NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Mama h4mil

Zora keluar dari kamar mandi dengan membawa tespek di tangannya. Setibanya di luar dia melihat Tyas baru saja keluar dari dapur.

"Yas!" seru Zora, berlari kecil menghampiri Tyas.

Mendengar Mama mertuanya memanggilnya Tyas berhenti, lalu berbalik. Mama mertuanya berlari kecil menghampirinya. "Kenapa Ma? Apa hasilnya?" Tyas bertanya, penuh harap dan tak sabar."

Zora mengulurkan tespek yang dipegangnya ke Tyas. Tyas menoleh, matanya tertuju pada tespek yang disodorkan Mama mertuanya, lalu menerimanya dengan lembut. Ia menatap tespek itu dengan saksama, dan seketika matanya membesar saat melihat dua garis merah yang muncul di sana.

Ia menoleh ke mama Zora. "Ini beneran Ma? Mama h4mil? Wahh, selamat Ma. Selamat h4midun!" Tyas spontan memeluk Zora erat, membuat Zora yang tak menduga langsung terkejut.

Tangannya perlahan terangkat membalas pelukan Tyas.

"Tapi mama masih belum siap Yas buat h4mil lagi. Di umur Mama yang sekarang mama takut. Mama takut nggak bisa jagain kandungan mama dan berakhir bvruk," ujar Zora, raut wajahnya dipenuhi kekhawatiran.

Tyas melepaskan pelukannya, menatap Mama mertuanya dengan hangat. Senyumnya merekah. "Mama nggak usah takut ya. Ada aku dan yang lain. Kami akan selalu jagain mama dan kandungan mama. Lagipula, sekarang Mama udah kayak Mamaku sendiri, jadi jangan sungkan-sungkan kalau Mama butuh apa pun," katanya.

Rasa tulus Tyas begitu terasa, membuat Zora semakin bersyukur memiliki menantu sebaik Tyas.

"Makasih ya. Mama akan jaga kandungan Mama dengan baik," balas Zora, tersenyum manis.

Dari tangga, langkah kaki terdengar mendekat. Mereka berdua spontan menoleh.

"Ada apaan nih, kok tiba-tiba pelukan kayak teletubbies?" tanya Kaesang.

Ia turun dengan penampilannya yang berantakan. Tentu saja, ia malas untuk merapikan pakaiannya setelah apa yang ia dan Tyas lakukan di dalam kamar.

Tyas dan Zora cepat-cepat mundur beberapa langkah.

"Ehm, nggak papa kok. Emangnya nggak boleh aku peluk Mama mertuaku sendiri?" tanya Tyas.

Kaesang menggeleng, senyum tipis mengembang di bibirnya. Ia berhenti tepat di samping Tyas, tangannya terangkat dengan gemas mengusap-usap kepala Tyas.

"Boleh kok, aku cuma heran aja lihat kamu pelukan sama Mama kayak gitu," kata Kaesang, tangannya perlahan turun.

"Kenapa heran Kae? Emangnya nggak boleh Mama pelukan sama menantu mama. Mama udah mulai sayang lho sama Tyas. Kamu nggak mau itu terjadi?" Kali ini Zora yang bertanya.

Kaesang menoleh ke mamanya, kembali menggeleng. "Aku senang lihat kalian pelukan dan akrab. Tadi kalian lagi ngobrolin apa sih? Dari atas aku lihat kalian kayak bahagia banget gitu sampai Tyas peluk Mama," tanyanya penasaran.

Sebenarnya ia sudah berdiri di ujung tangga dari lama dan melihat Tyas langsung menghamburkan diri memeluk mamanya. Ia terkejut melihat itu meskipun juga bahagia.

Tyas menoleh ke Mama Zora, mengangguk sambil tersenyum tipis. Matanya kemudian beralih ke Kaesang. "Ah, ehm ada yang mau mama sampaikan sama kamu dan papa. Papa mana Yang?" tanyanya kemudian. Ia menengok ke belakang Kaesang, tapi Papa mertuanya tidak terlihat.

Kaesang mengangkat kedua bahunya. "Aku nggak tau, tadi aku keluar dari kamar nggak bareng sama papa. Emangnya Papa ke mana Ma?" tanyanya pada mamanya.

Zora tiba-tiba merasa gugup. Pipinya langsung bersemu merah. "Papa kamu... lagi tidur," katanya, sedikit ragu-ragu.

"Yang, mama ada kabar gembira buat kamu dan papa!" kata Tyas dengan riang. Matanya berbinar, senyumnya mengembang.

Kedua alis Kaesang menyatu, penasaran. "Kabar apa? Emangnya Mama kenapa?" tanya Kaesang ke mamanya.

Zora menarik napas panjang, matanya tak lepas dari Kaesang. Hening sejenak. "Kae," katanya akhirnya, "Mama ada kabar buat kamu dan papa tapi akan lebih baiknya kalau kabar Ini juga disampaikan langsung sama papa. Kamu bangunin Papa kamu gih. Mama sama Tyas tunggu kalian di ruang tamu villa."

Tanpa menunggu jawaban dari Kaesang, Zora langsung berputar dan menuju ruang tamu villa. Tyas mengikutinya dari belakang.

Kaesang masih tidak mengerti dan bingung tapi ia berbalik, menaiki tangga menuju ke kamar Papanya untuk membangunkannya.

Tak lama, Kaesang turun lagi, bersama dengan Papanya yang masih tampak mengantuk. Wajah Papanya masih kusut, seperti baru bangun tidur.

Di ruang tamu villa, Mama Zora dan Tyas langsung menoleh saat mendengar langkah kaki Kaesang dan Papa Indra mendekat.

Kaesang dan papa Indra duduk di sofa yang berseberangan dengan sofa tempat mama Zora dan Tyas duduk. Wajah kedua wanita berbeda usia itu tampak tegang.

Ada apa? Pikir Kaesang tidak mengerti.

"Ada apa sih Ma, kok kamu minta kita buat kumpul di sini?" tanya Papa Indra, sambil menguap lebar. Ia masih sedikit mengantuk.

Mama Zora menatap suaminya lekat, tak mengalihkan pandangan. Tatapannya tajam, seakan menyimpan sesuatu yang penting.

"Mungkin untuk beberapa bulan ke depan kita nggak akan bisa main Mas. Kamu juga nggak bisa lama-lama keluar kota atau ke luar negeri. Kamu harus stand by terus di rumah," kata Zora serius.

Papa Indra dan Kaesang yang mendengar itu langsung mengerutkan kening. "Maksud kamu apa Ma? Kenapa kita nggak bisa bermain? Terus kenapa Papa harus terus stand by di rumah? Kamu tau kan kalau Papa itu orangnya sibuk banget, Papa nggak bisa kalau harus terus-terusan duduk diam di rumah tanpa ngecek kerjaan papa," balas Papa Indra. Ia tampak tidak suka dengan permintaan mendadak istrinya.

Saat akan bicara tiba-tiba Lingga masuk.

"Ada apa nih? Kok kumpul-kumpul nggak ngajak aku?" tanya Lingga, lalu duduk di sofa yang berseberangan dengan papanya dan yang lain.

Kaesang menoleh ke adiknya. Melihat wajahnya yang penasaran. Sama seperti dirinya. "Tau tuh Mama, tiba-tiba minta kita buat kumpul-kumpul di ruang tamu," jawabnya.

Lingga mengangguk, matanya beralih ke mamanya yang masih fokus menatap papanya. "Ada apa sih Ma sebenarnya?" tanyanya dengan nada penasaran.

Zora mengangkat tangannya, telapak tangan terbuka mengarah ke Lingga. "Ssst," bisiknya, seolah meminta Lingga untuk tidak bicara terlebih dahulu.

"Apa sih Ma yang mau kamu sampaikan ke kita? Jangan bikin kita penasaran deh!" seru Papa Indra, suaranya sedikit meninggi. Ia sudah sangat tidak sabar.

"Iya Ma, sebenarnya Mama kenapa sih? Dari tadi Mama kelihatan aneh banget," timpal Kaesang. Ia menyadari perubahan sikap Mamanya sejak turun dari tangga dan melihat Mama dan Tyas berpelukan.

"Yang, Pa, kalian sabar dulu ya," ujar Tyas, yang sedari tadi diam, berusaha menenangkan Kaesang dan Papanya yang terlihat tidak sabar.

Mama Zora menghela napas panjang, berpikir sejenak sebelum menatap suaminya dan keluarganya yang lain.

"Aku...aku h4mil mas. Tadi aku ngerasa mual dan setelah aku cek pake tespek hasilnya dua garis merah!" ungkap Zora, suaranya sedikit gemetar. Ia merasa gugup, tapi setelah selesai berbicara, beban di dadanya terasa terangkat. Senyum lega mengembang di wajahnya.

Deg!

"Ha-h4mil?!" Papa Indra terkesiap, matanya membulat tak percaya. Ia menatap istrinya dengan raut wajah yang sulit diartikan, antara terkejut dan tidak percaya.

"Iya Mas," jawab Zora, senyumnya mengembang lebar. Ia terlihat bahagia, meskipun sedikit gugup.

Kaesang dan Lingga saling berpandangan, tak kalah terkejutnya dengan Papa Indra. Lingga bahkan sampai tersedak ludahnya sendiri, batuk kecil karena terkejut. "Hah? Mama h4mil? Seriusan?" tanyanya, matanya menatap Zora tak percaya.

"Iya, Ngga. Mama h4mil," jawab Zora, tersenyum lembut.

"Kok bisa sih Ma? Kan Mama udah tua?" tanya Kaesang, suaranya terdengar heran. Ia masih belum bisa mencerna informasi yang baru saja didengarnya.

Tyas tertawa mendengar pertanyaan Kaesang. "Umur hanyalah angka, Sayang! Tidak ada batasan untuk seseorang memiliki anak, kan? Banyak orang di luar sana yang memiliki anak di usia yang lebih tua," jawabnya dengan semangat.

"Yang terpenting adalah cinta dan perhatian yang kita berikan pada anak. Mama pasti bisa menjaga kandungannya dengan baik, karena kita semua akan ada di sini untuk mendukungnya."

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!