NovelToon NovelToon
Benci Jadi Cinta

Benci Jadi Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: arsifa nur zahra u

naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25 * dalam pelukan yang tak lagi sembunyi *

Udara pagi di Puncak terasa lebih dingin dari biasanya. Kabut masih menggantung di antara pepohonan pinus yang mengelilingi vila kecil tempat kami menginap. Vila kayu itu sederhana, tapi hangat. Jendela kaca besar di ruang tengah langsung menghadap ke arah lembah dan pegunungan jauh di seberang sana.

Aku duduk di sofa dengan secangkir cokelat panas di tangan, mengenakan sweater tipis milik Raka. Masih kebesaran, tapi justru itu yang membuatku nyaman. Dan entah kenapa, baunya bikin deg-degan.

"Nyaman?" suara berat Raka terdengar dari arah dapur. Ia baru selesai menyeduh kopi untuk dirinya sendiri. Rambutnya masih sedikit berantakan. Ia hanya mengenakan kaus abu-abu tipis dan celana jogger, membuatnya terlihat jauh lebih santai dari sosok atasan yang biasa kulihat di kantor.

Aku mengangguk. “Terlalu nyaman. Sampai takut lupa pulang.”

Raka mendekat, lalu duduk di sebelahku. Kakinya naik ke sofa, meraih selimut yang tadi kugunakan dan menariknya agar menutupi kami berdua. “Kalau lupa pulang, aku juga nggak masalah,” gumamnya sambil mencium ubun-ubunku.

Dada ini selalu bergetar tiap dia melakukan hal sederhana seperti itu. Pelan tapi pasti, dinding yang dulu kupasang untuk menjaga jarak dengannya sudah runtuh total.

“Aku senang kamu ikut,” katanya sambil menatap ke luar jendela. “Sudah lama aku nggak ngerasa setenang ini.”

“Bahkan waktu kamu sama Ara dulu?”

Pertanyaan itu keluar begitu saja. Aku refleks menutup mulut. Tapi Raka menoleh dengan tenang, menatapku tanpa amarah, hanya kejujuran.

“Beda, Nay. Sama dia… aku lebih banyak pura-pura cocok. Sama kamu, aku bisa jadi diri sendiri.”

Aku terdiam. Ucapan itu menghangatkan sesuatu dalam diriku.

“Waktu aku mutusin kamu ikut ke vila ini, bukan buat liburan doang. Aku pengen kamu tahu kalau perasaanku udah gak main-main,” lanjutnya sambil menggenggam tanganku.

“Setelah semua yang kita lewati… aku tahu ini bukan cuma soal hasrat, Nay. Ini soal hati.”

Lalu ia menarik tubuhku perlahan ke pelukannya. Nafasnya menghangatkan leherku. Tangannya mengusap punggungku pelan, penuh kelembutan tapi juga… keinginan yang makin terasa nyata.

Aku mendongak. Tatapan kami bertemu, lama. Hening menyelimuti kami sejenak, tapi bukan hening yang membuat canggung—justru membuat degup jantungku terdengar semakin keras di telinga.

“Aku… takut kalau ini cuma fase, Rak. Fase karena kita lagi senang. Nanti kalau kita bosan…”

Raka menempelkan telunjuknya di bibirku. “Aku nggak akan bosan.”

Lalu bibirnya menyentuh bibirku. Awalnya pelan. Lembut. Seperti memastikan aku baik-baik saja. Tapi ketika tanganku meraih kerah bajunya, menciumnya balik dengan lebih dalam, ia tahu aku juga ingin ini.

Ciumannya menjadi lebih panas, lebih dalam, dan lebih haus. Tubuhku terhimpit antara dadanya dan sandaran sofa. Jari-jarinya menyelip masuk ke balik sweaterku, menyentuh kulit perutku yang membuatku terlonjak pelan. Tapi tak sekalipun aku menolak.

Karena malam di kamar hotel dulu bukan kebetulan. Bukan kesalahan. Dan ini semua ini adalah kelanjutan dari rasa yang tumbuh sejak saat itu.

Raka membawaku ke kamar tidur tanpa melepas pandang. Dengan perlahan, tapi penuh rasa. Ia memperlakukanku seperti sesuatu yang rapuh tapi juga sangat berharga. Saat tubuh kami menyatu, aku tidak lagi merasa takut. Tidak ada rasa bersalah. Tidak ada penyesalan.

Yang ada hanya kami.

Berdua.

*

Matahari sudah tinggi saat aku bangun keesokan harinya. Korden masih tertutup sebagian, membuat sinar lembut menyusup masuk, menyinari wajah Raka yang masih terlelap di sebelahku. Ia memelukku dari belakang, tangan besarnya melingkari pinggangku erat.

Aku mengelus lengan itu pelan, merasa hangat dari dalam.

“Mau kabur?” gumam Raka dengan suara serak pagi.

Aku tertawa kecil. “Enggak. Mau mastiin kamu masih nyata.”

“Kalau mimpi, ini mimpi yang pengen aku ulang terus,” katanya sambil mencium bahuku.

Kami hanya berbaring begitu, dalam diam yang nyaman. Sampai akhirnya, ponselku berbunyi di meja nakas. Sebuah notifikasi email masuk—dari kantor.

Aku meliriknya sebentar, lalu meletakkannya lagi.

“Nggak penting?” tanya Raka sambil memainkan rambutku.

“Penting. Tapi gak sepenting momen ini,” jawabku.

Dia tertawa kecil, lalu menarikku lebih dekat. “Aku suka kamu yang sekarang. Lebih santai, lebih berani.”

“Aku juga. Tapi jangan kaget kalau tiba-tiba aku drama lagi.”

“Kalau drama kamu bisa kayak semalam, aku gak keberatan.”

Aku mencubit perutnya, lalu kami tertawa bersama.

Hari itu kami habiskan di dalam vila menonton film, masak bareng, dan kadang hanya duduk di balkon sambil minum teh. Tapi setiap detiknya terasa penuh makna.

Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku sadar aku jatuh cinta sejatuh jatuhnya .

Bukan dengan ilusi dan bukan dengan harapan kosong.

Tapi dengan seseorang yang tahu caranya mencintaiku… bahkan saat aku sendiri belum yakin bisa mencintai diriku sebaik itu.

*

Setelah makan siang, kami duduk bersandar di balkon vila. Angin gunung bertiup pelan, membawa aroma tanah basah dan kayu pinus. Raka menyandarkan kepalanya ke bahuku, tangannya masih menggenggam jariku erat.

"Rasanya pengen tinggal di sini terus, ya," ucapku sambil menatap awan.

Raka mengangguk. "Kalau bisa, aku udah beli tempat kayak gini dari dulu. Jauh dari keramaian, cuma ada kamu dan kopi."

Aku tertawa kecil. "Dan kerjaan tetep numpuk di laptop?"

"Kerjaan bisa nunggu. Tapi kamu, jangan."

Kalimat itu membuat pipiku menghangat. Tapi sebelum aku sempat membalas, suara notifikasi ponsel Raka memecah keheningan.

Ia mengambil ponsel dari meja samping dan membaca sekilas. Wajahnya berubah sedikit tegang. Tangannya otomatis menarik diri dari genggamanku.

"Ada apa?" tanyaku pelan.

“Email dari head office. Mereka percepat audit internal… dan mereka minta aku datang ke meeting hari Selasa bareng divisi kamu juga.” Nada suaranya berubah sedikit datar.

Aku menegakkan duduk. “Divisi aku? Kenapa?”

Raka menghela napas panjang. “Sepertinya terkait proyek merger yang kamu bantu kemarin. Ada audit lanjutan, dan… ada komplain masuk soal presentasinya.”

Aku tertegun. “Komplain? Dari siapa?”

“Belum tahu pasti. Tapi aku curiga ada yang nyari celah buat nyenggol kamu.”

Kami saling berpandangan. Dan untuk sesaat, manisnya vila ini terasa kabur tertutup bayangan kekhawatiran.

“Bisa jadi dari dalam tim kamu,” lanjut Raka pelan. “Atau… seseorang yang tahu hubungan kita.”

“Ara?” aku spontan menyebut nama itu.

Raka terdiam. Tak mengiyakan, tapi tatapannya menjawab segalanya.

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungku. Rasanya seperti ditarik kembali ke dunia nyata kantor, konflik, dan orang-orang yang menunggu kami jatuh.

“Aku kuat, Rak,” kataku mantap. “Kalau mereka nyoba ganggu kita… aku gak bakal lari.”

Raka menoleh, menatapku lama. “Kamu yakin?”

“Aku yang dulu mungkin panik, tapi sekarang aku udah tahu kamu di pihakku.”

Dia mengangguk, lalu memelukku dari samping. “Apa pun yang terjadi, kita hadapi bareng. Tapi satu hal yang harus kamu tahu kalau memang ini soal Ara… aku gak akan biarin dia ganggu kamu lagi.”

Aku menyandarkan kepala di bahunya. "Aku percaya kamu."

Malam itu, kami tak banyak bicara lagi. Kami hanya berbaring berdua, saling memeluk, saling menguatkan dalam diam. Karena kami tahu, saat kami kembali ke kantor besok, dunia tidak akan lagi sehangat vila ini.

Dan kisah ini... akan diuji lebih jauh lagi .

1
putrie_07
mantap pollll.....
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
putrie_07
akhirnya /Proud//Proud//Proud//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
kantor Thor... BKN kantot😁😁😁🤭
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩
As'asri Mbu'a Bayu: /Facepalm/wkwk
total 1 replies
putrie_07
knp sih g MW😬😬😬
putrie_07
/Chuckle/
putrie_07
sabar y cint btuh pejuangann😭😭😭
putrie_07
/Smug/
putrie_07
/Grievance//Grievance//Grievance//Grievance//Grievance/
putrie_07
/Smile//Smile//Smile/
putrie_07
masa lalu tp terkdan kita teringat masa lalu. betul ap btul/Grin//Grin/
putrie_07
asykk/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
qiu qiu/Joyful//Joyful//Joyful/
putrie_07
ud mulai deh jatuh cinta /Sly/
putrie_07
/Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
mecom...😊
yeqi_378
Cocok buat semua.
Sena Kobayakawa
Jangan tinggalin aku kaya gini thor, aku butuh kelanjutannya 😭
Lửa
Dahsyat, author kita hebat banget bikin cerita yang fresh!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!