Rangga adalah seorang pemuda yang mendapatkan warisan sepasang mata sakti. mata sakti mampu menembus benda apapun, juga memberikan kemampuan medis dan ilmu beladiri.
Namun untuk mendapatkan mata sakti itu, Rangga menjadi bisu selama 5 tahun. tanpa di duga dia menikahi seorang wanita yang sangat cantik. Namun istrinya tidak mencintainya sama sekali.
Namun dirinya selalu di rendahkan oleh keluarga istrinya karena bisu dan tidak berguna.
Setelah 5 tahun berlalu, Rangga akan menggunakan mata saktinya untuk merubah takdirnya dan mendapatkan hati istrinya.
Bagaimana kelanjutannya bisa di baca di novel ini ya !!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus budianto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 24 SATU KAMAR
Seketika Bastian memerintahkan bawahannya untuk membawa Tino pergi dari sini dan membereskan nya.
"Tuan Bastian tolong ampuni saya," teriak Tino dengan sangat kasihan.
Namun bawahan dari Bastian menyeretnya tanpa memperdulikannya. Tino juga tidak bisa berbuat apa-apa dan tampaknya ini akan menjadi akhir bagi dirinya. Tino tidak pernah menyangka, dirinya yang merupakan salah satu bandar dadu terbaik di kota ini, akan berakhir dengan cara seperti ini.
Bastian sendiri yang penasaran dengan sosok yang telah membuat kasino miliknya rugi besar. Bastian segera pergi ke ruangan cctv untuk mengetahui sosok tersebut.
Begitu terkejutnya Bastian melihat di dalam rekaman cctv, bahwa orang yang baru saja memenangkan banyak uang di kasinonya adalah sosok Rangga.
"Orang ini..." Bastian semakin menganggap bahwa Rangga bukanlah orang biasa.
Selain memiliki kemampuan hebat dalam berkelahi, Rangga bahkan mampu mengalahkan bandar dadu terbaik di tempatnya.
Satu jam kemudian hari juga sudah gelap. Terlihat lampu ruang tamu rumah yang menyala dengan terang.
Rangga mulai masuk ke dalam rumah dan mendapati Miranda yang sedang tertidur di kursi. Rangga juga mulai mendekatinya secara perlahan.
Rangga memperhatikan wajah Miranda, walaupun sedang tertidur tapi tetap terlihat sangat cantik.
Ingin sekali Rangga menciumnya, tapi takut Miranda sadar dan marah kepadanya. Untuk sekarang Rangga juga tidak bisa melakukan apa-apa, walaupun dia sangat ingin.
Tapi tiba-tiba saja Miranda mulai terbangun dan terkejut mendapati Rangga sudah berada di dekatnya.
"Kamu sudah pulang?" ujar Miranda bertanya kepada Rangga sambil mengucek matanya.
"Ya, baru saja aku sampai," jawab Rangga.
"Jika mau tidur di kamar saja, di luar banyak nyamuk," sambung Rangga.
"Tidak apa, aku tadi menunggumu, tapi malah tertidur," balas Miranda.
"Menungguku..." ujar Rangga.
Tidak pernah terbayangkan Miranda akan mengatakan seperti itu kepadanya. Apa Miranda sedang mengkhawatirkannya.
"Ayah sekarang dimana?" tanya Rangga.
"Dia sedang di kamarnya," jawab Miranda.
Kemudian Miranda juga mengatakan, sepulang ayahnya tadi, ibunya langsung memarahinya habis-habisan. Kini mereka berdua juga sudah berada di kamarnya.
"Oh..." ujar Rangga.
"Aku ada sesuatu untukmu," sambung Rangga.
Rangga mulai merogoh sakunya untuk mengambil sesuatu. Selembar kertas Rangga berikan kepada Miranda.
"Apa ini?" tanya Miranda menerima kertas dari Rangga itu.
"Lihatlah sendiri," jawab Rangga sambil tersenyum.
Miranda mulai melihat selembar kertas itu yang ternyata adalah sebuah kertas cek. Namun sesaat kemudian tampak mata Miranda terbelalak melihat nominal dalam cek tersebut.
"Lima... lima puluh milyar," ujar Miranda terkejut.
50 milyar adalah jumlah uang yang sangat banyak sekali. wajar saja jika sampai Miranda terkejut mendengarnya.
"Rangga darimana kamu mendapatkan uang ini?" tanya Miranda.
"Itu..." Rangga tampak ragu.
Jika dirinya mengatakan uang itu hasil dari bermain dadu, pasti Miranda akan marah karena dirinya bermain judi. Apalagi sebelumnya ayahnya terkena masalah karena bermain judi.
"Aku kebetulan memenangkan lotre," jawab Rangga.
"Lotre..." ujar Miranda.
Miranda juga langsung percaya dan tidak menyangka Rangga begitu beruntung bisa memenangkan lotre sebesar ini.
"Sudah, uangnya kamu simpan saja, jika kamu memerlukan sesuatu pakai saja," ujar Rangga.
"Tapi ini banyak sekali," balas Miranda.
"Bukankah aku sudah pernah bilang, uang yang aku dapatkan, semua untuk istriku," ujar Rangga.
Miranda seketika langsung tersentuh dengan perkataan Rangga ini. Rangga sendiri hanya tersenyum seolah sedang memikirkan sesuatu di dalam benaknya.
"Kenapa kamu malah tersenyum sendiri?" tanya Miranda.
"Itu..." Rangga tampak kesulitan untuk mengatakannya.
"Jika ada yang ingin di katakan, katakan saja," ujar Miranda.
"Anu... kita sudah lama menikah, namun tidur masih terpisah," ujar Rangga.
"Bisakah malam ini aku tidur di kamar mu?" sambung Rangga sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Miranda tampak kaget mendengarnya dan wajahnya juga mulai memerah. Rangga baru saja membantu menyelesaikan masalah ayahnya dan memberikan uang 50 milyar kepadanya. Hal itu membuat Miranda bingung harus menjawab bagaimana.
Kalau dulu Rangga berani meminta seperti ini, maka Miranda langsung menolak, tapi entah mengapa sekarang perasaanya begitu aneh kepada Rangga.
Jika dia menolaknya tentu saja dirinya adalah orang yang tidak tahu berterima kasih.
"Lupakan saja, aku tadi hanya asal bicara saja," ujar Rangga.
Rangga melihat Miranda hanya diam saja, sehingga Rangga beranggapan bahwa Miranda pasti tidak setuju.
"Bukankah hanya tidur satu kamar saja, baik kalau begitu," ujar Miranda dengan pelan.
Seketika Rangga terkejut mendengarnya, untuk memastikan dirinya tidak salah dengar, Rangga kembali bertanya.
"Miranda apa aku tidak salah dengar?" tanya Rangga.
"Jangan banyak tanya, atau aku akan berubah pikiran," jawab miranda dengan malu berjalan pergi menuju ke kamarnya.
Tampak Rangga yang begitu sangat senang dan bersemangat. Penantiannya selama ini tidak sia-sia, akhirnya dia bisa tidur bersama dengan Miranda istrinya.
Mulai banyak hayalan yang ada di pikiran Rangga. Hasrat yang selama ini dia pendam juga memunculkan hayalan mesum di benaknya.
"Jangan salahkan aku sedikit kasar malam ini, sudah lama aku menahannya," pikir Rangga.
10 menit kemudian Miranda dan Rangga sudah berada di kamar. Namun yang terjadi di sana di luar ekspektasi Rangga.
Terlihat Rangga sedang berbaring di lantai dengan beralaskan tikar, sedangkan Miranda di ranjangnya.
Wajah Rangga terlihat begitu lesu dan lemah. Semua yang terjadi tidak seperti yang dia harapkan. Rangga hanya bisa menahan rasanya lagi.
Rangga tidak Berani mengatakan itu karena takut Miranda akan marah. Hubungan mereka baru saja mengalami perkembangan yang baik. Rangga tidak ingin merusaknya dengan begitu saja.
"Aku tidak terbiasa, kamu tidur di bawah saja ya," ujar Miranda dengan tidak enak.
"Jika dingin, kamu bisa memakai dua lapis selimut, selimutnya ada di dalam lemari," sambung Miranda.
Miranda belum siap jika harus tidur satu ranjang yang sama dengan Rangga, tapi setidaknya dirinya tidak menolak keinginan Rangga dan tetap tidur satu kamar.
"Ya," balas Rangga.
Rangga tampak begitu kecewa karena semua yang dia hayalkan tidak seperti kenyataannya. Tapi kemudian Rangga juga tidak mempermasalahkannya, yang terpenting dia sudah bisa sekamar dengan Miranda.
3 jam telah berlalu, malam juga sudah semakin larut. Terlihat Rangga dan Miranda masih belum bisa tertidur.
"Aku tahu kamu belum tidur," ujar Rangga kepada Miranda.
"Entah mengapa malam ini rasanya sedikit berbeda, sehingga aku sulit tidur," balas Miranda.
"Kalau kamu mau, aku bisa naik ke ranjang di sebelahmu, aku yakin pasti tidurmu nyenyak," ujar Rangga.
"Kalau begitu, kamu harus bisa mendapatkan hatiku terlebih dahulu," ujar Miranda sambil tersenyum sendiri.
"Baik, tunggu saja, tidak lama lagi kamu akan jatuh cinta kepadaku sepenuhnya," balas Rangga.
"Kamu jangan terlalu percaya diri," ujar Miranda.
"Lihat saja nanti," balas Rangga.
Esok paginya, Miranda mulai terbangun dari tidurnya dan mendapati Rangga sudah tidak ada di kamarnya.
Rangga sendiri pagi-pagi sekali sudah bangun dan langsung memasak untuk membuatkan bekal untuk Miranda. Setelah itu kemudian Rangga juga pergi menuju ke toko obatnya.
Di perjalanan Rangga singgah sebentar di sebuah toko bunga dan membeli sebuah buket bunga. Rangga meminta buket bunga itu untuk di kirimkan kepada istrinya.
Setelah dari toko bunga, Rangga juga langsung menuju ke toko obat miliknya. Ketika Rangga baru mulai membuka toko, tiba-tiba saja seorang wanita cantik datang ke toko obatnya dengan tergesa-gesa.
"Rangga, ayo ikut aku cepat!" ujar wanita itu.
Ternyata wanita itu adalah Naura yang merupakan teman dari Miranda. Sebelumnya Naura begitu membenci Rangga, namun setelah peristiwa judi batu giok sebelumnya, Naura juga mulai kagum dengan kemampuan Rangga.
"Pagi-pagi begini untuk apa kamu mencari ku, apa kamu sedang sakit, atau hanya ingin membeli obat?" tanya Rangga.
"Aku ke sini karena ayahku yang menyuruhku," jawab Naura.
Di gas ken
Mumpung lagi seru
Tetap Semangat
Bukannya rangga?