NovelToon NovelToon
THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

THE REGRET OF MY SEVEN BROTHERS

Status: sedang berlangsung
Genre:BTS / Keluarga / Angst
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

"The Regret of My Seven Older Brothers"

Di balik kehidupan mewah dan kebahagiaan yang tampak sempurna, delapan bersaudara hidup dalam kesejahteraan yang diidamkan banyak orang.

Namun, semuanya berubah ketika kecelakaan tragis merenggut nyawa sang ayah, sementara sang ibu menghilang tanpa jejak.

Si bungsu, Lee Yoora, menjadi sasaran kemarahan dan penilaian keliru ketujuh kakaknya, yang menyalahkannya atas kehilangan yang menghancurkan keluarga mereka.

Terjebak dalam perlakuan tidak adil dan kekejaman sehari-hari, Yoora menghadapi penderitaan yang mendalam, di mana harapan dan kesedihan bersaing.

Saat penyesalan akhirnya datang menghampiri ketujuh kakaknya, mereka terpaksa menghadapi kenyataan pahit tentang masa lalu mereka. Namun, apakah penyesalan itu cukup untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2: Bukan Adikku

...----------------...

Jam masih menunjukkan pukul setengah empat pagi, di mana seluruh penghuni kediaman mewah itu masih asyik terlarut dalam mimpi indah mereka. Namun tidak dengan seorang gadis cantik yang selalu bangun lebih awal dibandingkan yang lainnya. Selama bertahun-tahun, dia selalu melakukan rutinitas ini, terutama sejak kepergian Bibi Ahn. Bagi Yoora, pekerjaan ini adalah satu-satunya hal yang dia sukai, karena hanya dengan cara ini dia bisa merasakan dan memeluk satu per satu kakaknya tanpa harus memohon.

Dengan lembut, dia berjalan menyusuri lorong-lorong mansion yang masih diselimuti keheningan. Aroma segar dari pagi hari mulai menyebar, tetapi di hatinya, ada kesedihan yang tak kunjung sirna. Yoora tahu, saat kakaknya terbangun, mereka akan kembali kepada rutinitas yang sama kehilangan, rasa tidak dihargai, dan keterasingan.

Pikirannya melayang pada kenangan indah yang sempat dia rasakan bersama mereka. Dia berusaha mengingat senyuman mereka, walau sering kali diiringi dengan kata-kata yang tajam. Dengan semangat baru, Yoora berharap, hari ini bisa jadi hari yang berbeda walaupun mungkin itu hanya halusinasi nya saja .

" Sekali saja , hanya sekali sebelum aku pergi tolong berikan aku pelukan, jika tidak bisa tolong izinkan aku memeluk kaki kalian saja. Aku ingin tahu bagaimana rasanya di peluk oleh mu oppa, aku ingin merasakan apa yang di rasakan  Taehwan oppa dan Jungsoo oppa walaupun hanya sekali " ujar nya sembari memeluk pakaian - pakaian kotor milik para saudara nya.

" Kalau bukan karena mu mommy dan Daddy tidak akan pergi , aku membencinya Tuhan dia bukan adikku " gumam seorang pria yang kini tidak sengaja melihat adiknya itu , memeluk pakaian kotor miliknya dan juga saudaranya yang lain.

Setelah selesai dengan semua pakaian tersebut , yoora langsung bergegas menuju dapur untuk menyiapkan makanan untuk sarapan semua orang. Sedangkan sosok pria yang tidak sengaja memergoki yoora adalah Jihwan, dia tidak sengaja memergoki yoora yang sedang memeluk baju - baju kotor tersebut saat akan mengambil Air minum.

....

  Seperti hari - hari sebelumnya setelah selesai dengan tugas nya yoora langsung bergegas pergi ke sekolah nya untuk belajar, tanpa sarapan atau apapun itu dia pergi menaiki bus agar segera sampai ke sekolahnya itu .Dia sudah sangat bersyukur karena dia masih di izinkan untuk bersekolah oleh kakak tertuanya itu .

" Good morning! " sapa Rea, seorang gadis manis yang menjadi teman dekat Yoora di tengah banyaknya orang yang selalu membully nya.

Rea memang bukan berasal dari keturunan keluarga terpandang seperti Yoora, tetapi kehadirannya selalu membawa keceriaan. Senyumnya yang cerah seolah menjadi sinar mentari di pagi yang kelam bagi Yoora.

Meskipun hidup Rea tidak seberuntung kehidupan Yoora yang dikelilingi oleh kekayaan dan kemewahan, Yoora merasa sahabatnya itu lebih beruntung dalam hal kebahagiaan. Rea adalah sosok yang selalu bisa membuatnya tersenyum, meski dunia di sekitar mereka terasa begitu berat. Dalam pandangan Yoora, hidup Rea yang sederhana membawa kebahagiaan yang tak ternilai, sebuah kehangatan yang tak pernah dia rasakan dalam keluarganya sendiri.

"Morning," jawab Yoora dengan suara pelan, terlihat lesu saat melangkah mendekati Rea.

"Kenapa seperti lemas begitu?" tanya Rea, memperhatikan dengan cemas ekspresi Yoora yang tampak tidak biasa. Rea sudah cukup lama mengenal Yoora, dan ia bisa merasakan ada yang tidak beres.

"Tidak ada apa-apa... hanya saja aku merasa takut dengan nilainya," jawab Yoora pelan, matanya menunduk, seolah takut menghadapi kenyataan.

"Apa karena kakakmu itu lagi?" tanya Rea, mengernyitkan dahi. Dia memang sudah tahu tentang hubungan Yoora dengan semua kakaknya, hubungan yang rumit dan penuh ketegangan. Itulah sebabnya Rea selalu berusaha menghibur Yoora setiap kali mereka berbicara.

"Aku hanya takut saja," jawab Yoora lagi, suaranya agak tertahan. Dia tampak ragu-ragu, seolah perasaan itu menghimpit dirinya dari dalam.

"Percaya padaku... nilai mu kali pasti bagus," ujar Rea dengan penuh keyakinan, berusaha meyakinkan Yoora yang tampak tertekan. Yoora hanya menganggukkan kepala perlahan, mencoba percaya meski rasa khawatir masih membayangi pikirannya.

Yoora memang bukanlah murid yang bodoh; dia pintar, bahkan sangat pintar, seperti Lee Namjin. Namun, selalu ada rasa was-was yang menghantuinya setiap kali ujian mendekat. Setiap kesalahan sekecil apapun bisa berdampak besar pada kemarahan kakak tertuanya itu, membuatnya merasa seolah-olah hidup dalam bayang-bayang tekanan.

Kekhawatiran itu menghimpitnya, seolah dia selalu berjalan di tepi jurang. Seonho, yang dikenal sebagai sosok yang ambisius dan perfeksionis, tidak segan-segan mengekspresikan ketidakpuasannya dengan pukulan hingga makian jika Yoora tidak memenuhi standar yang ditetapkannya oleh nya.

Maka, setiap kali Yoora membuka buku pelajaran, dia melakukannya dengan penuh rasa takut dan harapan, berjuang untuk tidak hanya mendapatkan nilai yang baik, tetapi juga untuk mendapatkan sedikit pengakuan dari saudara-saudaranya yang tak pernah menghargai keberadaannya.

"Aku selalu khawatir, tidak jelas... Ouh ya, apa kamu masih ingat pria yang tidak sengaja kita tolong minggu lalu?" tanya Yoora lagi, suara pelan dengan sedikit rasa gelisah di matanya.

"Akhh... iya, aku ingat. Ada apa?" tanya Rea, menatap Yoora dengan penuh perhatian. Ia tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu sahabatnya itu.

"Kang Min-ho... Aku kemarin tidak sengaja bertemu dengannya saat disuruh Namjin oppa membeli barang di supermarket," jawab Yoora dengan suara yang lebih rendah, seolah sedang mempertimbangkan kata-katanya.

"Begitu kah? Lalu apa yang terjadi?" Tanya Rea, semakin penasaran. Ia tahu pasti bahwa pertemuan itu cukup menarik perhatian Yoora.

"Tidak ada yang terjadi, dia hanya menegurku dan membayar semua belanjaan ku," jawab Yoora, merasa canggung saat mengingat kejadian itu.

"Serius?" Tanya Rea, terkejut. Ia tidak percaya bahwa seseorang yang baru mereka temui bisa melakukan hal seperti itu.

" Apa aku kelihatan berbohong?" ujar Yoora, menatap Rea dengan mata yang sedikit kesal, merasa dipertanyakan.

Rea yang mendengar itu langsung tertawa, karena melihat wajah Yoora yang kesal. Ia selalu merasa senang bisa mengerjai sahabatnya seperti ini. Namun, di balik tawanya, ia menyadari ada sesuatu yang lebih dalam di balik pertemuan itu.

"Lalu, apa yang kamu lakukan dengan uang oppa-mu itu?" tanya Rea dengan rasa ingin tahu yang makin besar.

"Tidak ada yang aku lakukan, aku mengembalikan uangnya pada Namjin oppa, tapi dia nggak mau menerimanya," jawab Yoora dengan sedikit ragu, seolah merenung tentang reaksi Namjin.

"Ra... apa Namjin oppa baik padamu?" tanya Rea lagi, memandangi Yoora dengan tatapan tajam, mencoba membaca perasaan sahabatnya itu.

" Eummm... Sangat baik, semua oppa ku baik Re.. hanya saja mungkin mereka sedikit kecewa padaku . Karena bagaimanapun karena diriku mereka harus kehilangan kasih sayang orang tua kami . Aku mungkin akan melakukan hal yang sama jika ada di posisi mereka ! " Ujar Yoora sembari menatap sahabatnya itu.

" Dengarkan aku Ra.. kematian Daddy mu dan kepergian mommy mu bukanlah kesalahan mu , tidak ada seorang pun anak yang akan tega membunuh orang tua nya sendiri . Berhenti menyalahkan dirimu sendiri, dan jangan dengarkan ucapan semua oppa mu itu " ujar Rea  memberikan pengertian pada sahabat nya itu, Rea memang tahu seberapa buruknya kehidupan sahabatnya ini .

" Lupakan saja ayo masuk kelas, sepertinya kelas nya akan segera di mulai " ujar yoora mengalihkan pembicaraan nya .

Rea yang mendengar ucapan sahabat nya itu hanya dapat menggelengkan kepalanya, dia sudah sering menasihati Sabahat nya itu. Namun sayang yoora tidak pernah mau mendengarkan nya , Dia selalu berkata jika semua saudara nya itu baik . Tanpa pernah mencela mereka sedikit pun dan dihadapan siapapun.

....

"Bagaimana?" tanya seorang pria dengan suara rendah namun penuh otoritas. Ia duduk di sebuah ruangan besar dengan pencahayaan remang, meja kerjanya dipenuhi dokumen dan beberapa layar komputer yang menampilkan data-data penting.

"Maafkan saya, Tuan. Sejauh ini, saya belum berhasil menemukan Nyonya. Namun, saya akan berusaha sebaik mungkin agar tidak mengecewakan Anda," ujar seorang pria lain yang berdiri di hadapannya. Wajahnya tegang, menunjukkan bahwa ia sangat menyadari keseriusan situasi ini.

"Bekerjalah dengan cepat!" jawab pria itu tegas, tatapannya tajam menembus sosok anak buahnya. Ucapan itu seperti peringatan sekaligus ultimatum yang tak bisa diabaikan.

"Terima kasih, Tuan. Saya permisi," balas anak buahnya, membungkukkan badan dengan hormat sebelum bergegas meninggalkan ruangan setelah mendapat izin. Langkah kakinya terdengar berderap pelan, menggema di lantai marmer ruangan yang sunyi.

Tak lama setelah pintu menutup, keheningan ruangan kembali pecah oleh dering ponsel yang tiba-tiba mengisi udara. Pria yang tengah asyik berkutat dengan komputernya itu mengangkat kepala, menatap layar ponsel yang tergeletak di atas meja. Nama di layar membuat ekspresinya berubah menjadi serius.

Dengan sedikit ragu, ia mengambil ponsel itu dan menjawab panggilan.

"Hallo..." sahutnya pelan saat panggilan tersambung.

"Yongki-ah..." suara berat terdengar dari seberang telepon, memanggil nama Yongki.

"Nee, Hyung... ada apa?" tanya Yongki pada sang kakak, Seonho.

"Kau sedang sibuk?" Seonho bertanya, suaranya terdengar ragu.

"Sedikit... katakan saja ada apa?" jawab Yongki sambil menghela napas kecil, tanda bahwa ia tengah fokus dengan sesuatu.

"Kau tahu, hari ini ulang tahun Jungsoo. Aku hampir saja melupakannya," tutur Seonho dengan nada penuh penyesalan.

"Aku juga lupa, Hyung. Untung saja kau mengingatkan. Kalau tidak, dia pasti akan merajuk seperti tahun lalu," balas Yongki sambil mengusap dahinya.

"Kau benar... lalu bagaimana sekarang? Waktunya sudah sangat mepet, sementara Hyung masih harus bekerja," tanya Seonho, terdengar sedikit cemas.

"Aku juga sedang mengerjakan proyekku, tidak mungkin bisa pulang cepat!" jawab Yongki dengan nada setengah frustrasi.

"Hyung tahu... jadi, apa pendapatmu?" Seonho bertanya lagi, kini dengan nada lebih serius.

"Apa kita makan di luar saja?" Yongki mengusulkan dengan nada ragu.

"Kau tahu, Jungsoo tidak suka merayakan ulang tahunnya di luar," jawab Seonho sambil menghela napas panjang.

"Akhh, iya... begini saja, Hyung. Minta Yoora untuk menyiapkan segalanya, dan biarkan Jihwan serta Taehwan mengalihkan perhatian Jungsoo. Aku dengar Haesung dan Namjin baru akan pulang ke rumah nanti malam," usul Yongki dengan nada lebih yakin.

"Yoora? Kau yakin dia bisa kita andalkan?" tanya Seonho lagi, nada skeptis terdengar dari suaranya.

"Mau bagaimana lagi? Ini sudah terlalu mepet. Aku tidak mau adikku kecewa lagi seperti tahun lalu!" jawab Yongki tegas, menunjukkan kepeduliannya.

"Baiklah... aku akan coba bicara padanya nanti," balas Seonho akhirnya setuju.

"Nee, Hyung..." sahut Yongki singkat.

"Hyung tutup dulu. Semangat bekerja, Yongki-ah," ujar Seonho sembari mengakhiri percakapan mereka.

.....

Sementara di tempat lain, Yoora yang sedang berjalan pulang bersama Rea harus menghentikan langkahnya sejenak. Suara dering telepon yang mendadak berbunyi tidak bisa diabaikan begitu saja. Yoora merogoh saku jaketnya dengan cepat, melihat nama yang tertera di layar, membuatnya menghela napas sejenak sebelum akhirnya menjawab panggilan tersebut.

"Re, kamu duluan saja. Aku akan mengangkat telepon dulu," ujar Yoora sambil mengeluarkan ponselnya yang bergetar di dalam tas.

"Tapi bis nya sudah sampai. Ayo masuk dulu, jangan sampai kita tertinggal," ujar Rea dengan nada mendesak.

"Iya... ada apa, Oppa?" tanya Yoora begitu panggilan tersambung. Kini ia sudah duduk di dalam bis, bersebelahan dengan Rea yang duduk di samping nya .

"Di mana kau?" suara tegas dari seberang terdengar. Itu suara Seonho, kakak tertuanya.

"A-aku di jalan. Ouh ya, Oppa, kebetulan kau menelepon. Aku mau minta izin. Mungkin malam ini aku akan pulang terlambat. Ada yang harus aku beli," ujar Yoora hati-hati, mencoba menyampaikan niatnya.

"Tidak ada pulang terlambat seperti itu! Pulang secepatnya! Kau lupa kalau hari ini ulang tahun Jungsoo? Selalu saja seperti itu. Tidak berguna!" suara Seonho memotong tajam.

"Aku tidak lu..." Yoora mencoba menjawab, tetapi Seonho kembali memotong ucapannya.

"Jangan banyak alasan! Kau membuang waktuku. Intinya, siapkan semua keperluan untuk ulang tahun Jungsoo malam ini. Aku ingin semuanya selesai sebelum jam delapan malam. Aku akan mengundang tamu setelah itu, dan dengarkan aku jangan menampakkan dirimu selama acara!" suara Seonho terdengar semakin dingin, membuat Yoora menelan ludah dengan berat.

"Kau dengar tidak!?" Bentak seonho, yang membuat yoora terlonjak kaget.

"Kenapa mepet sekali, Oppa? Mana bisa aku menyiapkan semuanya dalam waktu beberapa jam saja?" Ujar Yoora dengan nada nyaris berbisik agar Rea tidak mendengar.

"Aku akan mengirimkan uang untuk membeli segala keperluannya. Tapi dengarkan ini baik-baik jika sampai acara ini tidak berhasil, aku akan pastikan kau tidak bisa bersekolah lagi. Paham?!" ancam Seonho sebelum menutup telepon tanpa memberi Yoora kesempatan menjawab.

Yoora hanya bisa menghela napas panjang saat suara kakak tertuanya, Seonho, berhenti terdengar di telepon. Sejenak, dia terpaku menatap layar ponselnya yang kembali menyala, menunjukkan notifikasi baru. Notifikasi itu tentu saja tentang transfer uang dari Seonho. Dengan tatapan hampa, Yoora menyadari bahwa dia tidak memiliki pilihan lain selain terus menuruti perintah kakaknya, meskipun hatinya terasa semakin berat karena takut tidak bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu.

"Re... Boleh aku minta tolong? " Tanya Yoora pada sahabat yang mungkin sedari tadi mendengar semua percakapan mereka.

"Aku akan membantumu, katakan ada apa?" Tanya Rea yang tau dengan kondisi sahabat nya itu .

"Jungsoo oppa berulang tahun hari ini, sedangkan di rumah belum ada persiapan apapun , barusan seonho oppa meminta ku untuk menyiapkan segalanya . Aku tidak yakin jika ini akan selesai tepat waktu ! " Ujar Yoora menjelaskan segala nya pada sahabat nya itu .

"Bukankah kamu juga tadi berkata akan membeli sesuatu untuk dia ? " Tanya Rea lagi .

"Emm... Tentu saja, aku tidak pernah sekalipun melupakan tanggal ulang tahun semua oppa ku " jawab Yoora lagi .

"Apa yang harus aku bantu , seperti nya oppa mu kembali mengancam mu ? " Tanya Rea lagi .

"Re ... " ujar Yoora yang di jawab anggukan oleh Rea.

"Maaf jika tidak sopan , tapi aku mendengar semua nya . Bukankah yang mereka lakukan terlalu jahat ? Mereka memperlakukan mu layaknya seorang pembantu di sana !" Jawab Rea lagi.

" Kau tau itu tidak seperti yang kamu pikir, mereka seperti itu karena tidak mau rekan kerja nya tau tentang keberadaan ku " jawab Yoora memberikan pembenaran terhadap sikap Kakak nya itu.

" Terserah mu saja lah, katakan padaku jika kamu ingin menyerah.  " Ujar Rea yang di tanggapi oleh kekehan dari Yoora.

" Menyerah apa maksud mu { ucap nya yang tidak berhenti tertawa } aku melakukan itu untuk kakak ku sendiri , santai saja " jawab nya yang tidak di tanggapi oleh Rea.

Rea selalu tahu bahwa Yoora pandai menyembunyikan segala masalahnya. Meski Yoora seringkali berkata bahwa semuanya baik-baik saja, Rea merasa Yoora tak pernah benar-benar mengungkapkan kejelekan atau perlakuan buruk dari ketujuh saudaranya.

Sesuai perintah Seonho, Yoora dibantu oleh Rea pergi untuk membeli beberapa kebutuhan acara ulang tahun Jungsoo, sang kakak ketujuh. Walaupun Yoora tahu tidak mungkin dia memberikan kado itu langsung kepada Jungsoo, dia tetap menyempatkan membeli hadiah kecil untuk Nya . Perjalanan itu memakan waktu cukup lama, tapi di balik itu yoora selalu bersyukur karena Rea selalu mau membantu nya .

Begitu yoora sampai di kediaman keluarga Lee, Yoora menghela napas, merasa kelelahan dengan segala kegiatan yang terkesan tergesa-gesa itu. Namun, di balik rasa lelah, dia bersyukur. Rea, yang tanpa ragu selalu membantunya, tak hanya sahabat biasa. Bagi Yoora, Rea sudah seperti bagian dari keluarga. Mereka telah berteman sejak SMP, dan persahabatan yang terjalin selama bertahun-tahun itu sudah cukup untuk membuktikan betapa dekatnya mereka.

Saat Yoora hendak turun dari mobil taksi yang disewanya, ponselnya tiba-tiba berdering, memecah keheningan yang sempat terasa selama perjalanan pulang. Tanpa terburu-buru, dia meraih ponselnya dan melihat nama yang muncul di layar. Panggilan dari Namjin. Sejenak, dia terdiam, merasakan detak jantungnya yang sedikit lebih cepat. Meski dia sering menerima panggilan langsung dari kakaknya yang satu ini, dia tahu bahwa Namjin tidak akan meneleponnya tanpa alasan penting.

 

" Hallo... " Ucapan Yoora.

" Kamu sudah kembali ke rumah ?  " tanya Namjin .

"Iya oppa, aku baru saja sampai," jawab Yoora pelan saat mengangkat telepon.

"Nanti malam oppa dengar ulang tahun Jungsoo akan diadakan di rumah. Kamu sudah punya pakaian untuk dipakai?" tanya Namjin dengan nada perhatian yang khas.

"Akh, tidak apa-apa oppa, aku masih punya pakaian yang bisa dipakai," ujar Yoora, berusaha terdengar yakin.

"Pakaian kapan, Yoora? Kamu satu-satunya putri di keluarga Lee, kamu harus tampil cantik!" balas Namjin dengan nada lembut namun tegas.

Yoora hanya terdiam mendengar perkataan kakaknya. Kata-kata Namjin itu menggema di benaknya, membuatnya merasa semakin kecil di tengah keluarganya yang begitu besar dan terpandang. Selama ini, keberadaan Yoora di dalam keluarga Lee memang sengaja disembunyikan oleh Seonho dan Yongki. Tidak ada satu orang pun di luar keluarga yang tahu bahwa tuan Lee sebenarnya memiliki seorang putri. Yang orang lain ketahui, keluarga Lee hanya memiliki tujuh putra, tanpa seorang adik perempuan.

Dia tidak tahu harus menjelaskan bagaimana pada Namjin. Kenyataan bahwa dirinya seperti 'rahasia' keluarga yang selalu menghantuinya, membuatnya merasa terasing di dalam rumahnya sendiri.

" Dek... Kamu masih di sana ? " Tanya suara Namjin lagi.

" Iya oppa, tapi oppa tidak perlu repot-repot . Yoora ada urusan nanti malam dengan teman Yoora jadi tidak akan ikut Hadir di pesta ulang tahun nya Jungsoo oppa " sahut yoora.

" Lagi ? " Tanya Namjin yang tahu jika adik nya itu tidak pernah ikut bergabung dalam acara apapun , termasuk acara ulang tahun semua kakak nya .

" Aku sudah meminta izin pada Seon oppa, dan dia mengizinkan nya asal aku tidak pulang larut " jawab Yoora.

"Huffhh... Kamu tidak sedang menyembunyikan sesuatu? " Tanya Namjin dari sebrang telepon.

" Yoora sedang terburu-buru.. kita lanjutkan nanti oppa " ujar Yoora yang langsung mengakhiri telpon tersebut.

  Sementara Namjin hanya bisa menghela napas panjang, mendengar jawaban Yoora yang jelas terdengar penuh keraguan. Dia tahu adiknya itu sedang berbohong, sama seperti setiap kali ada acara keluarga yang melibatkan kehadiran semua saudara mereka sebelum - sebelumnya. Kejadian seperti ini selalu terulang, Yoora akan berusaha keras menyembunyikan kegelisahannya, berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja, meskipun Namjin tahu betul bahwa hatinya pasti terasa begitu berat.

Namjin tahu betul bahwa Seonho pasti melarang Yoora untuk hadir di acara ini. Meskipun kakak tertuanya itu tidak pernah secara langsung mengatakan pada dirinya bahwa Yoora dilarang hadir di setiap acara yang melibatkan keluarga, teman, maupun rekan kerja, sikap diam adiknya sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan semuanya. Seonho selalu memiliki cara halus untuk mengendalikan situasi tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun. Dan sifat Yoora yang penurut dan tidak pernah protes, seakan di paksa bungkam untuk menerima semua yang di perintahkan oleh kakak tertua mereka.

"Tidak masalah, aku akan tetap membeli nya . Lagipula sebentar lagi dia juga akan berulang tahun, sekalian saja " ujar Namjin yang kembali melanjutkan pekerjaannya.

 Sementara itu, Yoora juga sangat sibuk menyiapkan segalanya karena waktu yang diberikan oleh sang kakak begitu terbatas. Dengan kecepatan dan ketekunan, dia bergerak di antara tumpukan dekorasi yang tergeletak di ruang tamu yang luas, setiap sudutnya masih menyimpan kenangan akan masa-masa bahagia bersama keluarganya yang kini terasa sangat jauh. Dia melakukan segalanya sendirian, karena di rumah itu memang tidak ada asisten rumah tangga sejak bibi Ahn memutuskan untuk berhenti bekerja. Jadi, Yoora lah yang melakukan semua pekerjaan rumah, mulai dari merapikan ruangan hingga menyiapkan dekorasi yang meriah untuk ulang tahun Jungsoo.

Tak terasa, waktu bergulir begitu cepat. Setelah berkutat dengan berbagai hal selama beberapa jam, aroma manis dari kue ulang tahun yang dipesan mulai mengisi udara, memberi sedikit kenyamanan di tengah kesibukan. Akhirnya, semua persiapan pun telah selesai. Dia mengatur balon berwarna cerah dan pita berkilau di meja yang sudah dipenuhi berbagai makanan lezat. Hanya tinggal menunggu kue ulang tahun yang dipesan dan memastikan semua tugas Yoora selesai. Tak lupa, dia mengabadikan semua hasil kerja kerasnya dalam beberapa foto, mengarahkan kamera ponselnya pada setiap detail yang telah dipersiapkan dengan penuh cinta. Dia juga mengirimkan pesan kepada Seonho sebagai bukti bahwa dirinya telah menyelesaikan tugasnya, berharap bahwa kerja kerasnya akan mendapatkan pengakuan.

Saat Yoora menunggu pesanan kuenya diantar, tiba-tiba pintu rumah terbuka, menunjukkan sosok pria tampan yang tak lain adalah kakaknya, Haesung. Dengan langkah pasti, Haesung terlihat membawa beberapa barang di tangannya, mungkin hadiah untuk Jungsoo atau sekadar barang belanjaan. Namun, saat dia memasuki ruangan, tatapan tajamnya seolah menghujam langsung ke hati Yoora. Wajahnya meringis sedikit, jelas terlihat bahwa dia tidak senang dengan keberadaan Yoora yang menyita perhatian di rumah ini. Tatapan tidak suka yang terlihat jelas di wajahnya membuat Yoora hanya bisa menunduk, merasakan tekanan dari sikap sang kakak yang selalu membuatnya merasa tidak berharga. Dalam hatinya, dia berharap bisa meraih kembali perhatian dan kasih sayang yang selalu diimpikannya dari keluarganya.

" Kenapa kau masih berdiri di sana ? Bagaimana jika ada tamu yang datang dan melihat mu ? " Tanya haesung dengan nada sinis.

" Aku sedang menunggu pesanan kue nya oppa " jawab Yoora lagi .

" Alasan saja , cepat pergi dan jangan tunjukkan wajah mu di hadapan kami saat acara berlangsung " ujar nya yang hanya di angguki oleh yoora .

Yoora memutuskan untuk pergi ke kamarnya, menutup pintu di belakangnya untuk mencari sedikit ketenangan. Setelah mengunci pintu, ia melangkah ke kamar mandi dan membiarkan air hangat mengalir, berharap bisa menghilangkan rasa lelah dan kepenatan yang menyelimutinya. Sambil menikmati suasana tenang itu, ia teringat betapa setiap kali ada acara keluarga, ia selalu diabaikan dan tidak diizinkan untuk ikut serta. Rasa kesepian itu membuat hatinya semakin berat.

Namun, di tengah kepedihan itu, ada satu hal yang ia syukuri: sikap Namjin, kakak keempatnya, sudah mulai berubah. Dulu, Namjin juga bersikap acuh tak acuh, tidak jauh berbeda dari ketujuh kakaknya yang lain. Kini, ia merasa ada sedikit harapan saat melihat perhatian dan kepedulian yang ditunjukkan Namjin. Meskipun kehadiran dirinya masih sering diabaikan, setidaknya kini ada satu sosok yang mau mendengar dan mau memberi nya perhatian yang selalu ia harapkan.

.....

1
Nunu Izshmahary ula
akhir nya ada satu saudara Yoora yang tobat 🥹 wahhh
Nunu Izshmahary ula
ouh jadi Min-ho ya yang waktu itu baik sama Yoora, jangan jangan Mereka jodoh lagi☺️🤣
Nunu Izshmahary ula
semoga Yoora gapapa, saudara nya ada aja yang bikin dia celaka
Nunu Izshmahary ula
yang ini bener banget, walaupun Seonho kaya gitu tapi gimana ya . kata kata ini bener juga
Nunu Izshmahary ula
astaga Seonho 😩minta ginjal orang udah kaya minta krupuk
winterbear95
"kemarahan kakak tertuanya"😭kenapa dibayanganku malah muncul Jin hyung ngerap sih astaga
winterbear95
aku baca, imajinasi visualku nongol 7 bujang kesayanganku🥺
Nengsih
sedih banget, dari pertama baca udah mewek 😭
Nunu Izshmahary ula
pengen punya sahabat macam rea , wah ... senengnya kalau punya temen kaya gitu ya , di saat dunia membenci kita habis - habisan ada satu tempat yang bisa kita jadikan tempat pulang untuk bersandar, susah banget nyari temen yang kaya gini di dunia nyata . kebanyakan orang cuma bermuka dua dan datang kalau lagi ada butuh nya aja🥺
BYNK: Kamu pasti akan menemukannya suatu hari nanti, atau mungkin malah kamu yang jadi sahabat seperti Rea untuk orang lain. Dunia ini memang keras, tapi kebaikan kita nggak pernah sia-sia. jangan lelah jadi orang baik , semangat 💪🏻
total 1 replies
Wayan Indrawati
yoora yg malang
Nunu Izshmahary ula
best quotes...
Nunu Izshmahary ula
jahat banget, yaampun Seonho..
Nunu Izshmahary ula
Lah, emang di sekolah dia di kantin nya gaada cctv kah? masa langsung percaya gitu aja , Seonho 😑
Nunu Izshmahary ula
wah kok keliatannya mereka egois banget ya, kira kira Namjin bakal milih Yoora atau Jungsoo..🤔
Nunu Izshmahary ula
jan males males up nya Thor , yang baca keburu kabur
winterbear95: naikin jumblah up episodenya🙄
BYNK: siap -siap , trimakasih banyak dukungan nya
total 5 replies
Nunu Izshmahary ula
baru baca bab pertama udah sedih aja .. wah ..
winterbear95: aku datang🤸
exited banget walaupun masih 4 bab
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!