Dijual oleh ibu tiri ke pada seorang duda kaya berumur 40 tahun tidak serta merta membuat Citara bahagia.
Kekejaman pria beranak dua itu menjadikan Citara sebagai pelampiasan hasratnya.
Sampai sebuah fakta mengejutkan diketahui oleh Citara. Jika, pria yang dinikahinya bukan pria biasa.
Sisi gelap dari pria itu membuat Citara menjulukinya dengan sebutan Monster Salju. Pemarah, dingin, misterius dan mengerikan.
Akankah Citara mampu meluluhkah hati ayah dan anak itu? Simak kisahnya hanya di "Pelampiasan Hasrat Suami Kejam "
Author : Kacan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PHSK 14
Rani mengangguk saja tanpa bertanya lebih. Citara yang tadinya merasa takut akan ketahuan, kini dapat bernapas dengan lega. Akan tetapi, perjuangan untuk kabur masih belum selesai karena ia masih harus melewati para pria berpakaian serba hitam yang berjaga di depan mansion.
"Kalau begitu saya tinggal dulu ya, Nyonya." Rani sedikit membungkukkan tubuhnya sebelum undur diri.
Wanita berlesung pipi itu tersenyum lebar, menunjukkan deretan gigi putih yang dirinya miliki.
Citara menatap kepergian maid yang dekat dengannya. Setelah punggung Rani tidak lagi terlihat, kepala Citara menoleh ke arah pintu utama mansion.
Mata indah wanita itu memperhatikan gerbang kebebasannya. Ia mulai melangkahkan kaki menuju pintu. Baru dua langkah terlaksana, gerakkan Citara harus terhenti lagi karena sebuah suara yang memanggilnya.
"Mau ke mana kau?"
Spontan Citara menoleh ke belakang, tepat suara itu berasal.
"F-farah, eee ...." Citara memainkan jarinya, ia tidak tau harus menjawab apa.
Kepala wanita berlesung pipi itu menunduk ketika Farah berjalan ke arahnya sembari bersedekap dada. Gaya pongahnya mirip sekali dengan Varen si Monster Salju.
"Ck, aku bertanya padamu!" ketus Farah.
"A-anu ... mau, mau ke sana." Jari Citara menunjuk ke arah pintu keluar. Lebih tepatnya taman yang ada di mansion Varen.
"Aku pikir kau ingin kabur, kalau kau berkenan aku bisa membantumu," ucap Farah dengan mengangkat dagunya.
Mata Citara berbinar kala mendengar ucapan Farah, ia tahu jika anak sambungnya yang berjenis kelamin perempuan ini sangat tidak menyukai dirinya. Citara merasa ini adalah kesempatan emas.
"Benarkah? Emmm, Mam— maksudnya saya mau. Tolong bantu saya keluar dari sini," ucap Citara dengan wajah memohon.
Kepala gadis berusia 17 tahun itu mengangguk, ia menggerakkan jari telunjuknya. Bergerak seolah menyuruh Citara untuk mengikutinya kesuatu tempat.
Wanita berlesung pipi yang tidak sabar untuk keluar dari mansion ini segera mengikuti Farah dari belakang. Beberapa maid yang sedang berkerja menundukkan kepalanya saat Farah melewati mereka.
Sementara itu, Citara tersenyum pada maid yang berpapasan dengannya. Tiba-tiba langkah kaki Farah membawanya pada lorong yang sepi, bahkan tidak ada satu maid pun yang berlalu lalang.
"Ini adalah gudang, kau bersembunyi lah di sini sampai malam hari tiba." Farah membuka pintu gudang itu dengan kunci yang sudah ia persiapkan sebelum menemui ibu sambungnya.
"Bersembunyi di gudang sampai malam?" tanya Citara,mengulang apa yang diucapakan oleh Farah.
"Hem! Dah sana masuk! Nanti keburu ada yang lihat," ucap Farah sembari mendorong tubuh ibu sambungnya.
"E— tapi ...."
Belum sempat Citara menyelesaikan ucapannya, pintu gudang itu sudah ditutup oleh putri Varen. Terdengar suara pintu yang dikunci dari luar.
"Farah, di sini gelap. Kenapa tidak ada pencahayaan sama sekali, tolong buka pintunya," pinta wanita berlesung pipi itu dengan suara yang teramat pelan.
"Berisik! Kalau mau kabur diam aja di situ, bye!" Farah mengibaskan rambutnya, gadis berusia 17 tahun yang cantik itu meninggalkan Citara di dalam gudang dengan menyeringai.
Citara yang kini berada di dalam gudang gelap nan sunyi hanya bisa memeluk lututnya. Ia berharap agar pilihannya kali ini sudah tepat.
Wanita berlesung pipi itu memegangi perutnya yang berbunyi minta diisi, Citara yang lelah menunggu akhirnya tertidur di tengah gelapnya ruangan tempat menyimpan barang.
Tubuh Citara yang belum sepenuhnya membaik kini berada di atas lantai yang dingin dan berdebu. Wanita itu begitu nyaman dalam mimpinya hingga tidak terganggu oleh suara berisik dari luar pintu gudang.
"Kemarikan kuncinya!" sergah Varen dengan wajah mengetat.
Beberapa menit sebelumnya ....
Varen yang baru tiba di mansion setelah transaksi jual beli barang gelapnya berhasil langsung melangkah masuk ke dalam kediamannya.
Para penjaga yang berjaga di depan mansion menunduk hormat pada tuan mereka. Pria berwajah dingin itu menatap datar ke arah semua orang.
"Di mana dia? Bukankah aku sudah memberi tahumu jika dia harus menyambutku ketika aku pulang!" ucap Varen dengan nada dingin yang membuat suasana menjadi mencekam.
Rani yang berdiri di ambang pintu besar mansion hanya bisa menunduk sebelum akhirnya Varen kembali bertanya.
"Apa kalian tidak bisa bicara ha!!!" teriak Varen tiba-tiba.
Tubuh maid yang berada di pintu masuk mansion terperanjat kaget karena suara Varen yang menggema di telinga mereka. Akan tetapi suara keras itu tidak berefek kepada para penjaga yang wajahnya kaku dan datar seperti patung.
"M-maaf, Tuan. Tadi Nyonya ada, akan tetapi sekarang saya tidak dapat menemukannya di mana pun." Rani menjawab dengan gemetar, kepalanya tertunduk karena rasa takut yang melanda.
Tangan Monster Salju itu terkepal kuat, ia segera berjalan ke arah lift untuk memeriksa kamar Citara.
Wajah dingin Varen semakin terlihat seram karena mata pria itu menunjukkan api kemarahan yang membara. Saat hampir tiba di kamar Citara, tiba-tiba Farah muncul dari pintu kamarnya. Gadis itu menghampiri daddy-nya.
"Daddy," panggil Farah.
Langkah kaki Varen terhenti, ia membalik tubuhnya. Mata yang tadinya berkilat marah, kini sedikit berkurang saat berhadapan dengan putrinya.
"Apa Daddy mencari wan— mama?" tanya gadis itu pada Varen.
"Ya," sahut Varen singkat.
Farah menggerakkan tangannya, dan saat itu pula para maid yang mengikuti tuannya dari belakang pergi meninggalkan anak dan ayah tersebut.
"Tadi mama memohon-mohon pada Farah agar dibantu untuk kabur dari mansion ini. Katanya dia tidak mau terperangkap dengan pria tua dan anak seperti kami." Farah menyampaikan info yang betolak dengan fakta sebenarnya.
Tangan Varen mengepal kuat, rahangnya mengetat hebat. Wajah yang masih tampan diusianya yang menginjak kepala empat terlihat memerah.
Dalam hati Farah bersorak senang, sepertinya rencana untuk membuat ibu sambungnya semakin tidak betah akan berhasil.
"Daddy tenang saja, tadi Farah berpura-pura untuk membantu mama kabur dengan mengatakan bersembunyi di gudang sampai malam tiba." Lanjut Farah.
Kemarahan Varen yang sudah berada pada level tinggi langsung turun ke lantai paling dasar di mansionnya. Farah tidak ikut dengan daddy-nya, ia memilih kembali masuk ke dalam kamar.
Sementara itu, Varen memanggil satu maid dan satu penjaga untuk mengikutinya. Hingga sampailah Varen di depan pintu gudang. Ia yang sedang merasa marah meminta kunci gudang mansion nya dengan suara yang dingin dan keras.
Saat kunci sudah berada di tangan si Monster Salju, ia langsung membuka pintu itu. Mata Varen menangkap Citara yang tertidur di atas lantai gudang.
"Kalian kembalilah! Pastikan anak-anakku tetao berada di dalam kamar!" perintah Varen tanpa menatap ke arah maid dan juga penjaga yang berada di belakangnya.
"Baik, Tuan." Kedua orang itu meninggalkan Varen dengan segera dari pada mendapat amukan dari tuan mereka.
Kaki Varen melangkah masuk ke dalam gudang. "Bangun kau jala-ng!" Suara Monster Salju itu naik satu oktaf.
Citara terpekik kaget, ia langsung terduduk saat mendengar suara keras milik Varen. Tubuh wanita berlesung pipi itu beringsut mundur saat Varen berjongkok di depannya.
"T-tu—"
"Diam!!!" teriak Varen.
Spontan Citara menutup matanya rapat. Varen yang dirasuki dengan rasa amarah yang kini meradang langsung mendorong tubuh Citara hingga wanita itu terbaring di atas lantai.
Monster Salju itu menindih tubuh istrinya, ia dengan tidak berperasaanya mere-mas bukit kembar Citara dengan sangat kuat.
"Ahhh. T-tuan!" teriak sekaligus desa-han bercampur menjadi satu.
Tangan Varen tidak hanya melakukannya sekali, Monster Salju yang mengungkung tubuh istrinya terus mengulang gerakkan itu sampai Citara menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Apa aku setua itu?!" desis Varen. Kini tangan pria itu berpindah pada gunung yang satunya.
Bersambung ....
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa Varen akan kembali meraup keranuman tubuh Citara?😱