NovelToon NovelToon
Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Dulu Guruku, Sekarang Istriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Berondong / Nikahmuda / Cintamanis / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Grace caroline

'GURUKU ISTRIKU, SURGA DUNIAKU, DAN BIDADARI HATIKU.'

***

Dia adalah gurunya, dia adalah muridnya. Sebuah cinta terlarang yang berakar di antara halaman-halaman buku teks dan derap langkah di koridor sekolah. Empat tahun lebih mereka menyembunyikan cinta yang tak seharusnya, berjuang melawan segala rintangan yang ada. Namun, takdir, dengan segala kejutannya, mempertemukan mereka di pelaminan. Apa yang terjadi selanjutnya? Petualangan cinta mereka yang penuh risiko dan janji baru saja dimulai...

--- INI ADALAH SEASON 2 DARI NOVEL GURUKU ADALAH PACARKU ---

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2. Pembukaan Bersama

Di kamar hotel yang remang-remang, Kaesang dan Tyas sudah melakukan pembukaan bersama.

Kaesang sudah mengambil benda berharga milik Tyas dan keduanya terus bermain hingga kini. Keduanya sudah melakukan pele-pasan bersama.

Untuk pertama kalinya Tyas merasakan kenikmatan yang tiada tara. Awalnya memang sakit, tapi lama kelamaan semakin nikmat hingga tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.

"Huhhh...Dear, kamu capek? Kita istirahat dulu ya kalo kamu capek," kata Kaesang. Ia turun dari atas tvbuh Tyas, merebahkan dirinya di sampingnya.

Tyas menarik selimut hingga menutupi mereka berdua. Ia menyamping, memandang Kaesang yang juga menatapnya. Senyumnya merekah. Dengan lembut, ia membelai pipi Kaesang.

"Ini enak banget Yang. Kamu ngerasain...gimana gitu waktu kita bermain tadi?" Tyas bertanya, matanya masih menyala-nyala. Ada semangat yang meluap-luap dalam dirinya, membuat tubuhnya terasa hangat.

Kaesang tersenyum manis, tapi ada kilauan nakal di matanya. Ia pun juga merasa hal yang sama. Ini adalah yang pertama kalinya baginya.

"Enak Dear. Enak banget. Ehm, kamu...masih capek nggak? Aku pengen lagi nih, kita main lagi yukk," ajak Kaesang. Tangannya yang ada di balik selimut perlahan merayap ke pinggang Tyas, terus naik dan mengusap-usap punggung Tyas.

Sentvhan Kaesang di punggungnya membuat Tyas geli. Secepat kilat, ia menyambar bibir Kaesang. Kaesang terkejut sebentar, tapi langsung membalasnya. Ciu-man mereka semakin dalam dan penuh gai-rah.

Tyas tidak lagi berbaring di samping Kaesang, tapi mena-iki tubuhnya.

"Eugh," Kaesang men-de-sah pelan, tangannya masih di kepala Tyas, memperdalam ciu-man mereka.

Srekk...

A-hh...

Setelah beberapa saat bercivman, Tyas dan Kaesang melepaskan bi-bir mereka. Tyas menatap Kaesang lekat-lekat, tanpa sepatah kata pun.

Dengan perlahan, ia menegakkan tubuh, sedikit menjauh dari Kaesang. Tatapannya kemudian turun ke arah milik Kaesang yang terpampang di hadapannya.

Besar dan pan-jang. Ia tak pernah menduga jika mil-ik Kaesang akan sejumbo itu.

Tyas kembali menatap Kaesang, lalu Kaesang mengangguk perlahan. Membiarkan Tyas yang memimpin permainan kali ini.

"Aku mulai ya Yang? Aku udah nggak tahan. Panas banget badanku. Langsung aku masukin ya," ucap Tyas. Di mata Kaesang Tyas sangatlah lucu, dia meminta izin dulu. Padahal langsung di masukkan juga Kaesang tidak akan marah.

Kaesang mengangguk lagi, senyumnya merekah. "langsung aja Dear. Kamu yang mimpin permainan kali ini," katanya.

Tatapan Tyas lalu turun tertuju pada mil-ik Kaesang yang kini sudah berdiri tegak. Dengan sedikit ragu ia meraih benda itu, memegangnya. Rasanya panas, lalu ia mengarahkan benda itu ke miliknya sendiri.

Dengan perlahan ia masukkan benda itu ke lvbang miliknya yang kini sudah sangat licin. Tidak lagi mampet seperti tadi.

"A-hh," de-sah Tyas. Setelah milik Kaesang sudah terbenam sepenuhnya di dalam lubang miliknya, ia pun segera menaik luncurkan tubuhnya.

Perlahan lahan, lalu semakin cepat.

Desa-han keduanya beradu di dalam kamar hotel itu.

"Cepet Dear, a-hh," de-sah Kaesang. Tangannya yang satu melingkar di pinggang Tyas yang terus bergerak na-ik turun, sementara tangannya yang lain dengan lincah mere-mas gunvng Fuji milik Tyas.

"A-hh, Dear, gunung Fuji mu ini kenapa.. kenyal banget ya...bikin aku gemesss," Kaesang semakin brutal mere-mas gvnung Fuji milik Tyas, membuat Tyas tidak hentinya men-de-sah.

"A-hh, Yangg. Akuu.. mau keluarrr," Tyas merasakan cairan hangat miliknya akan keluar untuk yang kedua kalinya dan itu selalu dirinya yang duluan. Kaesang selalu lama, baru setelah beberapa saat permainan Kaesang mengeluarkan cairannya.

Tahan lama banget ya? Kuat banget? Heran Tyas.

"Keluarin Dearr, keluarin. Aku bentar lagii," de-sah Kaesang, matanya terpejam menikmati permainan Tyas yang semakin li-ar.

Cairan miliknya sudah kembali keluar, memenuhi lvbang miliknya dan meluber kelvar ke kasur.

Tyas merasa lelah setelah cairan miliknya keluar. Ia merebahkan tubuhnya di atas dada bidang Kaesang, tanpa melepas milik Kaesang dari lubangnya.

Kedua benda basah itu masih menancap, erat dan...

"Kamu capek Dear? Tadi kamu semangat banget mainnya, sampe kamu udah keluar dua kali aku belum. Kamu yang di ba-wah ya sekarang. Biar aku yang mimpin permainan," bisik Kaesang, jari-jarinya menyentuh rambut Tyas dengan lembut, senyum nakalnya tak pernah hilang.

Tyas lalu menegakkan tubuhnya, ia lepaskan mil-ik Kaesang yang menancap di lvbangnya, lalu berbaring di sampingnya. Kaesang segera bangkit, mendekati Tyas.

Ia na-iki tubuh Tyas, tanpa menunggu lama segera ia jebloskan saja mili-knya ke gawang Tyas yang sudah memanggil-manggil di bawah sana.

Bless!!

Dalam sekali hentakan miliknya sudah terbenam sepenuhnya ke gawang Tyas, sampai ke titik yang terdalam.

"A-hhhh Yanggg," de-sah Tyas. Ia merasakan miliknya penuh, sangat hangat.

Lalu Kaesang mulai menaik luncurkan tubuhnya dengan cepat. Ia ingin segera mengeluarkan cairannya dan istirahat.

Sekarang sudah lebih dari jam sepuluh malam dan keduanya masih semangat untuk bermain. Sebenarnya dari tadi Tyas sudah merasa lelah dan ingin istirahat, tapi Kaesang yang kecanduan terus memaksa.

A-hh

A-hh

Setelah beberapa menit menaik luncurkan tubuhnya, Kaesang mengeluarkan cairan miliknya di dalam gawang Tyas. Ia tarik keluar mili-knya yang basah, lalu sedikit mencodongkan tubuhnya ke nakas, mengambil satu gepok tisu yang tergeletak di atasnya.

Ia membersihkan mil-iknya dan Tyas, lalu menaruh tisu kotor itu di bawah ranjang.

"Dear, kamu mau langsung tidur atau mandi dulu? Badan kamu lengket nggak?" tanya Kaesang.

Tyas awalnya memejamkan mata rapat-rapat, napasnya memburu. Lalu, ia membuka mata, menatap Kaesang.

"Lengket sih, tapi aku males mandi Yang. Gimana kalo kita langsung tidur aja, mandinya besok. Lagian ini udah malem banget, pasti dingin udaranya," kata Tyas menolak.

Ya, udara sekarang memang cukup dingin, meskipun mereka tidak menyalakan AC di kamar hotel mereka.

Kaesang mengangguk, lalu membaringkan diri di samping Tyas. Ia menarik selimut hingga menutupi tubuh mereka berdua, kehangatan langsung terasa. Dengan lembut, ia memiringkan tubuhnya, menatap Tyas yang juga sedang menatapnya. Dekat dan hangat, tangan mereka bertautan, saling memeluk erat sebelum akhirnya tertidur lelap.

**********

Keesokan harinya, Tyas bangun lebih dulu. Tubuhnya terasa berat karena Kaesang masih memeluknya erat. Ia pelan-pelan melepaskan tangan Kaesang, menyingkap selimut, dan turun dari ranjang. Niatnya mau ke kamar mandi, tapi kakinya terasa lemas. Ada rasa ngilu di bagian baw-ah tubuhnya.

"Auuu, ssshhh!" Tyas meringis menahan sakit, lalu berjalan tertatih-tatih ke kamar mandi. Air hangat shower membasuh tubuhnya, sedikit meredakan perih.

Kaesang membuka mata, mendapati tempat tidur kosong di sampingnya. Tyas sudah pergi.

"Dear, kamu di mana?" tanya Kaesang, sedikit panik.

Dari balik pintu kamar mandi, Tyas menjawab, "Lagi mandi, Yang!" tanpa membuka pintu.

Seulas senyum jahil mengembang di bibir Kaesang. Dengan langkah santai, ia turun dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi. Setelah sampai di depan pintu, ia mengetuknya dengan lembut.

"Dear, buka dong. Ma-ndi bareng, yuk? Gerah banget nih," ajaknya dengan nada manja.

Di dalam, Tyas tersentak. Ajakan Kaesang membuatnya sedikit terkejut. Pipinya bersemu merah, senyum tipis mengembang di bibirnya. Pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan Kaesang yang tersenyum hangat. Tanpa ragu, Kaesang masuk dan menutup pintu di belakangnya.

Kaesang menoleh. Tyas masih berdiri di sana, menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Senyum Kaesang melebar dan…

Tok...X3

"Kae, Yas, kalian nggak mau sarapan bareng? Papa sama mama mau sarapan nih di luar. Yuk kita sarapan bareng. Tyas, Kaesang." Dari luar kamar hotel Tyas dan Kaesang, Zora terus mengetuk pintu dan memanggil-manggil nama mereka.

Niatnya ia ingin mengajak mereka sarapan bersama, tapi dari tadi ia mengetuk dan memanggil tidak ada satupun sahutan dari dalam.

Zora mendengus, lalu menggeleng. "Haduh, dasar pengantin baru. Ini mereka pasti lagi tidur nih. Semalam mereka pasti udah buka-bukaan dan bermain sampai pagi. Hmm, sarapan dulu aja lah. Nanti biar mereka nyusul."

Zora lalu pergi dari sana, menyusul suaminya dan adik Kaesang, Lingga yang sekarang ada di lantai bawah hotel, menunggunya.

*********

Kaesang merangkul Tyas, tangannya hangat di pinggangnya. Air hangat membasahi tvbuh mereka berdua, membilas sisa-sisa gai-rah semalam. "Aku cinta banget sama kamu, Dear," bisik Kaesang di telinga Tyas, membuat Tyas merinding.

"Aku juga cinta sama kamu, Yang," jawab Tyas, suaranya sedikit bergetar. Ia balas memeluk Kaesang erat-erat. Ciu-man mereka kembali terjadi, kali ini lebih lembut, lebih penuh kasih sayang. Aroma sabun dan aroma tvbuh mereka bercampur, menciptakan aroma yang hanya mereka berdua yang tahu.

Selesai mandi dan berganti baju, Tyas dan Kaesang keluar dari kamar mandi. Tyas menyempatkan diri berias wajah tipis-tipis, menggunakan makeup yang sudah disiapkan Mama Zora.

Sementara itu, Kaesang membuka ponselnya dan mendapati pesan dari mamanya yang berisi alamat restoran dan ajakan untuk segera menyusul. Ia membalas pesan tersebut. Mereka kemudian turun ke lobi hotel dan menemukan mobil yang sudah disiapkan.

"Yuk," ajak Kaesang, membuka pintu mobil untuk Tyas. Tyas masuk, lalu Kaesang menyusul dan duduk di sampingnya. Perjalanan menuju restoran berlangsung lancar.

Mereka mengobrol ringan, membahas rencana honeymoon mereka selanjutnya, dan hal-hal sepele lainnya. Suasana di dalam mobil terasa nyaman dan tenang.

Sesampainya di restoran, keluarga mereka sudah menunggu. Zora tersenyum jahil melihat mereka datang.

"Lama banget sih kalian," kata Zora, "Kita udah nungguin dari tadi. Ayo sarapan!"

Kaesang dan Tyas tertawa, saling berpandangan. Mereka bergandengan tangan, bergabung dengan keluarga yang lain untuk sarapan.

Bersambung ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!