Setelah hidup dengan suami yang suka memukulinya selama bertahun-tahun, Freya 'dijual' karena suaminya telah jatuh hati pada wanita lain. Dia hanya bisa pasrah saat pelelangan berlangsung, sampai akhirnya... "Satu juta Yuan!" Semua mata tertuju pada pria bertudung yang menawar dengan harga ribuan kali lebih mahal. Siapa pria itu dan kisah seperti apa yang menanti mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rossywiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
keluarga Davinci
"Senang bertemu denganmu, namaku Albert Nourt Davinci", ucap pria bernama Albert tersebut dengan senyum lembut.
Pria bernama Albert itu mengulurkan tangannya. Namun, aku ragu untuk menjabat tangan itu, dalam hatiku masih saja terngiang perlakuan Andreas kepadaku selama ini.
"Namaku Freya, Freya Zwetsalca ", jawabku lirih.
Sungguh aku tak tahu harus bagaimana, pikiranku masih kosong, masih terbayang-bayang semua perlakuan Andreas dikepadaku.
"Baiklah Freya, bisakah kita pergi sekarang?", tanya Albert. "Kekediaman utama Davinci".
.
Entah bagaimana, saat aku membuka mataku aku sudah di tempat yang sangat asing. Langit-langit kamar yang mewah, kamar luas, dua kali lipat dari luas rumah Andreas. Lantai marmer Dengan berbagai macam furniture berkelas.
Aku bangun dari tempat tidur mewah yang memiliki kasur selembut sutra.
Lingkungan yang sangat asing bagiku. 'Apakah aku akan mulai bekerja disini?' itulah pertanyaan yang mampir dalam otakku.
Tok tok tok
"Selamat pagi nyonya, nama saya lily. Saya datang untuk membantu anda", sapa seorang dengan pakaian seragam rapi.
'apakah ini semua akan baik-baik saja?' aku terus menerus bertanya dalam hati. Semoga kali ini tidak ada lagi tindakan ekstrim yang terjadi padaku.
"Saya bisa memasak, mencuci, bersih-bersih, dan berkebun", ucapku dengan suara amat sangat lirih.
"Ya?" Dia terlihat bingung.
"Saya berjanji akan hati-hati saat membersihkan guci, piring, dan gelas. Serta yang lainnya!", dengan suara lirih aku menjelaskan.
Tak apa, aku harus bisa melewati ini.
"Maaf nyonya, saya adalah pelayan yang di tugaskan untuk membantu nyonya, jadi saya akan selalu di sisi nyonya!", ucap pelayan tersebut.
Aku diam. 'apa maksudnya?' aku bertanya-tanya.
"Jika saya tidak ada di sini, nyonya bisa membunyikan bel di sisi ranjang tempat tidur nyonya, maka pelayan lain akan datang untuk nyonya!", kembali pelayan itu menjelaskan.
Aku diam. Aku benar-benar masih tidak mengerti dengan keadaan sekarang. Pikiranku masih saja berkelana pada kejadian-kejadian di saat masih bersama Andreas. Aku seolah tidak bisa untuk tidak memikirkan itu.
"Maaf karena saya datang terlambat kemarin nyonya, jadi saya tidak bisa membantu anda untuk bersih-bersih. Bagaimana jika kita mulai bersih-bersih sekarang? Akan saya siapkan air hangat serta aroma terapi. Anda menyukai wangi apa nyonya?", pelayan tersebut masih saya berbicara. Sementara aku diam saja.
Aku bangkit berdiri dari ranjang tidur. Entah benar bersih-bersih atau akan di perlakukan kasar lagi, aku tak apa.
"Akan saya ambilkan alas kaki nyonya", katanya dengan sopan.
Dia mengambilkan alas kaki lembut untukku. Bahkan memakaikannya di kakiku.
"Silahkan kesebelah sini nyonya", ucapnya dengan senyum.
.
POV Lily
Hari ini aku mulai melayani nyonya rumah baru. Wanita yang dibawa oleh tuanku kemarin. Aku akan menjadi pelayan pribadinya dan akan dengan senang hati melayaninya.
Inilah salah satu bentuk pengabdian ku kepada tuanku. Orang yang telah menyelamatkan keluargaku
"Silahkan kesebelah sini nyonya", sungguh aku sudah tidak sabar melayani nyonya baruku ini. Dia terlihat cantik walau masih ada perban di kepalanya. Walau masih belum mau membuka suara, tapi aku yakin, lambat Laun dia akan mulai terbiasa.
Sesampainya di kamar mandi, setelah menyiapkan semua keperluan, aku mulai membantu nyonyaku untuk melepaskan pakaiannya.
Namun, aku amat sangat terkejut dengan kondisi tubuhnya. Tak terasa air mataku ikut mengalir dengan sendirinya.
'Ya tuhan, bajingan mana yang tega berbuat seperti ini padanya?' rintihku dalam hati.
Kondisi tubuhnya jauh dari kata baik-baik saja. Di bandingkan luka, ini penuh dengan memar yang memenuhi tubuh bagian belakangnya.
Memarnya memang bisa hilang. Tapi butuh waktu yang lama untuk menyembuhkan nya.
'Sebenarnya siapa bajingan yang berani memukulinya sampai tubuhnya penuh memar tanpa meninggalkan sedikit luka??' aku terus mengutuk bajingan itu dalam hati.
'Orang gila macam apa yang melakukan ini pada nyonya? Selama ini, pasti nyonya di perlakukan dengan sangat buruk' hati nurani ku terus meraung meratapi kehidupan nyonya selama ini.
"Apakah anda mau berendam dahulu nyonya? Air hangat dengan sedikit garam bisa mengatasi rasa lelah anda". Aku mengalihkan situasi. Aku tak mau nyonya memikirkan masa kelam itu.
Namun yang terjadi malah sebaliknya. Tubuh nyonya bergetar hebat setelah melihat air dalam bathtub.
.
POV Freya
Flashback
"Siapa yang menyuruhmu pergi melangkah keluar rumah?", Andreas menjambak rambutku dan menyeret tubuhku.
Andreas terlihat sangat marah kali ini. Mungkin aku benar-benar bisa mati sekarang.
"Dasar jalang!! Kau pasti mau merayu laki-laki diluar sana!", teriak Andreas sambil terus menjambak dan menendang tubuhku.
"Ahh.. tidak Andreas, bumbu dapur, bumbu dapur habis, aku keluar untuk membelinya!!", teriakku menjelaskan sambil menahan sakit.
"Beraninya kau membual dengan alasan seperti itu!! Dasar wanita kotor!", Andreas menyeret rambutku, membawaku ke kolam belakang rumah.
"Dasar jalang!! Memohonlah agar aku ampuni!!", teriaknya sambil menenggelamkan kepalaku ke kolam itu.
Splash
Splash
Terus Andreas menenggelamkan kepalaku sampai Sesak dadaku.
Flashback off
.
"Nyonya, jika anda hanya berdiri begitu, nanti anda bisa terkena flu", ucapan pelayan itu menyadarkan ku.
Aku sempat teringat saat Andreas dulu menyiksa ku, menenggelamkan kepalaku di kolam belakang rumah.
Dan saat ini, bathtub yang berisi air mawar seolah mengejek aku yang kotor ini. Memaksaku mengingat kembali cerita kelam itu.
'sangat buruk'
'sampah'
'wanita kotor'
'pantas dipukul'
Semua kata-kata jahat John seolah menyiksa ku.
"Nyonya!!"
"Nyonya Freya!!"
"Nyonya!!"
Dan tanpa sadar, aku terjatuh pingsan kembali.
.
POV Albert
Saat aku sedang meneliti dokumen di ruang kerjaku, seorang pelayan yang aku tugaskan untuk melayani Freya mendatangiku.
"Ada sesuatu yang harus saya sampaikan tuan", katanya membuka percakapan.
"Bicaralah", jawabku masih dengan fokus kepada dokumen.
"Semalam nyonya tidur dengan gelisah, lebih seperti orang yang sedang ketakutan. Meskipun begitu, tadi pagi saat saya mengetuk pintu dan mengajaknya bicara, nyonya tidak mengeluarkan sepatah katapun. Nyonya juga seolah meyakinkan saya kalau nyonya berguna. Saya pikir nyonya masih takut", ucap pelayan itu.
"Saat saya membantu nyonya untuk mandi, tubuh nyonya penuh dengan memar, Saat saya teliti, tidak ada luka atau bekas luka di tubuhnya, lalu nyonya jatuh pingsan. Saya menduga nyonya memiliki rasa trauma akan sesuatu", lanjutnya.
"Pingsan?", aku benar-benar terkejut mendengarnya. Ternyata suami bajingannya itu sudah melewati batas dalam menyiksanya, hingga meninggalkan trauma.
"Iya tuan, saya sudah meanggilakan dokter untuk perawatan nyonya, Dan dia berkata bahwa nyonya harus istirahat total. Dan sekarang nyonya masih tertidur". Jelas pelayan tersebut.
Mungkin dia terkejut karena di sekelilingnya berubah, atau ada alasan lain?
Jika bajingan itu yang menyebabkan dia ketakutan hingga pingsan, aku tak lagi bisa memaafkan nya. Sampai nerakapun harus kukejar sampai dia merasakan luka yang dialami Freya berkali-kali lipat.
Beraninya dia melakukan itu padanya!!!
"Aku akan mengunjungi nya sekarang!". Gegas kusingkirkan dokumen-dokumen yang ada di hadapanku. Aku harus melihatnya sendiri dengan mataku.
Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan pada bajingan keji itu.
'Seharusnya aku datang lebih cepat untuk menyelamatkanmu'.
'tangannya sekurus itu'
'pertama-tama biarkan dia makan yang banyak'
'beri vitamin, susu, ahh.. aku harus mengatur pola makannya'
"Freya..", panggilku halus "Freya", imut sekali dia saat tidur. Yahh, tapi aku terpaksa harus membangunkannya.
Dia mulai mengerjapkan matanya.
"Freya, sudah waktunya makan siang. Aku tahu kau harus banyak istirahat, tapi kau tidak bisa terus-terusan tidur seperti ini!". Aku berusaha bicara selembut mungkin agar dia tidak lagi merasa takut.
"Hehe.. ada rambut yang menempel di wajahmu, disini dan di sini juga", aku berusaha membuatnya merespon dengan bercanda.
"Bolehkah aku menyentuh wajahmu untuk menyingkirkan rambutnya?" Aku bertanya padanya meminta izin. Namun ternyata dia lebih sulit dari yang ku bayangkan.
"Ini pertanyaan yang tidak sulit untuk di jawab Freya, cukup kamu jawab iya atau tidak", kataku meyakinkan nya. "Itu terserah padamu, kau bebas memUtuskan atas dirimu sendiri Freya!", ucapku meyakinkan dia.
"Aku akan menghargai semua keputusan mu, apakah aku boleh menyingkirkan rambut yang berada di wajahmu?", tanyaku sekali lagi.
.
POV Freya
Dia meminta izin kepadaku? Kata itu berarti seseorang memiliki kendali penuh atas tubuhnya. Andreas tak pernah meminta izin atas apapun kepadaku. Bisakah aku memercayainya??