Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Pov Alina
Dengan bantuan tetangga Alina akhirnya di larikan ke rumah sakit. Untuk mendapatkan perawatan. Ia mengalami cedera ringan di bagian lengan.
Sesosok pria datang dengan napas yang tersengal raut wajahnya tampak panik dan khawatir.
“Alina kamu tidak apa-apa?” tanya Raffa ia datang dengan berlari menuju ruang rawat Alina untuk melihat keadaan Alina.
“Gak apa-apa Raffa, aku cuma cedera sedikit,” jawab Alina tersenyum.
“Syukurlah,” jawab Raffa lega.
“Fa, bisa kamu bantu aku? Menangkap pencuri dirumah ku?”
“Hah! Bagaimana caranya?” Raffa merasa heran karena itu bukan dari bagian keahliannya.
“Aku sengaja mencakar dalam lengan pencuri itu untuk mengidentifikasi DNA nya bukankah itu bisa dilakukan?”
Raffa berpikir sejenak.“hm..iya itu bisa saja, akan aku bantu sebisa mungkin,” jawab Raffa.
Setelah beberapa hari pasca kejadian pencurian di rumah Alina. Ia sudah tampak sehat dan sudah bisa beraktifitas seperti biasa. ia sudah mulai bekerja dan mulai fokus kembali kepada bisnisnya sambil menunggu hasil pemeriksaan polisi atas kasusnya. Alina kemudian kembali memeriksa laporan keuangan pasca ditinggalkan Neti. Ia menghitung dengan teliti laporan keuangan bulanan. semenjak di pegang oleh kakak iparnya ternyata ia banyak menemukan penyelewengan dana yang Neti akukan semasa bekerja di perusahaannya yang menyebabkan kerugian besar bagi dirinya.
“Tidak bisa begini Neti harus bertanggung jawab atas perbuatannya enak saja dia berfoya-foya dengan uang ku!” Tegas Alina.
“Halo dengan pengacara Fadhlan, pak ini saya Alina bantu saya untuk melayangkan surat somasi kepada Neti kakak ipar saya ia telah banyak menyelewengkan dana perusahaan, tolong kirim secepatnya Pak!” titah Alina.
“Baik Bu, Alina segera saya akan urus,” jawab pengacara itu cepat
“Terima kasih, Pak Fadlan.”
“Tunggu saja Neti. Kamu harus membayar atas apa yang telah kamu perbuat.”
Tiba-tiba Ponsel Alina berbunyi, di layar ponsel muncul nama Raffa. Dengan cepat Alina langsung menerima panggilan dari teman SMA nya itu.
“Hallo Raffa ada apa?” jawab Alina merasa heran karena tidak biasanya ia menelpon di jam kerja seperti ini.
“Alina hasil identifikasi DNA pelaku pencurian sudah selesai,” ucap Raffa tanpa basa basi. Alina terperanjat ia bersemangat dengan apa yang akan dikatakan Raffa.
“Lalu bagaimana hasilnya?” tanya Alina penasaran. Ia sampai Meloudspeker ponselnya.
“Bisa kita bertemu untuk membicarakan hal ini, aku ingin memberitahu kamu langsung.”
“Oke Bisa siang ini bagaimana?”
“Aku tunggu kamu di restoran biasa,”
“Iya,” jawab Alina tanpa membuang banyak waktu, iq langsung meluncur ke restoran yang dimaksud.
Setelah beberapa saat Alina datang, napasnya berat seperti sedang dikejar sesuatu. “Maaf aku telat,” ucap Alina lalu menyeruput es jeruk yang berada dihadapannya.
“Ada apa?” tanya Raffa heran. “Apa ada yang mengikutimu Alina?”
“Tidak aku hanya haus,” ucapnya sambil tersenyum.
“Ada-ada saja aku pikir kamu dalam bahaya,” ujar Raffa yang selalu overthinking.
“Jadi bagaimana hasilnya?” bisik Alina sambil tubuhnya ia condongkan ke arah Raffa agar orang-orang tidak mendengar pembicaraan mereka.
“Tidak ada,” jawab Raffa singkat lalu menyeruput es lemon tea miliknya.
“Maksudnya?” Alina bingung sampai keningnya mengkerut.
“Hasilnya sudah aku serahkan kepada polisi untuk diidentifikasi lebih jauh,” ucap Raffa tanpa rasa bersalah.
“Kenapa kamu tidak bilang telepon saja kalau begitu aku kan tidak harus capek kesini!” protes Alina kesal.
“Aku sengaja biar kia bisa makan siang bareng,bagaimana kamu mau kan kali ini biar aku yang traktir deh” kata Raffa tersenyum melihat wajah bete Alina. “Tapi aku yang pesan menu makan siang hari ini aku akan mulai program diet untuk kamu,” ujar Raffa sambil melihat-lihat buku menu.
“Diet? Hari ini? tapi aku belum ada persiapan Raffa.”
“Memangnya kalau diet harus ada persiapan apa Alina?” jawab Raffa tersenyum.
“Raffa minggu ini aku belum makan bakso kesukaan aku belum makan mie ayam juga belum makan nasi padang. bukankah kalau diet aku tidak boleh memakan semua itu izinkan aku untuk memakan semua itu sebelum memulai diet,” pinta Alina.
“Raffa terbahak ia teringat akan dirinya yang dulu persis seperti Alina yang takut tidak bisa makan makanan itu lagi. ”Kata siapa kamu tidak boleh memakan itu semua. Boleh ko asal tidak berlebihan,” jelas Raffa. “Sudah pokoknya kamu ikuti apa kata aku aku akan membuat kamu cantik seperti dulu,” Raffa menatap dalam Alina.
“Permisi,” tiba-tiba kedatangan seorang waiter membuyarkan tatapan intens mereka berdua. “Ini makanan yang Anda pesan,” ucap seorang waiters.
Alina melihat makanan yang ada di hadapannya. Ia merasa heran ini tidak seperti menu diet yang ia tahu.
“Ini menu diet, Fa?” tanya Alina heran.
“Iya kenapa? Kamu gak suka makanan ini?”
“Bukan begitu menu makanan ini tidak seperti yang aku pikirkan,” jawab Alina.
“Lihat Alina komposisi menu yang aku pesan untuk mu. Protein terdapat dari ikan bakar, seratnya dari kangkung dengan nasi setengah porsi. Itu sudah bagus untuk memenuhi kebutuhan harian kamu tapi ingat jangan terlalu banyak ngemil apalagi makan dan minuman yang manis dikurangi saja dulu oke aku yakin kamu akan berhasil Alina percayalah.”
“Terima kasih, Raffa.”
Setelah selesai makan siang Alina kembali ke kantor, ia baru menyadari jika beberapa hari ini ponselnya sepi tidak ada telepon dari Danu atau pun Neti kakak iparnya. Jika dipikir-pikir semenjak kejadian pencurian itu, Danu seolah menghilang. Hal itu membuat Alina merasa aneh ia juga baru ingat jika pintu rumah tidak rusak. Bukankah jika ada pencurian seharusnya di pintu aja jejak pengrusakan Pikir Alina lalu ia teringat akan postur dan sorot mata pencuri itu mengingat kan dia pada…
“Maaf Bu, ada tamu,” seketika pikirannya buyar ketika Salma datang mengetuk pintu ruangannya.
“Siapa salma?
“ini bu…” ucap salma. Di hadapnya terlihat seorang wanita cantik yang tidak asing di matanya.
“Alina apa kabar,” ujar wanita berambut hitam dengan panjang sebahu itu.
“Nadia!” teriak Alina dengan mata berbinar. “Astaga Nad, ini betul kamu? Ujar Alina tak percaya pasalnya Nadia adalah sahabat baiknya yang tiba-tiba saja menghilang 2 tahun lalu sejak ia menikah. “Kamu kemana saja Nadia Aku kangen banget sama kamu
Kenapa kamu menghilang bahkan kamu tidak menghadiri pernikahanku Nad,” ucap Alina dengan segudang pertanyaan.
“Maafkan aku Alina aku ada urusan yang tidak bisa aku ceritakan,” jawab Nadia sedih.
“Bagaimana keadaan kamu Nad? Apa kamu sudah menikah?” tanya Alina lagi sambil menghampiri Nadia.
“Kebetulan sudah Alina aku baru menikah setahun yang lalu,” jawab Nadia.
“Alhamdulillah, kamu tau dari mana kantor ku disini?”
“Aku tahu dari Raffa.”
“Raffa? Apa kalian saling tukar kabar sebelumnya.”
“Tidak hanya baru-baru ini dan dia banyak menceritakan tentang masalah kamu Alina dan akhirnya aku memutuskan kesini untuk berada sisimu, “ terang Nadia ia menatap sedih wajah Alina.
“Terima kasih, Nad.”
Setelah selesai melepas rindu dengan sahabatnya. Alina mendapatkan telepon dari nomor yang tak dikenal tanpa ragu Alina mengangkat telepon itu.
“Hallo selamat siang, benar ini dengan ibu Alina Raharja?” tanya seseorang di seberang telepon dengan suara berat.
“Iya benar, Bapak siapa yah?” Alina penasaran.
“Saya dari Polsek Bu, ingin mengabarkan jika pelaku pencurian di rumah ibu telah ditangkap saya ingin Ibu hadir di Polsek untuk memberikan keterangan tambahan dan dan mengidentifikasi barang bukti,” jawab seorang Polisi itu.
“B… baik Pak saya akan segera kesana,” jawab Alina cepat.