Mungkin hal biasa kalo cewek cupu pacaran sama bad boy, namun kali ini kebalikanya gimana peran sicewe yang urak-urakan, suka balap liar, dan tidak mau diatur malah dia jatuh cinta dengan cowo cupu kutu buku yang anti sosial.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon prettyaze, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
berusaha
Sama halnya dengan Gara, saat ini Sera tengah melihat hujan dengan tenang sambil mendengar musik yang terdengar begitu syahdu.
Yang ada di pikirannya saat ini adalah kehidupannya setelah ini. Harus bagaimana ia menghadapi segala hal yang akan terjadi? Meskipun begitu, ia harus melanjutkan hidup apa pun yang terjadi. Ia tidak harus menyerah sebab hidup harus terus berjalan. Apa pun yang terjadi, dia harus tetap semangat.
Saat tengah asyik memandang hujan dengan sendu, handphone Sera berbunyi. Sera langsung mengambilnya dan melihat nama Luna yang menelepon dirinya.
"Halo, kenapa, Lun? Tumben banget lo nelpon."
Sera memulai obrolan diiringi dengan tawa kecil.
"Apa sih, Sera! Oh ya, ngomong-ngomong, lo malam ini ikut kumpul geng nggak?"
Tanya Luna pada Sera.
"Kayaknya gue nggak bisa deh, Lun... Capek gue, terus mager juga hujan-hujan gini keluar. Besok sore deh gue ke situ."
Jawab Sera sambil melirik hujan yang mulai sedikit reda.
"Ya udah deh... Nanti gue bilang ke yang lain. Tapi, Sera, lo nggak apa-apa kan?"
"Gue nggak apa-apa, Lun, emang gue sakit? Udah, mending lo ikut kumpul aja. Ingat, pulangnya jangan kemalaman. Besok masih ujian!"
"Iya... iya... Sera. Yaudah, see you, Sera... Muachh."
Jawab Luna pada Sera yang tertawa dengan tingkahnya.
"Oke, oke..."
Sera menanggapi dengan malas.
Setelah menutup telepon dari Luna, Sera menutup jendela kamarnya dan mulai tidur karena dirinya mulai kelelahan.
••••
Pagi hari ini dengan tenang semua murid menjalankan ujian dengan lancar tanpa ada halangan yang mengganggu. Sampai geng Sera saat ini tengah berkumpul di kantin dengan berbagai macam makanan di meja mereka.
"Gila, tadi Pak Heru ngawasin gue terus, anjir!" Akram memulai obrolan dengan raut jengkelnya.
"Muka lo emang pantes sih dicurigai," timpal yang lain.
"Anjir lo, Luna! Ganteng gini kok dicurigai. Pengen gue colok matanya si botak itu! Lihatin gue mulu, padahal kan gue anteng," Akram membela diri dengan seribu alasannya.
"Gimana nggak diawasin? Lo dari tadi lirik-lirik nggak bisa diem, udah gitu manggil gue keras banget lagi. Ya dicurigai teruslah, anjir."
"Betul, noh, kata harsa. Lo yang bertingkah dulu kok," asa ikut menimpali sambil melempar kulit kuaci ke arah Akram.
"Kan gue nggak bisa ngisinya, woy! Pusing banget gue sama matematika, susah banget, heran."
"Kalau belajar nggak sih?" jawab Sera, meledak ke Akram.
"Ish, iya... iya... Salah mulu gue perasaan."
"Ya emang salah lo! Goblok!" Luna menatap Akram dengan galak.
"Iya, hehe..."
"Jangan lupa ntar sore ini kumpul ya!" asa mengingatkan ke yang lain.
"Iya."
Mereka semua melanjutkan makan sebelum pulang ke rumah masing-masing.
••••
Malam nanti, dengan tekad yang kuat, Gara berencana akan ke rumah Sera. Dia berpikir jika harus minta maaf pada gadis itu. Ingin menghubungi Sera terlebih dahulu, tapi dirinya ragu dan takut Sera akan menolak kedatangannya ini.
Menghela napas berat, Gara bergegas pulang ke rumahnya. Hari menjelang sore, sementara yang lain telah pulang sedari tadi, dirinya asyik melamun di perpustakaan seorang diri bersama buku yang menumpuk di hadapannya.
Sudah hampir satu minggu ini, Gara merasa hatinya tidak tenang. Entah hal apa yang akan terjadi ke depannya, dia hanya berharap hidupnya selalu tenang dan bahagia, apalagi jika bersama seseorang yang dia cintai.
Gara selalu berharap Sera masih mau bersamanya, mengingat gadis itu tidak menemui dirinya.
Ia akan menemui Sera dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan tentang Nabila. Berharap Sera tidak berpaling darinya dan masih ingin bersama dirinya.
"Maafkan aku, Sera. Aku hanya lelaki lemah yang bodoh..." gumam Gara menatap langit sore.
••••
Sore ini, Sera sudah bersiap untuk berkumpul bersama gengnya. Ia akan melihat dan mendukung Gara melakukan balapan malam hari nanti.
Lagian, besok hari libur sekolah. Tidak ada yang begitu dipermasalahkan, pikir dirinya.
Bersiap dengan celana jeans dan hoodie hitamnya, Sera turun dari kamar tanpa menyapa sang ayah yang ada di ruang TV rumahnya. Ia tidak mempedulikan itu dan langsung berlalu meninggalkan rumah ke markas gengnya.
Sampai di markas mereka Anna melihat akram, litani serta luna tengah memasak untuk makan sore ini sebelum memulai balapan.
" helo guys... Sibuk banget kayanya... " sera mendekati mereka yang tengah sibuk dengan angga yang terus mengganggu yang lain.
" eh sera ni tolong, akram di usir sana bantuin kaga.. Ngeribetin mulu! " galak luna pada akram yang hanya cengengesan ga merasa bersalah.
"Udah lah akram ayo lihat motor harsa aja" sera menarik angga menjauh dari dapur.
litani dan luna menghela nafas setelah si penganggu pergi dan melanjutkan memasaknya.