Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29
Zhafira pun pamit, pada eric untuk masuk ke dalam kelasnya. begitu pun dengan eric yang sama-sama masuk ke dalam kelasnya.
Zhafira tersenyum, saat melihat nadia menyambutnya dengan senyuman lebar.
"Hm, yang di anterin pacar. So sweet...!" goda nadia, menaik turunkan kedua alisnya.
Zhafira meringis malu saat, mendengar perkataan nadia. "Kamu apa-apaan sih, nay?" sahut zhafira mengelak.
"Udah lo enggak usah malu kali. Gue udah tahu. Kalau lo, pacaran sama si eric."
Zhafira terkejut, mendengar perkataan nadia yang seolah mengetahui hubungannya dengan eric.
"Maksud kamu apa, nadia?"
Nadia tersenyum. "Gue tadi enggak sengaja nguping percakapan kalian, di ruang pak Anggara, zha." tutur nadia.
Zhafira pun tidak bisa mengelak lagi, sebab eric sendiri yang mengakuinya sebagai kekasihnya.
"Soal itu...?"
"Udah, gue senang karena lo bisa membuat eric membuka hati lagi, zha. Gue dukung penuh hubungan, lo sama dia." Nadia menatap zhafira, dengan raut kebahagiaan.
"Maksud kamu membuka hati apa, nad?" tanya zhafira penasaran.
Nadia menghela nafas kasar. "Semenjak kedua orang tuanya meninggal, eric selalu menutup diri. bahkan sampai sekarang dia tidak mempunyai teman, zha." ucapnya sedih.
Zhafira terdiam, dia baru tahu fakta bahwa eric sudah tidak mempunyai orang tua lagi. hati zhafira pun merasa sedih, apalagi saat tahu jika eric tidak mempunyai teman.
"Bukannya Arabella mencintai, eric?"
"Iya, tapi enggak untuk eric, zha. Dia selalu berbuat kasar, jika ada cewek yang mendekati dia."
Zhafira hanya diam, yang di katakan nadia memang benar. eric memang suka bersikap kasar, namun zhafira sendiri tidak tahu apa yang menyebabkan eric bersikap seperti itu.
"Apa kamu tahu, kenapa eric sampai tidak mempunyai teman?" tanya zhafira, penasaran.
"Itu karena.... " Perkataan nadia terpotong, saat seorang dosen masuk ke dalam kelas.
Zhafira menghela nafas, karena baru saja dia akan mendapatkan lagi informasi tentang suaminya.
Zhafira pun bertanya-tanya,kenapa nadia sangat mengetahui semuanya.
Pertanyaan demi pertanyaan, muncul di dalam benak zhafira. namun zhafira tahu jika suatu saat nanti, eric pasti akan memberitahu tentang identitasnya.
Pelajaran pun sudah di mulai, semua mahasiswa mengikutinya dengan tenang.tak ada keributan di sana, karena kini dosen yang mengajar merupakan dosen killer.
Waktu pulang pun sudah tiba, zhafira dan nadia keluar dari ruangan itu menuju ke kantin.
Mereka berjalan saling beriringan, namun tiba-tiba saja ada seseorang yang dengan kasar menarik rambut zhafira dari belakang.
"Akkhh...! pekik zhafira kesakitan. Memegang kepalanya yang terasa sakit.
Nadia melotot, saat meliha zhafira di perlakukan seperti itu. " Zhafira!"teriak nadia terkejut.
Kini tatapannya beralih pada Arabella yang tersenyum puas, dengan tangan menjambak rambut zhafira.
"Apa yang lo lakuin, ara?"
Arabella tersenyum miring. "Kenapa, suka-suka gue, dong. Mau ngapain dia!" ucapnya santai.
Nadia berusaha melepaskan tangan Arabella, dari rambut zhafira. dia pun mendorong tubuh Arabella, hingga mundur beberapa langkah.
"Akkhh... sakit." Zhafira berteriak lagi, saat Arabella berhasil membuat rambutnya zhafira rontok.
Arabella menatap tajam nadia, yang sudah mendorongnya. "Jangan pernah ikut campur, lo. Ini urusan gue sama dia!" bentak Arabella, menunjuk ke arah zhafira.
"Dia enggak punya masalah sama, lo. Jadi jangan ganggu teman gue, ngerti lo." sahut nadia tidak mau kalah.
Arabella tersenyum miring. "Dia udah berani deketin eric, gue. Jadi sekarang, gue mau beri dia pelajaran, supaya cewek kampungan ini sadar kalau eric itu milik, gue."
Zhafira mendengar hal itu, merasakan sakit pada hatinya. seandainya Arabella tahu, jika dirinya adalah istri eric.
Nadia menggeram kesal, karena dengan percaya dirinya Arabella mengklaim eric sebagai miliknya.
"Jangan mimpi, lo. Mana mau eric sama cewek kaya, lo." sahut nadia, ketus.
Arabella mengepalkan tangan, tidak terima dengan perkataan nadia. dia pun menghampiri nadia, dan menyerangnya.
Pada akhirnya, mereka saling jambak dan saling mengumpat. pertengkaran mereka, membuat seluruh siswa bersorak untuk memanasi.
Bahkan seorang dosen pun, menghampiri mereka dengan wajahnya yang marah.
"BERHENTI...!" teriak anggara, berdiri di hadapan Arabella dan nadia dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
Arabella dan nadia, tidak menghiraukan teriakan anggara.mereka terus saja saling menyerang.
"Berhenti atau saya akan panggil orang tua kalian! " Kini anggara mengeluarkan nada berat dan datar yang membuat Arabella dan nadia menghentikan pertengkarannya.
"Jangan, pak. Jangan panggil orang tua saya." ucap Arabella dan nadia serempak.
Anggara menatap tajam keduanya, dan sekilas melihat ke arah zhafira yang hanya terdiam.
"Apa yang sudah terjadi?" tanya anggara datar.
"Dia yang duluan, pak!" jawab Arabella cepat.
Nadia pun terkejut karena Arabella menuduhnya. "Dia pak yang duluan!" sela nadia sewot.
Anggara memejamkan mata, saat mendengar suara cempreng kedua wanita di depannya yang menyakitkan telinganya.
"Diam! Saya hanya ingin kalian jujur. Dan tolong, jangan bicara terlalu keras, karena mengganggu ketenangan yang lainnya." sahut anggara tegas,menengahi.
Arabella dan nadia pun terdiam, saat anggara sudah pada mode menakutkan seperti itu.
Tatapan anggara beralih pada zhafira, kemudian dia pun menghampirinya.
"Kamu tidak apa-apa, zhafira?" tanya anggara lembut.
Zhafira menggeleng pelan. "Saya tidak apa-apa, pak." jawab zhafira, pelan.
"Bohong pak!" seru nadia. "Tadi Arabella tiba-tiba saja menyerang zhafira. Sampai-sampai, rambutnya zhafira rontok!" sambungnya menggebu-gebu.
Arabella menggeram marah. namun saat hendak melayangkan protes, dia langsung terdiam saat melihat tatapan tajam anggara, yang terlihat marah kepadanya.
"Arabella, kamu saya hukum! Saya akan menghubungi orang tua mu untuk datang kesini."
"Saya mohon, maafkan saya pak. Tadi saya hanya main-main saja, kok." Arabella mencoba membela diri.
"Jangan meminta maaf pada saya! Minta maaflah pada zhafira, karena semua keputusan ada di tangannya."
Arabella terdiam, merasa aneh dengan sikap anggara saat ini. sebab yang dia tahu, jika dosen favoritnya ini terkenal dingin dan tidak pernah perduli dengan urusan orang lain.
Apalagi sekarang, Arabella dapat melihat sikap anggara yang sangat perhatian pada zhafira.
"Kenapa diam? Ayo sekarang kamu harus minta maaf, pada zhafira. Atau mau saya panggil orang tua kamu sekarang?" Anggara yang kesal pun, mulai memberikan ancaman pada Arabella.
Dengan terpaksa, Arabella pun meminta maaf pada zhafira. namun sebelum pergi, dia berbisik terlebih dahulu pada zhafira.
"Sekarang lo bisa senang, karena pak anggara membela, lo. Tapi lihat saja, gue enggak akan biarin lo, tenang begitu saja." bisik Arabella, penuh penekanan.
Arabella pun pergi dari sana, dengan perasaan kesal. begitu pun dengan zhafira dan nadia,yang pamit pergi pada anggara.
Namun sebelum mereka pergi, anggara pun membuka suara.
"Zhafira." panggil anggara.
Zhafira pun menoleh, dan menghentikan langkahnya.
Anggara menghampirinya, dan tiba-tiba saja mengusap lembut puncak kepala zhafira.
"Apa sakit, zhafira?"
Zhafira mematung, ketika mendapatkan perlakuan lembut dari anggara.
Sementara dengan nadia, dia terlihat syok saat melihat adegan langka dosen favoritnya itu, yang membuat semua yang melihatnya merasa iri pada zhafira.