Zoe Harper, seorang agen rahasia elit dari Norwegia, menerima misi rahasia dari mentornya, Johan Jensen, untuk mencuri "Scriptum Mortis", sebuah buku rahasia yang berisi informasi tentang operasi kartel terbesar di Meksiko. Buku tersebut berada di tangan Axel von Bergen, seorang pengusaha kaya dan berpengaruh.
Namun, misi ini diwarnai dengan kehadiran Axelrod River (Maverick), pemimpin kartel berbahaya yang menguasai jalanan Meksiko. Axelrod River dikenal sebagai pria yang kejam, cerdas dan memiliki jaringan yang luas. Mentor Zoe memperingatkan bahwa Axelrod River adalah musuh yang tidak terduga dan harus diwaspadai.
Dengan kecerdasan, keberanian dan kemampuan analisis yang tajam, Zoe harus menghadapi Axelrod River dan mengungkap kebenaran tentang buku tersebut. Sementara itu, dia juga harus menghadapi konflik internal tentang motifnya sendiri dan moralitas misinya.
Apakah Zoe berhasil menyelesaikan misinya dan mengungkap kebenaran tentang "Scriptum Mortis"?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meksiko
"Tidak, Zoe. Aku percaya kamu bisa mendapatkan buku itu. Kamu agen terbaik kami, dan misi ini sangat penting." Johan berusaha meyakinkan dengan suara tenang.
Zoe mendecih, matanya berkilat kesal. Dia berbalik cepat, langkahnya menuju pintu terdengar kuat. Johan memandanginya dengan ekspresi datar, tidak terpengaruh oleh reaksi Zoe.
...***...
Keesokan harinya, Zoe benar-benar di buat sangat mirip dengan Morgan Ryder, seorang pebisnis sukses yang mati karena perselisihan. Dia biasanya sering mendatangi sebuah acara besar karena uangnya yang tak ternilai.
Karena Morgan Ryder lahir dan besar di Norwegia, kematiannya tidak diketahui oleh pengusaha Meksiko. Meskipun pernah bekerja sama, hubungan mereka tetap formal dan terbatas pada urusan bisnis.
Zoe berangkat sendirian ke bandara dan terbang ke Meksiko. Johan bahkan tidak mengucapkan salam perpisahan, membiarkannya melakukan semuanya sendiri. Satu-satunya dukungan yang diberikan Johan adalah membayar tiket dan menyediakan dana untuk keperluan Zoe selama di Meksiko.
"Pria itu benar-benar tidak berperasaan. Membiarkan aku pergi ke Meksiko sendirian, padahal aku ini seorang perempuan!"
*
*
*
Setelah penerbangan yang melelahkan, Zoe merasakan kelegaan ketika pesawatnya mendarat dengan mulus di bandara Meksiko. Dia telah menempuh perjalanan panjang, tapi akhirnya tiba di tujuan.
Saat kaki Zoe menyentuh tanah Meksiko, dia merasakan kesejukan yang menyegarkan. Pemandangan baru dan sensasi yang tak terduga membuatnya terpesona. Keindahan Meksiko memukau, menghilangkan keraguan yang sebelumnya menghantui pikirannya.
Zoe berjalan cepat untuk segera mencari penginapan, sembari memikirkan rencana pencarian Scriptum Mortis di acara pertunangan anak kedua Axel von Bergen esok malam. Informasi dari Johan menjadi kunci untuk mencari Scriptum Mortis. Waktu sangat terbatas, dan dia harus bersiap.
"Sial, baju ini benar-benar tidak nyaman. Apalagi wajah palsu ini sangat lengket."
Setelah mengeluhkan hal yang sama berulang-ulang, Zoe naik taksi menuju penginapan yang telah Johan pilih. Lokasinya strategis dekat dengan kediaman Axel von Bergen. Namun, atmosfer taksi terasa mencurigakan. Supirnya berwajah datar, diam tanpa ekspresi, memandang jalan dengan mata kosong.
Saat taksi melewati gang gelap yang sempit, Zoe merasa tidak nyaman. "Pak, apa ini jalan pintas?" Zoe bertanya dengan nada berhati-hati.
"Iya, tuan. Jalan ini lebih dekat," jawab supir taksi, menghilangkan kecurigaan Zoe sejenak.
Namun, Zoe masih waspada. Menyamar sebagai Morgan Ryder, dia harus menjaga identitasnya tetap tersembunyi. Dia berusaha menekan suaranya yang khas wanita, namun usaha itu membuatnya batuk berkali-kali, menimbulkan kecurigaan. Supir taksi itu menoleh, mata penasaran terarah padanya. Zoe berusaha tetap tenang, menyembunyikan kegugupannya.
"Maaf, pak. Saya tidak terbiasa berada di gang kotor, haha.."
Zoe mencari alasan untuk menutupi kecurigaan. Mau Bagaimanapun, batuk berkali-kali tentu sangat mencurigakan. Lebih baik mencari alasan memalukan untuk menyembunyikan penyamaran.
"Saya akan mengemudi dengan cepat, tuan," kata supir taksi, menghilangkan kecemasan Zoe.
Zoe menghela nafas lega, bersandar ke kursi, dan memejamkan mata. Namun, sebelum dia terlelap, mobil tiba-tiba berhenti. Zoe membuka mata dan melihat sekeliling. Mereka masih di gang sempit yang sama.
Di sana terdapat sebuah bangunan tua dengan lima lantai. Zoe segera mengambil pistol miliknya dan bersiap dengan serangan yang mungkin datang secara tiba-tiba.
"Tuan, apa anda Morgan Ryder dari Norwegia?" Supir taksi itu tiba-tiba bertanya.
Zoe menoleh ke arah supir, yang wajahnya tampak pucat ketakutan. Sebelum dia bisa bertanya, peluru muncul dari arah bangunan, menghantam kaca mobil dan menewaskan supir tersebut.
"Sialan! Sudah kuduga!" Zoe berteriak, menarik mayat supir ke samping dan mengambil alih kemudi. Dia memacu mobil, berlari dari kejaran peluru yang semakin gencar.
"Gah.. Pakaian ini sangat merepotkan!"
Zoe menarik dasi dan memutar mobil ke halaman. Namun, mobil hitam muncul dari arah luar dan menghalangi jalannya. Tanpa ragu, Zoe melompat turun dengan pistol di tangan. Dia menembak ke arah mobil itu sebelum berlari masuk ke dalam bangunan.
Di dalam tampak sunyi. Lantai satu kosong, tak ada jejak siapa pun. Zoe waspada, merasakan ada sesuatu yang tidak beres.
Dia membuka jas dan melipat kemeja ke atas, lalu bersembunyi di bawah tangga. Beberapa detik setelahnya, beberapa langkah kaki terdengar mulai menuruni tangga dan Zoe segera menembak mereka dengan peluru yang masih terisi penuh.
Bang!
Bang!
Bang!
Di halaman semakin banyak pria yang mengepung dari berbagai sudut. Tak punya pilihan, Zoe terus naik ke lantai atas untuk menyelamatkan nyawanya.
Zoe terus menembak hingga peluru di dalam pistolnya habis. Dia bersembunyi, beralih pada kekuatan fisik untuk menghadapi pertarungan yang semakin sengit. Tinjunya siap, matanya waspada, menantang lawan-lawannya.
Dia bersembunyi, menunggu musuh mendekat untuk mengambil senapan yang mereka bawa di tangan masing-masing. Saat satu orang terpancing, dia segera melambungkan tinjunya dan mengambil senapan yang jatuh ke lantai.
"Nice!"
Zoe melanjutkan pelariannya ke lantai atas, sembari memantau sekitar. Setelah sampai di teras, dia bersembunyi untuk mengatur napas dan mempersiapkan diri menghadapi serangan berikutnya.
Namun, alih-alih mempersiapkan diri, dia malah di kejutkan oleh sosok pria bertubuh tinggi dan tegap. Pria itu berdiri mematung di atas teras, memantau ke bawah seolah sedang menikmati pertunjukkan. Saat dia menoleh ke belakang, mata mereka bertemu. Wajahnya putih bersih dengan rambut hitam yang berkilauan karena cahaya bulan. Dia sangat tampan namun tampak berbahaya.
Zoe mengangkat senapan, jari menekan pelatuk dan siap menembak. Namun, pria misterius itu bergerak seperti bayangan, menepis senapan Zoe dengan kekuatan yang menghentakkan. Senapan itu terjatuh ke tanah, berderak dan menjauh.
"Lemah," ucapnya. Suaranya menggema dingin dan menakutkan, membangkitkan rasa takut yang mendalam. Mata pria itu menyinari kekerasan dan kebengisan, membuat Zoe merasa terjebak dalam kegelapan yang mencekam.
Tubuh Zoe terpaku, seolah terikat oleh kekuatan tak terlihat. Dia menghela nafas dalam-dalam, menenangkan diri, lalu menyiapkan kuda-kuda bela dirinya. Matanya menatap tajam ke arah pria misterius itu.
"Apa kau pemimpin mereka?" Zoe bertanya dengan nada tegang dan penuh curiga.
Pria itu terkekeh, mata tajamnya berkilauan dengan senyum sinis. "Tidak, aku hanya seorang pria biasa," katanya dengan nada dingin yang mengundang keraguan. Suaranya penuh misteri, membuat Zoe semakin penasaran dan waspada.
Pria itu tersenyum miring, wajahnya sombong dan dingin. "Lalu, apa yang dilakukan Morgan Ryder di Meksiko?" tanyanya dengan nada rendah dan misterius.
"Kau mengenalku?"
"Tentu saja. Siapa yang tidak mengenal Morgan Ryder, pebisnis sukses asal Norwegia?"
Zoe semakin curiga, matanya tetap terpaku pada pria misterius itu. Dia beringsut mundur perlahan, mengambil kembali senapannya. Wajahnya tegang, siap menghadapi bahaya.
"Bangunan ini penuh dengan preman," katanya dengan nada dingin. "Sebaiknya, kau segera pergi sebelum terjadi sesuatu, tuan muda misterius."