Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Pipi Alina basah saat membaca surat dari Raffa. Setiap kata yang tertulis di sana menyentuh hatinya, membuatnya perlahan memahami posisi Raffa. Namun, meskipun kini ia mengerti, ia tetap tak bisa berbuat apa-apa. Raffa sudah menjadi milik orang lain, meskipun itu bukan keinginannya. Alina tidak ingin menjadi penghalang dalam kehidupan Raffa tidak ingin menjadi orang ketiga dalam hubungan yang telah ditakdirkan.
Ia menarik napas panjang, mencoba menguatkan diri. Kini, hanya ada satu pilihan fokus pada hidupnya sendiri. Tidak ada gunanya terus berharap pada sesuatu yang sudah terlewat.
Alina lalu merobek surat itu dan memilih mengabaikan nomor telepon yng tercantum di dalam surat itu ia tidak ingin ada hubungan lagi dengan raffa. Biarlah kami menjalani hidup masing-masing pikir Alina.
Trrrt.. Ponsel Alina mendapatkan notifikasi dari nomor yang tidak ia kenal. Ia lalu membuka pesan itu yang berisi undangan reunian dari teman SMA nya dulu.
“Alina, aku harap kamu datang akan menyenangkan jika melihatmu lagi.” Adam.
“Adam? Dari mana dia tahu nomor ponsel ku?” Gumam Alina. ia tidak ingin membalas pesan itu dan lebih memilih mengabaikannya. “Reuni? Aku tidak ada waktu untuk menghadiri hal semacam itu,” gumam Alina lagi.
Ponsel Alina berdering kini giliran Nadia yang menelpon Alina. “Iya Nad,” jawab Alina malas.
“Gimana? Raffa bilang apa?”
“Seperti yang sudah kita duga dia memang dijodohkan,” jawab Alina.
“Sudahlah biarkan saja dia,” ujar Nadia. “Al, o dapet undangan reuni dari Adam?” tanya Nadia semangat.
“Iya, dapet kenapa?”
“Lo bakal dateng kan?”
“Enggak Lah buat apa gue dateng gak guna,” jawab Alina sinis.
“Al, please lo harus dateng kali ini lo tau kenapa? Adam Al Adam master of ganteng di SMA kita. Please dateng yah temenin gue, gue mau lihat Adam lagi setelah puluhan tahun gak ketemu.”
“Lebay lo Nad,”
“Pokoknya gue gak mau tahu lo sama gue harus dateng kesana oke,” pinta Nadia mengakhiri percakapan telepon.
“selalu kaya gitu,” gerutu Alina.
Sementara itu, di tempat lain, Raffa menanti dengan cemas. Berkali-kali ia menatap layar ponselnya. Berharap ada pesan atau panggilan dari Alina. Dalam surat itu, ia telah mencantumkan nomor teleponnya yang baru, memberikan kesempatan bagi Alina untuk menghubunginya. Namun, hingga kini, ponselnya tetap sunyi.
Ia mengecek layar sekali lagi masih tidak ada notifikasi. Waktu terus berjalan, lima jam telah berlalu sejak surat itu sampai ke tangan Alina, tetapi harapan yang ia tunggu tak kunjung datang. Raffa mulai merasa gelisah. Apakah Alina benar-benar tidak mau lagi hadir dalam hidupnya? Apakah surat itu hanya menjadi angin lalu?
Perlahan, hatinya mulai dipenuhi kegelisahan dan penyesalan. Namun, di lubuk hatinya yang terdalam, ia masih menggenggam secercah harapan sekecil apapun itu.
Trrt.. Ponsel Raffa menerima notifikasi ia dengan semangat langsung membuka notif itu, tapi tidak sesuai harapannya bukan Alina yang mengirim chat tapi undangan reuni SMA.
“Gak jelas,” gerutu Raffa kecewa. “Reuni? Mana mungkin aku datang dan menemui orang-orang yang telah membully ku dasar kurang ajar!” Omelnya kesal.
“Hai Beb, sapa seorang wanita yang masuk ke ruangan Raffa tanpa mengetuk pintu.
“Rania, bisa tidak kamu ketuk punya dulu jika masuk ke ruangan orang lain!” Teriak Raffa kesal.
“Orang lain? Aku kan bukan orang lain aku tunanganmu lupa!” Balas Rania santai.
“Rania ayolah kita sama-sama tahu kalau kita sebenarnya tidak saling suka kenapa kamu mau menerima perjodohan yang tidak masuk akal ini!”
“Bukankan posisi kita sama Raffa kamu jangan munafik, kalau kamu saja tidak mampu untuk menolak perjodohan ini apalagi aku! Aku juga tidak bisa melawan kehendak orang tuaku,” jelas Rania. Sudahlah apa salahnya kita Terima saja perjodohan ini bukankah itu lebih baik demi demi kemajuan perusahaan kamu dan aku,” Raffa bergeming mendengar perkataan Rania memang tidak ada yang salah akan kata-katanya tapi hati nya sulit untuk menerima karena wanita yang ia cintai bukan lah Rania melainkan Alina.
“Nanti malam ada acara dinner dengan founder Ala kitaa banyak pengusaha yang akan hadir sebaiknya bersiap,” ucap Rania lalu pergi dari ruangan Raffa.
“Kenapa aku harus melakukan hal-hal yang tidak aku sukai,” gumam Raffa.
Ia narik napas panjang terbayang di benaknya saat dirinya menghabiskan hari di rumah sakit saat itu begitu menyenangkan tidak seperti sekarang ia merasa seperti dipaksa untuk melakukan sesuatu, tetapi seketika ia tersadar jika ia enggan meneruskan perusahaan ini, akan otomatis jatuh ke tangan keluarga Rania selaku pemegang saham kedua terbesar entah bagaimana nasib perusahaan ini jika jatuh kepada manusia tamak itu. Pikirnya.
“Ah, sial,” Raffa meremas rambutnya kasar.
Ponselnya tiba-tiba berdering, nama Rania terlihat di layar ponsel itu
“Apa lagi yang kamu mau Rania,” gerutu Raffa.
“Kenapa?” jawab Raffa malas.
“Aku sudah mengirimkan baju yang harus kamu pakai untuk ke acara dinner nanti malam jangan lupa dipakai,” tegas Rania.
“Iya baik, sudah yah!” Raffa langsung memutuskan sambungan teleponnya.
Acara gala dinner yang di hadiri oleh banyak pengusaha itu berlangsung meriah tetapi, Lagi-lagi di acara yang ramai ini Raffa merasa sepi, banyak pengusaha muda datang untuk menjalin koneksi.
“Senyum!” perintah Rania kepada Raffa. “Jangan perlihatkan wajah muram mu itu disini,” bisik Rania.
Raffa mencoba mengikuti perintah Rania dan coba untuk tersenyum lebar.
“Raffa!” teriak seorang pria sambil melambaikan tangannya. Lalu menghampiri Raffa dan Rania. “Hei, juga rania,” sapa pria itu.
“Adam lo di sini juga?” sahut Rania senang. “Syukur deh jadi gak boring-boring baget acaranya.”
“ngapain dia sok akrab,” gerutu Raffa.
“Eh, Fa lo udah dapet kan undangan reunian angkatan kita?” Tanya Adam.
Raffa hanya mengangguk pelan.
“Lo dateng kan? gue pastiin anak pada datang semua,” ucap Adam
“Semuanya?” tanya Raffa.
“Iya semuanya, “ sahut Adam. “lo harus dateng Fa, Anak-anak pasti pangling liat lo gak ada yang bakal nyangka bocah gemuk itu sekarang jadi keren kaya gini,” ledek Adam.
“Oh iya,” jawab Raffa singkat ia enggan meladeni ledekan Adam.
“Semuanya akan hadir? Apa termasuk Alina,” tanya Raffa pada dirinya.
“Apa aku harus datang ke tempat itu untuk bisa bertemu Alina. Pikiran terus berkecamuk.
jangan lupa like, yah guys, di komen juga dan di subscribe... thank you🥰