"Jatuhkan mobilnya ke jurang sekarang juga!" Dalian mendorong pundak Ayah.
Jalanan licin membuat mobil tergelincir.
"Kyaaa!!!"
Semua orang menjerit saat mobil melaju liar menuju tepi jurang hingga ke dalam.
"Jedderr!! Jedderr!!" Petir menyambar.
Seakan meramalkan malapetaka yang akan datang.
Dan dalam kekacauan itu, terdengar suara di tengah hujan dan petir, suara yang hanya Dalian yang bisa dengar.
"Selamat datang, gadis berambut hitam."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sruaatt!
"Bulan semakin berani menampakkan kekuatan melalui cahayanya. Sedangkan, peri-peri awan itu berjuang keras untuk menutupi pancarannya," gumam Kaya, matanya menatap tajam ke langit.
"Kaya! Elo gak denger gue bicara?!"
Kaya tidak menjawab, matanya masih menatap langit yang dipenuhi oleh awan yang bergulung-gulung. "Dalian, sebenarnya... kekuatan apa yang kau miliki?" Tanyanya.
"Elo itu ya, gue tanya KENAPA GUE! hingga 100 kali pun gak elo jawab. Tapi malah balik tanya sesuatu yang membelitkan. Ck"
"Sstttt!!" Perlahan Kaya memberi isyarat untuk diam. Matanya melirik tajam Dalian lalu kembali melihat bulan.
Tidak ada yang lebih sempurna melainkan apa yang telah Maha Dahsyat ciptakan. Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan bulan, kecuali Sang Pencipta itu sendiri.
Cahaya bulan semakin memikat para makhluk halus yang haus akan kekuatannya. Makhluk di dalam tanah, makhluk di dalam pohon dan makhluk di dalam batu besar mulai keluar untuk mengambil energi bulan tersebut.
"Ggrrr... Rrrwww.."
Sesuatu yang tumbuh pun muncul. Seperti kecambah yang sedang bangun di waktu pagi, tapi itu bukanlah sebuah kecambah.
Melainkan, makhluk-makhluk aneh mulai bangun dan bermunculan di permukaan. Mereka mulai berjalan menuju bulan dengan kaki yang diseret-seret.
Di sekitar mereka, atmosfer terasa semakin berat. Suara angin yang berbisik berubah menjadi desiran menakutkan, menciptakan getaran di tulang mereka.
Di bawah cahaya bulan yang semakin terang, sesuatu mulai bergerak di kegelapan."Apa itu?" suara Dalian merendah, takut-takut matanya tak percaya pada apa yang dilihatnya.
"Sssttt.." pinta Kaya berbisik.
"Apa mereka?"
"Sssttt... jangan bersuara!" desis Kaya cepat.
Di depan mereka, muncul makhluk-makhluk yang menyeret tubuhnya perlahan di atas tanah, tampak seperti mayat hidup yang cacat.
Kulit mereka mengelupas, memperlihatkan tulang-tulang yang mencuat. Matanya, sebagian cair, sebagian sudah mengering, memandang lurus tanpa ekspresi.
Beberapa di antaranya memiliki gigi yang mencuat tanpa mulut untuk menutupi, hanya kerangka yang rapuh dan menakutkan.
Dalian merasa seluruh tubuhnya membeku. Jantungnya berdegup kencang, namun dia tak mampu bergerak.
"Mereka makhluk-makhluk yang haus akan kekuatan bulan," bisik Kaya. "Jika kau melihatnya, lebih baik diam. Jangan sampai ketahuan. Sedikit saja kau membuat suara atau menunjukkan ketakutanmu, mereka akan mengejar dan menghantuimu."
"Ggrrrr... Rrrwww..."
Makhluk-makhluk itu bergerak semakin mendekat, menyeret kaki mereka di atas tanah berbatu. Setiap gerakan disertai suara gemerisik yang memecahkan kesunyian malam.
"Rrrrwww... Rrrrwww..."
Mereka adalah para makhluk yang sangat menyeramkan. Seperti mayit yang penuh dengan kecacatan. Saat kamu melihatnya, matamu tidak akan mampu untuk berkedip kembali.
Lihatlah, ada yang kulitnya terkelupas hingga terlihat tulang-tulangnya. Ada yang matanya mengeluarkan cairan bahkan ada yang lebih menjijikkan yaitu keluar hewan melata disana.
Gigi yang terlihat tanpa sebuah mulut yang menutupnya. Semakin ngeri jika darah juga terlihat di sekujur tubuhnya. Tapi, mereka bukan makhluk yang memiliki darah. Keadaan mereka sangat buruk, juga mereka adalah makhluk yang sangat jahat.
"K-kaya... gimana caranya kita keluar dari sini?!" bisik Dalian, suaranya gemetar tak tertahankan.
"Kita hanya bisa menunggu. Mereka tidak akan lama di sini. Tapi jangan membuat suara apapun. Jangan menarik perhatian mereka."
Mata Dalian terbuka lebar, menatap makhluk yang hanya beberapa langkah di depannya. Cairan menjijikkan menetes dari mata makhluk itu, dan tangan berkerangka yang penuh darah tampak siap meraih apa saja.
Dalian gemetar ketakutan. "Kaya, apa yang harus kita lakukan?" bisik Dalian.
"Sssttt.. Jangan mencoba membuat suara. Sekali saja mereka mendengar suaramu, mereka akan langsung melesat menghampirimu"
"Haa aa aa aa" Dalian menganga tidak berkutik. Matanya terbelalak melihat pemandangan itu. Rasanya, dia akan benar-benar gila dan tidak bisa mengendalikan emosi.
Seperti manusia, mereka adalah makhluk yang menginginkan kesempurnaan. Dengan energi bulan tersebut, mereka bisa memulihkan wujud sempurnanya dan mendapatkan berbagai kekuatan yang diinginkan.
Dan bulanlah satu-satunya sumber kekuatan mereka. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan itu.
"Grrrr... Rrrrwwww.."
"Bulaaan.. Bulaaan.."
"Bulaaan.."
"Chhiii chi chi chi chi.."
Para peri awan terus berusaha untuk menutup permukaan bulan supaya cahayanya tidak terlihat lagi. Mereka melakukannya demi misi perdamaian.
"Chii chi chi chiii chi.."
Tapi arah angin yang tidak menentu membuat peri-peri awan itu terombang-ambing mengikuti pergerakan angin.
"Whuuuss.. Whusss"
"Chiiiiii!!"
"Jangan menganggu wahai peri awan. Biarkanlah kami. Biarkanlah kami" ucap para makhluk dengan suara besar mereka.
"Sampai kapan ini berakhir" keluh Dalian semakin ketakutan. Dia sedang terperangkap dalam keadaan yang tidak berdaya. Tubuhnya terasa lemas dan sakit.
"Ini hanyalah sebuah fenomena yang biasa terjadi jika bulan menampakkan kekuatannya. Bulan merah yang terjadi setiap dua tahun sekali. Sangat langka. Para makhluk itu berlomba-lomba untuk mendapatkan kekuatannya. Jadi, kita hanya cukup untuk melihatnya saja"
"Kakak, kakak lihat apa?" tanya Kio yang tiba-tiba bangun dengan sedikit mengucek mata.
Suara yang tiba-tiba itu datang dari belakang. Dalian langsung menoleh, hatinya tenggelam dalam ketakutan. Kio, adiknya, berdiri dengan mata setengah terbuka, mengucek matanya dengan polos.
"Ki-Kio...!" suara Dalian pecah.
Namun sebelum ia bisa menghentikannya, Kio sudah menatap lurus ke arah makhluk-makhluk itu.
"Kakak, apa itu? A- apa itu, kak?! Waaaaa!!!" teriak Kio.
"Ki-kio... Ssttt..."
Teriakan itu seperti peluru yang melesat di tengah kesunyian. Semua makhluk yang tadinya menyeret tubuhnya tanpa perhatian, kini menghentikan langkahnya.
Kepala mereka perlahan menoleh, mata penuh kegelapan mengunci pandang pada Kio dan Dalian.
"Gawat!" Kaya langsung bereaksi. "Mereka sudah mendengarmu!"
"RRRRWWWWAAAAAAAHHH!"
Makhluk-makhluk itu melesat, suara derap langkah dan jeritan mereka memenuhi udara.
"LARI!" teriak Kaya, melompat ke depan, menarik Kio dan Dalian secepat mungkin.
Dalian hanya bisa mengikuti, rasa takut menjalar ke seluruh tubuhnya. Di belakangnya, suara langkah menyeret dan jeritan melengking semakin dekat.
"Grrr.. Rwwww"
Beberapa makhluk mulai mengalihkan tatapan mereka, menembus gelap, langsung menuju ke arah Dalian dan Kio. Langkah mereka semakin berat namun pasti, mendekati dengan bayang-bayang mengerikan yang menjalar di tanah.
Sekejap apa yang mereka lihat semakin jelas di mata saat makhluk-makhluk itu berjalan menghampiri mereka.
"Ti-tidak!" teriak Dalian panik, memeluk erat adik laki-lakinya, Kio, seakan tidak ada lagi yang bisa melindungi mereka.
Seketika Kaya langsung berubah menjadi makhluk besar dengan kuku-kuku yang menceruat runcing dan tajam.
Tubuh Kaya bertransformasi dengan cepat, dari kucing mungil menjadi makhluk raksasa berwujud kucing besar, kuku-kukunya memanjang tajam, mencakar udara dengan penuh ancaman.
"HHRRWWAAAA!!" raung Kaya, menggema di malam yang sunyi.
Beberapa makhluk mulai menghilang. Tapi muncul lagi di belakang mereka. Makhluk-makhluk itu tidak gentar. Mereka hanya mundur sejenak sebelum kembali bergerak, kini muncul di belakang mereka, seperti bayangan kelam yang tak bisa ditinggalkan.
Satu makhluk yang telah menyerap kekuatan bulan meluncur cepat ke arah Kaya, menyerang tanpa ragu.
"Sruaatt!" Kaya terseret, tubuhnya terhempas ke tanah.