati gadis itu.

"Tapi kenapa? Bian nggak pernah marah saat abang bermesraan dengan kak Salsa. Meski Bian ingin tapi Bian tahu diri, Bian sadar Bian nggak berhak untuk itu. Karena kita terikat pada hubungan apapun, kita cuma partner di atas ranjang. Tapi kenapa abang malah seperti ini?" Keluh Bianca dengan air mata yang semakin banyak. Ia merasa begitu sedih saat ini, ia merasa Alex merendahkan nya tapi bukan kah di mata pria itu ia memang rendah? apa sebutan yang cocok bagi seorang gadis yang melemparkan diri dengan sukarela pada seorang pria yang telah memiliki kekasih selain murahan?