NovelToon NovelToon
Ellisa Mentari Salsabila

Ellisa Mentari Salsabila

Status: tamat
Genre:Tamat / Dikelilingi wanita cantik / Pengganti / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

PLEASE, ATTENTION!! Dulu yaa...
Novel ini genre dewasa ***

Harap pahami alur dan karakternya. Karena ini novel hanya drama ringan penuh romansa indah dan tidak bermaksud merendahkan siapapun.

_____Selamat membaca______

Tiga tahun sudah Ellisa menahan 'beban' di tubuhnya yang masih remaja. Ia tidak mengerti, kenapa Tuhan memilihnya.

"Ini anugrah? Atau kutukan sih?!"

Gadis yang seharusnya menikmati masa remajanya harus terjebak di panti asuhan untuk menyusui para bayi di sana. Ya, gadis 18 tahun ini bisa mengeluarkan ASI !!

Karena menghindari pertengkaran kecil, dia harus keluar panti padahal itu larangan keras untuk dirinya. Pemilik panti, sangat melindunginya.

Namun, insiden kecil itu, siapa sangka mempertemukannya pada seorang pria yang tidak ia kenal, hingga membawa mereka pada hubungan yang cukup rumit.

Bisakah Ellisa menghadapi ini semua? Dan pria itu ternyata punya ikatan yang cukup dalam di masa lalunya. Happy reading semua 🤗

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membawa Ellisa (REVISI)

Dulu, aku suka sekali bermain pura-pura jadi ibu bersama boneka kesayanganku. Waktu itu, usiaku masih enam tahun. Aku sering melihat teman-temanku memiliki adik bayi, dan rasanya menyenangkan melihat mereka bermain dan merawat adik mereka dengan penuh kasih.

Karena Ibu tak memberiku seorang adik, aku menciptakan dunia kecilku sendiri. Boneka-boneka di kamarku menjadi bayi-bayi imajiner yang kususui dengan botol susu mainan, kuinangi dengan lembut, kubacakan dongeng, dan kutemani tidur layaknya seorang ibu sungguhan.

Tapi sekarang, aku merasakan sendiri bagaimana...

rasanya...

menjadi...

Seorang ibu. Dan ternyata,

"INI SUSAH BANGEEET!! AKU BENCIII!!" teriakku.

Teriakanku menggema di ruangan hingga membuat Ibu Panti langsung membalas dengan suara tegas, "Ellis, jangan teriak-teriak!"

"Nggak, Ibuuu!!" sahutku membalas.

Aku menghela napas panjang, "Haaah... nyusuhin beneran itu capek juga, ya…"

Di pelukanku, seorang bayi mungil bernama Ciara yang sedang kususui menatapku dengan mata bulatnya yang jernih. Lalu, dengan suara lucunya, ia menyeloteh, "Ta ta ta ta…" seraya menepuk-nepuk pipiku dengan tangan kecilnya yang lembut.

Aku terdiam. Kemarahanku luntur begitu saja. Bagaimana bisa aku tetap kesal jika melihat wajahnya yang begitu imut dan menggemaskan?

Meski keadaan ini melelahkan, meski aku sempat ingin menyerah, hatiku terasa hangat. Aku bahagia. Bahagia karena bisa mendonorkan ASI ini untuk bayi-bayi yang sangat membutuhkannya di Panti ini.

"Sekarang, tolong kamu antarkan pesenan kue ini ke toko oleh-oleh di seberang jalan itu," pinta Ibu panti seraya menyerahkan keranjang kontainer berisi 25 kotak kue.

"Baik, Ibu..." jawabku.

"Sini, Ciara biar Ibu yang gendong."

Aku pun memberikan bayi berusia 6 bulan itu. Kedua tangan mungilnya terus meraih-raih lucu.

Ellisa Melati Salsabila.

Seorang gadis berusia 18 tahun yang memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Pada usia 15 tahun, saat masa pubertasnya, ia mengalami kondisi langka yang membuat tubuhnya memproduksi ASI meskipun usianya masih remaja.

Tiga tahun sudah Ellisa mendonorkan ASI-nya, tetapi hal itu tidak pernah menjadi sesuatu yang mudah baginya.

Setiap hari, ia harus bertahan menghadapi rasa nyeri yang mendera saat dadanya penuh namun belum sempat disalurkan. Ia juga harus menelan kelelahan yang terus menggerogoti tubuhnya, karena menyusui bayi-bayi di panti asuhan bukan sekadar tugas, melainkan lingkaran tak berujung yang mengikatnya tanpa pilihan.

Kadang, saat malam-malam sunyi menyelimuti, ia bertanya pada dirinya sendiri: Apakah ini anugerah Tuhan atau sebuah kutukan?

Namun, ia tak pernah berani mengucapkan pertanyaan itu dengan lantang.

Jalan raya di depan panti cukup besar dan ramai. Ellisa harus menunggu cukup lama hingga menemukan celah aman untuk menyeberang. Begitu kesempatan itu datang, ia segera melangkah dengan hati-hati menuju seberang dan masuk ke toko oleh-oleh yang tampak ramai.

"Oh, dari Panti Cahaya Mentari, ya?" sambut seorang wanita paruh baya, pemilik toko.

"Iya, Bu," jawab Ellisa sopan sambil menyerahkan pesanan kue.

"Baik, totalnya 25 kotak, kan?"

"Iya, Bu."

"Ini uangnya. Terima kasih sudah mengantar, ya," ujar pemilik toko sambil menyodorkan amplop.

"Sama-sama, Bu. Kalau begitu, saya pamit."

"Iya, hati-hati nyebrangnya. Jangan buru-buru," pesan sang pemilik toko.

Ellisa mengangguk dan bergegas keluar. Saat berdiri di pinggir jalan, menunggu waktu yang tepat untuk kembali menyeberang, langit yang tadinya hanya mendung kini mulai mengguyur hujan deras.

"Astaga, hujan?! Mana deras banget... Aku kan nggak bawa payung," keluhnya putus asa, menatap lalu lintas yang masih padat.

Ellisa menoleh ke sekitar, mencari tempat berteduh. Sayangnya, semua terlalu jauh dari pinggir jalan. Sementara itu, ia ingin segera kembali ke panti daripada menunggu hujan reda. Terpaksa, ia berdiri di sana, membiarkan tubuhnya basah kuyup.

Dari kejauhan, sebuah mobil berhenti di tepi jalan, tak jauh dari tempatnya berdiri. Di dalamnya, seorang pria mengamati suasana jalanan yang kini terlihat lebih berbahaya akibat genangan air.

"Udah 1 minggu gue baru bisa pulang, eh malah disambut hujan deras gini. Jalanan jadi makin licin dan berbahaya kan," gumamnya, tangannya tetap menggenggam kemudi.

Tatapannya kemudian beralih pada sosok gadis yang berdiri menggigil di pinggir jalan. Pakaian tipisnya basah kuyup, tubuhnya sedikit membungkuk, memeluk diri sendiri untuk menahan dingin.

"Kasihan... Kenapa dia nggak berteduh?" pria itu bergumam pelan, merasa iba.

Ellisa semakin gelisah. Ia merapatkan pelukan ke tubuhnya, menggigil hebat. "Dingin sekali... Aku nggak kuat kalau begini terus," ucapnya lirih sambil menggosok-gosok lengannya yang sudah basah.

Pria itu menghela napas, lalu meraih payung dari kursi belakang mobilnya dan keluar menghampiri Ellisa.

Ia membuka payung dan mendekatinya perlahan. Namun, begitu Ellisa mendongak, wajahnya langsung pucat pasi. Bibirnya membiru, tubuhnya gemetar hebat.

"Maaf, kamu nggak apa-apa?" tanya pria itu khawatir, mencoba menyodorkan payung kepadanya.

Namun, kondisi Ellisa semakin memburuk. Kakinya oleng, tubuhnya nyaris tumbang.

"Eh?!" Dengan sigap, pria itu menangkapnya. Payung yang tadi ia genggam terlepas begitu saja, terhempas hujan deras.

Melihat kondisi Ellisa yang semakin lemah, pria itu segera mengambil keputusan. Tanpa ragu, ia menggendong tubuh gadis itu dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Setelah mendudukkannya di kursi depan, ia buru-buru melepas jasnya dan menyelimuti tubuh Ellisa yang menggigil hebat.

"Ini cewek siapa sih? Mau ke mana dia? Dari mana asalnya?" gumamnya, menatap Ellisa yang masih terpejam. "Gue nggak bisa ninggalin dia begini aja."

Ia menghela napas panjang, lalu menginjak pedal gas, melajukan mobilnya. Namun, dalam kekalutannya, ia lupa memasangkan sabuk pengaman untuk Ellisa.

Saat mobil melaju, tubuh Ellisa yang lemah terhuyung, hingga akhirnya jatuh ke pangkuannya.

"Sial! Ceroboh banget gue." Pria itu tersentak kaget, tapi buru-buru meraih tubuh Ellisa, memastikan gadis itu tidak semakin terluka.

Setibanya di sebuah rumah megah, seorang satpam segera membuka gerbang utama, sementara beberapa asisten rumah tangga bersiap di depan pintu.

Pria itu keluar dari mobil dan menggendong Ellisa. "Seven, bereskan mobil gue," katanya tegas pada pria berseragam hitam yang langsung mengangguk.

"Siap, Bos Sam."

Sam Adhipati melangkah cepat masuk ke dalam rumah, membawa Ellisa ke kamar tamu di lantai bawah.

Ia mendorong pintu kamar, lalu dengan hati-hati membaringkan Ellisa di atas ranjang berseprai putih bersih. Namun, baru saja ia hendak meluruskan tubuhnya, gadis itu tiba-tiba membuka mata perlahan.

"Syukurlah, kau sudah sadar," ujar Sam, nada suaranya lebih lembut dari sebelumnya.

Ellisa mengerjap bingung. Tatapannya mengedar ke sekeliling ruangan. "Ini... di mana?"

Sam mengangkat tangan, memberi isyarat agar Ellisa tetap tenang. "Jangan khawatir. Aku nggak akan menyakitimu."

Ellisa mengeratkan genggaman pada jas yang tadi menyelimuti tubuhnya, berusaha menutupi tubuhnya yang masih menggigil. Matanya tetap menyiratkan kecurigaan, meski jelas kelelahan.

"H-ha... hachiiih!!" Sebuah bersin keras mengakhiri keheningan di antara mereka.

1
InggitAnjni
Aku terharu bacanya..
kisahnya menarik dan dengan ending yang bahagia

salam cinta akibat perjodohan
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Miu Nh.: woyay~ telimakasyihhh~
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
semangat Ellisa 🥰
Elisabeth Ratna Susanti
nah lho bingung sendiri kan
Elisabeth Ratna Susanti
pasti cantik bayinya secantik namanya
Miu Nh.: balu kali ini Elmira dibilang tantik dari leadels nan baik ati kyk kak Elicabenth, lope yu onchi~ ❤

nanti ketemu Elmira di troublemaker Amika ya, ucia El udh 5 tawun~
total 1 replies
Elisabeth Ratna Susanti
maaf bacanya nyicil 🙏
Miu Nh.: siaapp 💪
total 1 replies
Drawumy Chan
Ya ampun,, tahan bener Ellie,, Marah kek 😫
mama Al
ini POV 1 apa POV 3?
mama Al: di awal kan POV nya ellisa kan kok di tengah sampai akhir jadi POV 3 alias versi author.
kalau misalkan di campur di kasih tanda POV ellisa biar engga bingung
Miu Nh.: maksudny gimana kak? 🤔
total 2 replies
mama Al
hahaha nyusuin bayi
apa Ellis sudah menikah?
Miu Nh.: cek kelanjutannya kak ☺☺ ,, jgn lupa jadi pembaca tetap akyuuu....
total 1 replies
Yuliana Purnomo
Alhamdulillah happy ending,, trimakasih kak Author,,,, happy eid Mubarak 🙏
Yuliana Purnomo: ditunggu karya berikut nya,,kak🥰
Miu Nh.: sama2... aku juga mau ucapin terima kasih udah setia membersamai kisah Ellisa dan Sam sampai tamat, kak Yuliana 😊❤

semoga kita bisa 'berjumpa kembali' 🤗👋
total 2 replies
Yuliana Purnomo
selamat yaaa untuk kalian berdua,, Akir nya sah juga
Yuliana Purnomo
ampun Delisa gak nyerah ngerecoki hubungan Sam Eli
Elisabeth Ratna Susanti
penasaran sama Elisa nih si Sam
Elisabeth Ratna Susanti
mampir juga di sini. like plus subscribe👍
Miu Nh.: ayayay~ terima kasih akak...
sampai tamat ya bacanya 😗😗 jgn kabur!!
total 1 replies
Yuliana Purnomo
sesayang itu Sam PD Elis,,cuma dedikasi terhadap pekerjaan yang dijunjung tinggi membuat nya lupa waktu kebersamaan dgn Eli bgt terbatas
Pitik Cilik
astaga 😱😱😱😱 dari 2 tahun, 4 tahun, 8 tahun Sam harus menungguuuuu.... berhasil cuma nunggu 2 Minggu ajaaaa, wkwkwkwk 😂😂😂😂😂
Pitik Cilik
astagaaaa..... Elliieee ternyata udah suka Sam Saaammmm sejak msh SMP,, tapi Sam belum kenal sama Elliieee......
Pitik Cilik
Esa sayang ke Ellie sebagai adik kecilnya,, pun Sam sayang sama Ellie sebagai wanitanyaaaa.... aaaaaaa lopeeee 🥰🥰🥰🥰🥰
Pitik Cilik
Eellliiieee ternyata kamu punya pesona mirip kayak kakakmuuuu... astaga,,,, kalian berdua kiyowo dari mana siiiiihhhh....
Pitik Cilik
salting salting salting salting salting brutaallll hahahaha..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!