Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menata Hati Yang Hancur
"Apa maksud kamu? Jadi, yang mendonorkan ginjal untuk kamu adalah istrinya Lion, yang kata kamu begitu mirip denganmu?"
Verina mengangguk dengan air mata yang mengalir deras, dia menceritakan semuanya pada Ibunya. Verina tidak tahu harus bagaimana menjalani kehidupan ini dengan satu ginjal yang diberikan oleh perempuan malang yang tidak mendapatkan cinta dari suaminya. Harus menerima kemarahan Lion padanya yang sebenarnya semuanya karena kesalahan Verina.
"Dan dia menjalani pernikahan yang tidak bahagia kamu bilang? Jadi, selama ini Lion menyiksanya karena dia mirip denganmu?"
Verina hanya kembali mengangguk, dia juga tidak tahu harus melakukan apapun saat ini. Namun kenyataan ini benar-benar membuat rasa bersalah begitu besar dalam dirinya. Bukan hanya tentang dia yang meninggalkan Lion sebelum pernikahan mereka, tapi juga karena dia juga sudah membuat seseorang mengalami luka begitu besar dalam dirinya karena kesalahan yang Verina lakukan.
"Ma, aku harus bagaimana? Aku merasa bersalah padanya, dia tidak pernah salah apapun... Hiks... Tapi dia harus menanggung luka begitu besar"
Mama terdiam, matanya menatap kosong dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata dan akhirnya meluncur begitu saja.
"Ya Tuhan, apalagi yang dia alami? Nak, Mama ingin melihat fotonya"
Verina mendongak, dia menatap Mama yang ikut menangis. Pasti Mama juga merasa bersalah atas apa yang terjadi pada Airin, atas semua kesalahan yang Verina lakukan. Verina mengambil ponsel dan menunjukan foto Airin dan juga video Airin saat dulu dia melakukan klarifikasi dan seolah dia adalah Verina saat itu.
Mama mengambil ponsel anaknya, menatap perempuan dalam rekaman video. Tatapan Mama tertuju pada sudut mata yang terdapat tahi lalat kecil disana. Air mata Mama semakin mengalir deras, dia terisak begitu keras.
"Hiks... hiks.. Maafkan Mama, Nak. Maafkan Mama"
*
Airin masih duduk ditempatnya, menatap Brian yang baru saja mengatakan hal cukup mengejutkan baginya. "Kak, apa maksudnya? Tiba-tiba datang kesini dan mengatakan itu"
"Airin, semuanya tidak seperti yang kamu pikirkan. Lion tidak kembali pada Verina, dia mencarimu. Lion terlihat kacau tanpa kau disampingnya"
Airin tersenyum, namun air mata lolos begitu saja. Tatapannya kosong, namun menunjukan betapa besar luka yang dia sembunyikan. Luka yang begitu dalam, hingga tidak nampak ke permukaan.
"Kak, aku sudah ada pada keputusanku. Sejatinya dia hanya merasa bersalah saja, karena sekarang aku sudah tidak disampingnya. Tapi Kak, aku butuh waktu untuk menyembuhkan luka yang bahkan aku sendiri tidak yakin, apa bisa sembuh atau tidak. Biarkan semuanya tetap berjalan seperti ini. Jangan pernah Kak Brian kasih tahu dia tentang keberadaan aku"
Brian menghela nafas pelan, sepertinya memang salah jika dia berharap Airin akan berubah pikiran. Hatinya terlalu sakit, hingga dia sulit untuk mengatakan ingin kembali. Meski Brian yakin jika dalam hati Airin, dia masih begitu mencintai Lion. Terlihat jelas dari tatapan matanya.
"Baiklah, terserah kamu mau mengambil keputusan seperti apa saat ini. Aku akan selalu mendukung. Tentang semua hal yang akan kamu lakukan kedepannya. Tapi, satu hal yang aku beritahu padamu, jangan pernah membohongi hatimu sendiri"
Airin hanya mengangguk, dia mengusap kasar air mata yang mengalir di pipinya. Sebenarnya hatinya masih milik orang yang sama. Hanya saja rasa kecewa dan luka, belum bisa dia hilangkan.
"Rin, terkadang luka akan sembuh oleh seseorang yang menciptakan luka itu sendiri. Jika dia ingin berubah dan menebus segala kesalahannya, mungkin luka di hatimu akan sembuh"
"Iya Kak, tapi tidak untuk saat ini. Aku hanya ingin menikmati kesendirianku"
"Baiklah jika itu tetap menjadi keputusanmu. Aku akan selalu mendukung apapun itu. Dan ... apa orang tadi seseorang yang akan menggantikan Lion?"
Airin menggeleng dengan cepat, dia tersenyum tipis pada Brian. "Tidak mungkin Kak, dia hanya seseorang yang baru aku kenal. Lagipula aku sedang menata hatiku, bukan untuk membuka kembali"
Hanya ingin menata hati yang hancur untuk lebih baik lagi. Tapi bukan untuk membuka gerbang kembali, hanya akan menatanya agar kembali sempurna, tanpa membukanya kembali. Seperti sebuah bangunan rusak dengan pintu gerbang yang terkunci rapat, meski dalam bangunan itu diperbaiki, tetapi jika gerbang rumah tidak dibuka, maka tetap tidak akan ada yang bisa masuk.
*
Hari ini Lion terpaksa harus pergi mengecek Hotelnya. Meski sebenarnya da bisa saja menyuruh Yuka untuk melakukannya, tapi Yuka juga sudah banyak pekerjaan.
Saat dia kembali ke Pantai ini, sekarang bukan lagi kenangan tentang Verina yang terlintas dalam bayangannya. Tapi tentang Airin, bayangan ketika Lion mengejar istrinya yang berlarian di atas pasir dengan senyuman yang lepas. Lion tidak pernah menyangka jika yang terjadi disini, akan menjadi kenangan terakhir bersama istrinya sebelum dia pergi meninggalkannya.
Setelah selesai mengecek beberapa laporan di Hotel, Lion menyempatkan pergi ke Restoran tempat mereka makan saat itu. Semua tempat disini seolah mengingatkannya pada Airin. Padahal dia hanya mengajak Airin sekali datang kesini. Bayangan tentang Verina perlahan mengikis, dan tergantikan oleh kenangan bersama Airin.
"Eh, Tuan Lion. Anda benar datang kembali kesini ya. Dimana Nona Verina?"
Lion menghembuskan nafas pelan, seharusnya pada saat itu dia menjelaskan pada pemilik Restoran ini dan menyangkal jika yang bersamanya bukanlah Verina, tapi Airin. Sekarang Lion bisa merasakan bagaimana Airin menahan sakit dan lelahnya karena harus terus menjadi orang lain.
"Sebenarnya yang bersamaku terakhir kali, bukanlah Verina. Wajah mereka memang sangat mirip, tapi dia adalah Airin, istriku. Bukan Verina, aku dan Verina sudah lama tidak bersama lagi"
Pemilik Restoran terlihat sangat terkejut dan sedikit bingung. Tapi memang dia melihat sedikit perbedaan dari cara bicara Airin dan Verina dari yang terakhir dia temui.
"Ah begitu ya. Eh, tunggu sebentar Tuan, saya ada sesuatu yang ingin diserahkan pada Tuan"
Teringat akan buku catatan yang di titipkan Airin padanya. Meski pada awalnya dia merasa aneh kenapa Airin menitipkannya, tapi ucapannya benar terjadi jika Lion datang sendirian kesini, tanpa bersamanya.
"Saat terakhir kali, Nona Veri- Eh, maksudnya Nona Airin, menitipkan buku catatan ini pada saya. Dia bilang jika suatu saat Tuan Lion datang tanpa bersamanya, saya harus memberikan ini"
Lion menatap sebuah buku catatan yang di sodorkan oleh pemilik Restoran ini. Mengambilnya dengan tangan bergetar.
"Terima kasih, jika begitu aku pergi dulu"
Lion kembali ke Kamar Hotel yang terakhir kali dia tempati bersama Airin. Duduk di sofa dengan memegang buku catatan milik istrinya ini. Ada perasaan takut untuk membukanya, dia takut jika akan semakin menyesali semuanya.
"Sayang, apalagi yang kau siapkan untukku? Seolah kamu sudah menyiapkan semuanya untuk pergi meninggalkanku?"
Perlahan Lion membuka buku catatan itu, tulisan tangan yang sama dengan surat yang dia temukan di laci meja kerja langsung terlihat. Tangan Lion bergetar ketika membaca isi dari buku catatan itu.
Bersambung
Konsultasi dulu kalee Lion ke dr bagaimana baik nya