Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Alina mematut dirinya dalam cermin, malam ini ia akan bertemu teman SMA nya setelah puluhan tahun tidak bersua.
“Assalamu'alaikum! Alina kamu sudah siap?” Teriak Nadia dari luar.
“Sudah Nad,” balas Alina.
Nadia lalu menghampiri Alina yang sedang berada di dalam kamar. “Astaga! Al, lo cantik banget,” puji Nadia dengan mata terbelalak. “Lo kaya gadis SMA tau gak? badan lo tambah langsing makin cantik baju lo oke banget sih, gue bangga sama lo Al, perjuangan diet lo gak sia-sia,” puji Nadia.
“Bisa aja lo Nad,” Alina tersipu malu.
“Udah siap? Yuk kita berangkat gue gak sabar buat ketemu Adam Al, gue penasaran sama mukanya sekarang gimana, apa masih ganteng kaya dulu apa enggak yah,”
“Masih kaya dulu kok,” jawab Alina
“Hah!” Nadia menatap Alina yang berada di sampingnya. “Emangnya lo udah pernah ketemu Adam? Dimana?” Mata Nadia tak berhenti melihat wajah Alina untuk menuntut kejelasan.
“Lihat kedepan Nad, nanti nabrak lagi.”
“Ketemu pas ada event di PT Sentosa dia termasuk tamu disana,” ucapnya.
“Oh hebat juga dia yah, bisa masuk undangan tamu di perusahaan besar kaya gitu. Apa dia pengusaha sukses?”
“Gak tau gue Nad, udah ah gue males bahas dia!” protes Alina.
“Al, gimana kalau lo ketemu Raffa di sana?”
“Biasa aja Nad, gua bukan mau ketemu dia gue mau ketemu temen-teman yang lain,” tegas Alina.
“Oke, kita gak usah bahas dia lagi kita nikmati malam ini dengan senang-senang.”
Setibanya disana orang-orang sedang sibuk bercengkrama, tertawa, dan mengenang masa lalu. Suasana reuni penuh dengan nostalgia, dengan lagu-lagu lama mengalun pelan di latar belakang. Alina dan Nadia melangkah masuk ke dalam ruangan dengan hati yang sedikit berdebar. Ia tak menyangka akan melihat Raffa di acara ini.
Di sudut ruangan, Raffa sedang berbincang dengan beberapa teman lama. Saat matanya tak sengaja bertemu dengan Alina, waktu seolah berhenti. Ada keheningan sejenak di antara mereka, meskipun di sekitar, suara tawa dan obrolan masih riuh.
Alina menarik napas dalam-dalam dan tersenyum kecil, mencoba bersikap santai. Raffa, yang awalnya terkejut, akhirnya membalas senyum itu. Perlahan, ia melangkah mendekat.
"Hai, lama tidak bertemu," ucap Raffa dengan suara tenang, meskipun matanya menyiratkan banyak hal yang belum tersampaikan.
"Ya, sudah cukup lama," jawab Alina sambil menatapnya. Ada begitu banyak yang ingin ia katakan, tapi entah mengapa, kata-kata terasa sulit keluar.
“Al,ayo kesana ada adam ujar Nadia, lalu menarik tangan Alina untuk menjauh dari Raffa.
“Al, ngapain sih lo ngobrol sama dia, inget dia udah punya tunangan sebaiknya lo jangan cari penyakit jauhi orang yang sudah punya pacar lo berhak dapat yang terbaik bukan yang bisanya nyakitin lo.”
“Iya Nad, gue paham.”
“Hai Adam,” sapa Nadia kepada pria jangkung berparas tampan itu.
“Hai, ehm.. Temen Alina, sorry banget gue lupa nama lo.”
“Nadia Dam,” ujar Nadia mengingatkan.
“Oh iya, Nadia. Hallo Al,” ucap Adam menyapa Alina ia terkesima melihat Alina yang begitu cantik malam ini dengan mengenakan gaun mini berbahan chiffon dengan potongan yang simple namun anggun.
“Hai Dam,” balas Alina ia merasa canggung dengan situasi ini. Orang-orang di sekitar tertuju kepada dirinya kecantikan yang dimiliki Alina membuat orang terkesima.
“Al, minum,” tawar Adam ia memberikan orange jus kepada Alina.
“Makasih, Dam,” ucap Alina. Ia lalu meminum minuman yang diberikan Adam. Alina dan Adam lalu terlibat dalam obrolan menarik mereka tertawa dan saling antusias mendengar cerita masing-masing.
Sementara itu di sudut lain Raffa yang melihat hal itu tentu saja tidak senang hatinya seperti terbakar, ia ingin menarik Alina menjauh dari laki-laki itu, tapi apa daya ia tak mampu ia bukan siapa-siapanya Alina ia tidak berhak. Padahal ia datang ke acara ini hanya untuk melihat Alina, tetapi yang ia dapat malah ia harus rela melihat Alina dengan pria lain.
“Dam, sorry gue ke toilet dulu,” izin Alina.
“Oke,” silahkan Alina, jawab Adam.
Alina celingukan mencari Nadia untuk menemaninya ke toilet, tapi tak menemukannya. Akhirnya ia pergi sendiri ke toilet itu.
Setelah selesai dengan urusan toilet, Alina dikejutkan oleh kehadiran sosok pria yang menunggunya di depan toilet.
“Alina,” ucapnya membuat Alina terkejut.
“Astaga,” ucapnya ia lalu membalik badan ke arah sumber suara.
“Raffa, sedang apa kamu di situ?” Tanya Alina heran. “Apa kamu sedang menungguku?” Tanya Alina.
“Iya, betul aku sedang menunggu kamu. Dengar Alina, aku tidak suka melihat kamu dekat dengan pria itu aku marah,” ucapnya kesal.
“Ini bukan urusan kamu,”jawab Alina ia lalu berjalan pergi.
Ia mengejar Alina dan menarik tangan Alina dengan kencang. “Bukankah kamu sudah tahu alasanku melakukan semuanya, tapi kenapa kamu tidak peduli akan posisimu,” Ujar Raffa emosi.
“Itu pilihanmu, kamu harus bertanggung jawab akan pilihanmu, bukan aku yang harus memaklumi mu, apa kamu menyuruh ku untuk jadi orang ketiga begitu maumu atau kamu ingin aku menunggu mu sampai kamu bercerai itu maumu!” Aku bukan wanita yang pantas diperlakukan seperti itu Raffa!” Jawab Alina tegas.
“Tetapi, Al aku mencintai kamu, aku hanya mau kamu.” Pipi Raffa muka basah ia bingung akan nasibnya.
“Sudahlah Raffa sebaiknya kamu Terima takdirmu mungkin kita tidak ditakdirkan bersama,” ujar alinya lalu pergi meninggalkan Raffa.
Raffa hanya bisa pasrah sekali lagi ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa mendapatkan cintanya.
Alina berjalan menuju ke tempat area tadi untuk mencari Nadia. Tapi tak kunjung bertemu.
“Halo Nad, lo dimana?”
“Al, sorry banget Al gue pulang duluan tadi suami gue telepon katanya anak gue demam tadi gue mau bilang sama lo tapi lo lagi asik ngobrol sama Adam gue gak enak ganggu lo. Sorry yah Al.”
“Yah terus gue pulangnya gimana Nad?”
“Lo naik taksi aja atau nggak minta dianterin Adam balik,” saran Nadia.
“Adam? Nggak lah gila yah lo.yaudah gue balik naik taksi aja. Salam buat Puput yah semoga cepat sembuh.”
“Iya Al, makasih, lo hati-hati yah.”
Adam melihat Alina kebingungan, kemudian ia langsung menghampiri Alina.
“Al, mau balik? Gue anterin yah? Tadi gie lihat Nadia balik duluan kayanya ada urusan,” kata Adam.
“Nggak,Dam, makasih gue naik taksi aja takut ngerepotin,” tolak Alina.
“Gak sama sekali kok, tenang aja yuk kita balik.”
“Gak apa-apa,Dam? Ya udah makasih yah Dam.”
“Its oke, Al jangan ngerasa gak enak gitu,” kata Adam. Keduanya lalu menuju parkiran mobil. Lalu Adam membukakan pintu mobilnya untuk Alina, tapi tiba-tiba seorang menghadang Alina masuk ke mobil itu. Membuat Alina dan Adam terkejut.
“Raffa!” ujar Alina dengan mata terbelalak.
Guys, jangan lupa like, subs dan komen yah.. terus share biar author bisa gajian... thank you🥰
atau ajak raffa seklian
tp aku beda sih dah bilang terakhir yo wes mau SMS mau tlp gk ku anggap kl perlu ganti nmer 😅