"Lupakan status kita sebagai saudara tiri, kau yang menggagalkan ku bermain dengan para wanita maka kau sendiri yang menggantikan posisi mereka." (Ares Leonardgo).
1 Tahun tinggal sendirian Naomy Laura Gilbert biasa dipanggil Nao terpaksa harus meninggalkan dunia bebasnya demi keinginan sang mama untuk tinggal bersama keluarga barunya..
Di rumah baru itu Nao bertemu dengan kakak tirinya pria tampan blasteran France (Ares Leonardgo) yang tanpa sepengetahuan Nao jika keduanya pernah satu ranjang menghabiskan waktu dalam satu selimut.
.
.
Lantas bagaimana kelanjutan hubungan mereka berdua? simak kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15
Setelah kurang lebih setengah jam di perjalanan, Nao dan Ares tiba di rumah Andrew yang dimana acara tunangan itu sedang berlangsung.
Nao turun dari mobil menyusul Ares yang berjalan duluan, tamu yang hadir di sana matanya seketika tertuju pada Nao yang tampak begitu cantik nan anggun saat mengenakan dress hitam, Begitu cocok dress itu dengan tubuh idealnya yang sexy.
Mendapati tatapan itu Nao sedikit tak nyaman, namun ia berusaha terbiasa karena hanya dress itu yang menurutnya tidak terlalu vulgar yang berada di lemari. "Mari nikmati saja." Lirih Nao.
Ares dan Nao kini bersama orang tuanya menyaksikan Andrew yang sedang melamar kekasihnya Airin.
"Sudah tiba?." Tanya Sarah yang diangguki putrinya, Sarah tersenyum melihat penampilan Nao. "You look so pretty sayang."
"Thanks mom."
Sementara Ares hanya melirik Nao sekilas.
Setelah acara lamaran selesai, mereka bisa makan-makan sepuasnya sambil menikmati penyanyi terkenal yang bernyanyi memperhangat suasana malam itu.
Nao tidak kemana-mana ia memilih hanya duduk menikmati acara itu sendirian, sementara yang lain sibuk entah kemana.
"Hai Nao." Sapa seorang pria yang begitu Nao kenal duduk di sampingnya.
"Ben?." Tak menyangka Nao saat sahabat kakak tirinya itu berada di sana. "Hai kak."
"Bagaimana magang di perusahaan?."
"Aku menyukainya."
"Jangan sungkan-sungkan bertanya kepadaku aku dan kakakmu sudah seperti saudara."
"Oke baiklah."
"Tertekan tinggal di mansion bersama Ares?." To the point Ben yang membuat Nao menatapnya.
"Maksudnya?."
"Aku pernah dengar jika kamu terpaksa tinggal di sana."
Nao terkekeh. "Aku hanya belum terbiasa saja."
"Haha iya."
"Kak Ben ada sesuatu yang ingin ku tanyakan tentang sahabatmu." Mulai Nao.
"Ares? katakan saja."
Sebelum melanjutkan ucapannya sudut mata Nao melihat Ares di ujung sana yang sedang bersama wanita cantik, terlihat wanita itu menggandeng tangan Ares bahkan Ares membiarkannya, mereka tampak sedang mengobrol.
Ben mengikuti pandangan Nao.
"Siapa wanita itu apakah pacarnya?." Penasaran Nao.
Ben tak langsung menjawab. "Bukan, kekasih Ares hanya tato mata yang berada di belakang telinganya."
Nao mengerutkan kening karena belum melihat itu. "Tato mata yang benar saja, tapi sepertinya mereka tampak dekat?." Tanya Nao yang masih penasaran.
"Dia Tessa putri sahabat om Agam, katanya om Agam juga berencana akan menjodohkan mereka jika Ares setuju, seperti saat ini Andrew dan Airin yang sebentar lagi melangkah ke jenjang pernikahan." Jelas Ben.
"Jadi kak Andrew dan Airin dijodohkan juga?." Tanya Nao.
"Ya, dan bagusnya Andrew jatuh hati hingga menyetujui itu."
Nao terdiam saat mengetahui fakta, sementara matanya masih menatap Ares dan Tessa di sana. Ben memperhatikan gerak-gerik Nao. "Bagaimana hubunganmu dengan Rony?."
"Kita sudah putus dan aku yang menginginkan itu." Jawab Nao.
Rony tak menyangkanya namun di dunia ini apapun bisa terjadi.
Setelah selesai mengobrol Ben pamit berlalu, Nao sendiri menghampiri Andrew dan Airin untuk memberikan selamat.
Hingga acara selesai Nao menunggu Ares diparkiran untuk pulang.
Mobil papanya Agam dan mama Sarah lewat. "Sayang Ares sebentar lagi akan datang, mama pulang duluan."
Belum sempat Nao berucap mobil itu berlalu. "Haish padahal bawa saja aku, kenapa harus dengan Ares?." Lirih Nao kesal, pasti Sarah melakukan itu karena menginginkan mereka berdua untuk akur.
Dalam waktu bersamaan seorang pria datang menghampiri. "Menunggu siapa? btw aku Ken kita satu kampus dan sering melihatmu."
"Oh iya hallo, aku menunggu kakakku.*
Ken menatap intens Nao dari ujung kepala hingga ujung kaki, pria itu melepas jas untuk diberikan saat melihat Nao kedinginan. Namun sebuah tangan kekar menahannya. "Pergilah dan jangan menyentuhnya!." Dingin Ares.
Nao sedikit terkejut dengan kedatangan Ares.
"Nao?." Ken memastikan.
"Dia kakakku tak apa pulanglah."
Setelah itu Ken berlalu.
Tanpa berucap lagi Ares melepas jas mengenakannya pada tubuh Nao. "Banyak sekali pria-mu apa kau tidak kewalahan?."
Nao memutar mata malas. "Aku tak mood untuk debat, padahal tubuh Tessa lebih terbuka kenapa memberikan jas ini padaku?."
"Diam dan masuklah ke dalam mobil."
"Ck!." Decak Nao kesal saat pertanyaannya tak digubris.
Selama di perjalanan tidak ada yang bersuara, entah ada apa dengan Nao ia memilih diam saat hatinya terasa mengganjal tak tahu karena apa itu.
Ares melirik Nao yang menatap ke arah luar jendela, ia pun membelokkan mobilnya di tepi jalan.