Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.
Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.
Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.
Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.
Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
"Biraaa....!! Apa lagi yang kamu lakukan haa...." Bentak Kaifan Kakak pertama Sabira.
"Aku nggak melakukan apa apa. " sahut Sabira tenang.
Dia tau pasti Aura kembali membuat drama, agar semua keluarganya membencinya, sudah biasa hal seperti ini di Terima oleh Sabira.
Plak....
"Dasar anak sia lan.... Selalu saja membuat kekacauan, apa hidup loe, nggak bisa membuat orang tenang sebentar saja, setiap hari ada aja kelakuan loe." Kaifan menampar pipi putih mulus itu, dan meninggalkan cap telapak tangan di pipi Sabira.
Sabira memegang pipinya yang terasa perih, ulah tamparan abang pertamanya itu.
"Ada apa lagi sih, ribut ribut mulu." kesal Daren.
"Noh... Anak bodoh itu, selalu membuat masalah, tadi dia merusak kado yang gue kasih buat adik kita." sinis Kaifan menatap Sabira.
"Loe itu kenapa sih, selalu bikin masalah Ra, bisa nggak sih, loe tenang, loe mau cari perhatian dari kita, nggak kaya gini caranya, bukan kita sayang ke loe, yang ada kita kita semakin benci sama loe" ucap Daren frustasi melihat tingkah adik bungsunya itu.
Bukan Daren benci kepada adiknya itu, namun kelakuan Sabira yang nakal membuat dia sangat kesal kepada sang adik.
"Kalian kenapa sih, selalu nyalahin gue, kenapa kalian nggak cari tau terlebih dahulu, sebelum menuduh gue." kesal Sabira, sesak sungguh sesak dadanya, karena seluruh keluarganya selalu menuduh dirinya yang selalu membuat ulah.
Padahal Sabira tidak pernah melakukan kejahatan apa pun itu, itu kelakuan Aura si anak angkat, yang selalu memfitnah Sabira, karena dari kecil pun Aura selalu iri kepada Sabira.
Apa lagi semenjak Aura tau, klau dirinya bukan anak kandung di keluarga Rajendra, membuat dia semakin benci kepada Sabira, segala cara dia lakukan agar keluarga Rajendra membenci Sabira.
"Halah..... Maling mana mau ngaku." sinis Kaifan.
Sementara Aura tersenyum puas melihat Sabira di pukul dan di benci oleh ke dua abangnya.
[Gue bakal bikin loe di tendang dari rumah ini, Sabira. Gue benci sama loe, gue harus menjadi anak satu satunya di keluarga ini.]" gumam Aura si anak pungut.
"Abang, sudah lah. Mungkin Bira nggak sengaja melakukannya." lerai Aura dengan wajah polosnya.
"Kamu memang adik yang baik hati, nggak marah karena hadiah kamu di rusak sama anak sia lan itu." ucap Kaifan menatap penuh kasih sayang kepada Aura, sementara kepada Sabira, Kaifan selalu bersifat sinis.
Sabira hanya bisa tersenyum perih melihat ke dua abangnya yang selalu membela dan memperlakukan Aura dengan begitu lebut, sementara kepada dirinya, ke dua sifat abangnya sangat berbeda.
Sabira menjauh dari sana, dan menaiki tangga menuju ke kamarnya.
"Lihat tuh, nggak ada sopan sopannya, pergi begitu saja, meninggalkan orang yang lebih tua dari dia." sinis Kaifan menatap kesal kepada Sabira.
Sabira tidak perduli, dia menjauhkan langkahnya kedalam kamarnya.
Sabira menutup pintu kamarnya, lalu menguncinya dari dalam, dia tau Aura akan datang ke kamarnya, dan akan men drama, ahhh... Sudah lah, Sabira sudah muak dengan semua itu.
Sabira menghempaskan tubuhnya ke atas kasur empuk dan menatap langit langit kamarnya dengan pandangan menerawang jauh ke masa lalu.
Dulu abangnya tidak terlalu membencinya, walau Aura sering ingin merebut kasih sayang abangnya kepadanya, namun abangnya tetap memperhatikan Sabira.
Begitu pun ke dua orang tuanya, yang selalu membagi kasih sayang kepada seluruh anak anak, namun makin ke sini, keluarganya semakin jauh dari jangkauan Sabira, semua membenci Sabira, entah apa sebabnya, Sabira tidak tau.
Hanya mendiang nenek dan kakeknya lah yang selalu menyanyanginya sampai ajal menjemput.
Kini Sabira benar benar mengandalkan diri sendiri, tanpa kasih sayang orang tua dan abang abannya.
Sabira bertahan di rumah itu, hingga dia bisa lulus dengan baik, dan mendapat beasiswa ke luar negeri, dia akan pergi jauh dari keluarganya.
"Sabar sedikit lagi, Bira. Setelah ini kita pergi jauh dari neraka ini." gumam Sabira berkaca kaca.
"Nenek, kakek. Bira rindu." bisik Sabira dalam hati, tidak terasa air mata Sabira mengalir tanpa permisi.
Tak ingin bersedih terlalu lama, Sabira bangkit ke arah lemari usang, yang jarang di buka, dan mengeluarkan sebuah kotak dari dalam lemari itu.
Sabira membawa kotak itu ke atas kasur dan membuka isi kotak itu.
Kotak pemberian dari kakek dan neneknya sebelum beliu meninggal.
Ternyata di dalam kota itu, berisi beberapa kartu ATM dan buku tabungan yang sudah di persiapkan oleh kakek dan nenek Sabira.
Ada sebuah surat yang belum sempat Sabira buka, kini baru lah Sabira ingin membuka surat dari kakek neneknya itu.
* Haiii.... Cucu kesayangan nenek dan kakek, pasti sekarang kamu sudah besar ya nak.
Maaf, nenek dan kakek tidak bisa menemani kamu sampai besar.
Bira, sayang. Entah kenapa, firasat nenek dan kakek tidak baik, setelah mama dan papa mu membawa bayi perempuan yang kini menjadi kakak kamu itu, nenek merasa akan ada hal besar akan terjadi sama kamu.
Oleh karena itu, kami sudah menyiapkan tabungan untuk kamu untuk bertahan hidup, tanpa sepengetahuan orang tua dan abang abang kamu.
Gunakan lah tabungan ini saat kamu sudah tidak di rumah ini, berjanjilah akan hidup baik baik saja, dan selalu menjadi cucu kakek dan nenek yang tangguh dan pantang menyerah.
Kejar lah cita citamu, dan perlihatkan pada mereka, tanpa mereka, kamu bisa berdiri di kaki kamu sendiri.
Sudah dulu ya sayang, nenek dan kakek pamit.
salam sayang dari nenek dan kakek.
Sabira terisak setelah membaca surat dari kakek dan neneknya.
Ternyata, kakek dan neneknya, sudah mempunyai firasat buruk, dan sebelum berpulang, kakek dan neneknya sudah mempersiapkan tabungan untuknya.
"Nenek, kakek. Terimakasih, telah sayang sama Bira. Bira akan selalu merindukan Nenek sama kakek, hanya kalian yang perduli sama Bira, yang lain tidak, hiks."
"Nenek kakek, Bira janji akan hidup lebih baik lagi, dan Bira akan membuktikan, klau bira bisa berhasil tanpa mereka."
Bira kembali merapikan semua barang barang itu kedalam kotak dan menyimpannya kedalam lemari usang, biar tidak ada yang tau.
"Baiklah Bira, sekarang loe harus fokus sama sekolah loe, jangan perdulikan orang lain, orang yang tidak pernah perduli sama loe, loe harus perduli sama diri loe sendiri, semangat Bira! " Sabira menyemangati dirinya sendiri, setelah membaca surat dari neneknya, kini dia semakin bersemangat dan tidak akan perduli lagi dengan keluarganya yang jahat itu.
Sabira hanya ingin fokus menyelesaikan sekolahnya, lalu pergi dari rumah yang seperti neraka ini.
Bersambung....
Haiii.... Mamak hadir lagi dengan cerita baru, semoga kalian suka ya....😁😁
"Jangan lupa like komen dan votenya... 😘😘😘
Mamak sarankan, klau mau kasih bintang, tolong kasih bintang lima ya, jangan bintang 1 2 atau 3, itu membuat nilai novel mamak buruk😌 padahal mamak sudah capek capek buat cerita, tapi nilainya jadi buruk.
Klau kasih bintang 1 2 atau 3, lebih baik jangan di kasih bintang ya, abaikan saja🙏🙏🙏
Terimakasih...... 😘😘😘
ᴄᴘᴛ ʟᴀʜ ᴋᴀᴜ ʙᴋᴛ ᴋɴ