NovelToon NovelToon
Istri Pilihan CEO

Istri Pilihan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Icha mawik

Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20

"Kenapa? Apa kau keberatan?" tanya Abizar, ia melihat wajah Fathan seperti keberatan.

"Zakira sedang mempersiapkan untuk meeting siang ini," jawab Fathan dengan lugas.

Ia berusaha menyembunyikan rasa cemburunya dari Nabila dan Sukma. Ia tidak mau, kalau sampai Zakira mendapat hinaan dari wanita tua menyebalkan itu lagi.

Sejujurnya, Fathan muak melihat Sukma yang selalu mengekor pada Nabila, dengan alasan demi keamanan Nabila. Padahal yang sebenarnya, justru Sukma lah yang selama ini seperti memberikan contoh buruk untuk Nabila.

"Sudah, biarkan saja. Toh, si Zakira itu, kan sekretaris di perusahaan ini. Jadi, sudah menjadi tugas dia untuk mengantarkan para tamu untuk berkeliling," sahut Sukma.

Fathan sekilas, melirik tajam ke arah Sukma. Namun ternyata, wanita tua itu seakan tidak peduli.

"Ayo, Nona Zakira!" ajak Abizar.

Zakira tersenyum tipis dan mengangguk pelan. Fathan hanya bisa melihat bayangan Zakira dan Abizar menghilang dari hadapannya.

Sejak hari itu, Abizar sering datang ke perusahaan Fathan dengan alasan mengawasi proyek yang keduanya jalankan.

"Aku perhatikan, kau lebih sering datang ke mari," cetus Fathan.

"Ya, memang!" jawab Abizar cuek.

"Kenapa?" tanya Fathan lagi.

"Aku hanya ingin mengawasi proyek itu, secara langsung," sahut Abizar cuek.

"Kenapa? Apa kau, tidak percaya padaku?" tanya Fathan kesal.

"Tidak, juga! Hanya saja, kali ini aku ingin terjun langsung dan ikut mengamati perkembangannya," jawab Abizar tidak terpengaruh dengan kekesalan Fathan.

Keduanya terdiam sejenak, Abizar kembali bertanya beberapa hal pada Fathan. Pemuda itu hanya menjawab singkat dan sekenanya. Tanpa sengaja, Abizar menangkap ke arah mana mata lawan bicaranya terarah.

Abizar menatap lurus ke arah tatapan Fathan. Ia sedang memperhatikan satu sosok manis yang duduk dibelakang meja dengan layar komputer yang menyala. Tanpa Fathan sadari, Abizar memperhatikannya ketika menarik senyum tipis di sudut bibirnya.

Sepanjang perjalanan ia mengenal sosok Fathan. Baru kali ini, Abizar melihat senyum tipis terkembang di wajah pria kaku itu. Abizar sendiri pun, sebenarnya sangat penasaran pada sosok Zakira.

Sejak pertemuan beberapa kali yang begitu singkat, Zakira telah menempati ruang tersendiri di hati Abizar. Meskipun, Abizar tahu kalau saat ini perempuannya sudah memiliki seseorang di sisinya. Namun, tak menyurutkan keinginan Abizar untuk mengenal lebih dekat pada perempuan berhidung bangir itu.

"Jaga pandanganmu!" tegur Fathan pada Abizar.

Pemuda itu hanya menyengir, sembari menggaruk kepalanya.

Namun, mata Fathan juga fokus pada sosok itu. Saat Fathan larut dalam lamunannya menatap gadis impiannya.

"Kau yang seharusnya menjaga pandanganmu. Ingat, kau sudah memiliki calon istri," tegur Abizar.

Fathan terkesiap, rahangnya mengeras mendengar teguran Abizar. Ia menoleh dan menatap tajam pada lawan bicaranya itu.

"Kenapa? Apa ada yang salah? Apa yang aku katakan benar, kan?" lanjut Abizar memberondongi Fathan dengan berbagai pertanyaan.

"Jangan pernah ikut campur, ini bukan ranah mu," sahut Fathan.

Abizar kembali tersenyum, sembari menggeleng. Kedua melanjutkan langkah.

"Aku bukannya ingin ikut campur. Hanya saja, aku ingin sedikit mengingatkan akan status mu saat ini," kata Abizar dengan santai.

Fathan masih menatap tajam ke arah rekan bisnisnya itu.

"Jangan menatapku seperti itu, bukannya takut. Aku malah geli." Abizar terkekeh, melihat sikap Fathan yang kesal.

Fathan masih kesal dengan sikap Abizar, ia hanya bisa menahan semuanya.

****

Kanayah dan Nathan sedang bersiap untuk menghadiri ulang tahun hotel milik mendiang Umminya.

"Sudah siap, Sayang?" tanya Nathan, menghampiri sang istri.

"Sedikit lagi!" jawab Kanayah yang merapikan jilbabnya.

Nathan mendekat dan menatap wajah sang istri dari dalam cermin.

"Kenapa?" tanya Kanayah dengan gata ketusnya.

Bukannya marah, Nathan malah tersenyum dan berdiri semakin dekat.

"Akhir-akhir ini, aku perhatikan kamu lebih sering marah-marah. Kenapa? Apa tensi kamu tinggi lagi?" ucap Nathan memeluk sang istri.

"Gimana gak marah, terlalu banyak yang membuat aku kepikiran. Belom di butik, di pabrik, pulang ke rumah berharap bisa menenangkan pikiran. Malah, makin jadi melihat kelakuan penghuninya," cecar Kanayah.

Nathan tahu, siapa yang di maksud sang istri. Namun, mau bagaimana lagi? Ia juga terkadang serba salah, menghadapi sikap Tante Sukma.

Pernah sekali, Nathan berinisiatif meminta wanita itu untuk pulang ke rumah anaknya. Nathan bahkan, menyiapkan tiket pesawat dan akan memberikan sejumlah uang untuk modal usaha dan itu bakal menjadi penyambung hidupnya.

Namun, Sukma menolak dengan keras. Ia tidak mau tinggal bersama anaknya dengan alasan menantunya tidak menyukai kehadiran Sukma. Bagi Nathan, mungkin ada alasan, mengapa menantunya tidak menyukai Sukma.

Setelah tinggal bersama Nathan di rumah ini, barulah Nathan tahu penyebab menantu Sukma tidak menyukainya.

"Sebaiknya, jangan dipikirkan lagi, ya? Aku gak mau, kalau kamu sampai sakit," bujuk Nathan.

Kanayah hanya menarik napas kasar. Nathan tersenyum dan memeluk erat sang istri. Wanita yang menjalani hidup dengannya, menemani di saat tersulit sekalipun. Kanayah adalah istri pilihan dari kedua orangtuanya. Meski, semula Nathan menolak keras, lantaran usia Kanayah yang terpaut jauh darinya.

Namun, semakin ke sini, Nathan semakin yakin dengan pilihan kedua orangtuanya itu. Kanayah adalah sosok yang akan selalu ada untuk Nathan. Dengan sikap keras kepalanya, mampu menjadikan Nathan lebih baik dari sebelumnya.

"Kalian mau ke mana?" tanya Sukma, saat Kanayah dan Nathan turun dari kamar mereka di lantai atas.

"Kami, akan menghadiri acara ulang tahun hotel milik mendiang Ummi, Tante," jawab Nathan.

"Kok, gak ngasi tau," ucap Sukma.

"Ngapain ngasi tau, Tante?" dambung Kanayah dengan nada ketusnya.

"Lho, Tante mau ikut lah!" Sukma segera beranjak dari duduknya.

"Tante mau kemana?" tanya Nathan.

"Ke kamar, ganti baju dan dandan," jawab Sukma.

"Udah, kali ini Tante jangan ikut aja," timpal Kanayah.

Sukma menghentikan langkahnya dan menatap Kanayah heran.

Kanayah membalas tatapan Sukma dengan tajam.

"Kamu... ngelarang Tante, ikut Nay?" tanya Sukma.

Kanayah mengangguk tegas.

"Nathan...!" Sukma merujuk ke arah keponakannya itu.

"Kanayah ada benarnya, Tante. Mungkin, lebih baik, kali ini Tante tetap di rumah," ucap Nathan santai, namun terdengar tegas.

Sukma melengos lesu, ia kembali duduk dengan tatapan tajam ke arah Kanayah. Bukannya takut, Kanayah malah memutar bola matanya malas dan tersenyum sinis.

"Sudah siap, Sayang?" tanya Nathan.

Kanayah mengangguk pelan dan tersenyum. Senyum penuh kemenangan, setelah menghentikan pergerakan Sukma.

"Jangan lupa, kalau pulang bawa oleh-oleh," celetuk Sukma.

"Tante, pikir kami mau pergi kencan?" sahut Kanayah.

"Apa salahnya, sih? Kalian bungkuskan makanan yang ada di sana untuk dibawa pulang," kata Sukma kesal.

"Kayak gak ada kerjaannya, pakai bungkus makanan segala. Kan, Tante bisa minta buatin sama pelayan di sini, kalau mau makan sesuatu," timpal Kanayah lagi.

"Bedalah, itu makanan rumahan. Ini makanan hotel," jawab Sukma tidak mau kalah.

"Mau makanan rumah, hotel. Sama aja, dimakan juga. Bumbunya juga pasti sama, palingan yang masak aja beda. Kalau di hotel yang masak chef, kalau di rumah pelayan. Tapi, sama-sama bisa bikin makanan dan bikin kenyang," beber Kanayah panjang.

Sukma semakin menatap Kanayah tajam. Kanayah tidak mempedulikannya, ia melenggang sembari menggandeng tangan suaminya.

"Aku harus pergi ke sana. Aku ingin bertemu, Mas Kendra. Aku yakin, saat ini dia pasti ada di sana untuk memberikan kata sambutan. Aku harus menarik perhatiannya dan menjadikannya suamiku. Aku harus bisa menggantikan posisi istri kampungannya itu," gumam Sukma.

Jangan lupa tinggalin jejak, ya Bom lima bintang dan vote sebanyak banyaknya. Terimakasih

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!