[UPDATE 2 - 3 CHP PERHARI]
"Hei, Liang Fei! Apa kau bisa melihat keindahan langit hari ini?"
"Lihat! Jenius kita kini tak bisa membedakan arah utara dan selatan!"
Kira kira seperti itulah ejekan yang didapat oleh Liang Fei. Dulunya, dia dikenal sebagai seorang jenius bela diri, semua orang mengaguminya karena kemampuan nya yang hebat.
Namun, semua berubah ketika sebuah kecelakaan misterius membuat matanya buta. Ia diejek, dihina, dan dirundung karena kebutaanya.
Hingga tiba saatnya ia mendapat sebuah warisan dari Dewa Naga. Konon katanya, Dewa Naga tidak memiliki penglihatan layaknya makhluk lainnya. Dunia yang dilihat oleh Dewa Naga sangat berbeda, ia bisa melihat unsur-unsur yang membentuk alam semesta serta energi Qi yang tersebar di udara.
Dengan kemampuan barunya, si jenius buta Liang Fei akan menapak puncak kultivasi tertinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SuciptaYasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13 Di Balik Pertandingan: Mei Lin dan Permainan Cinta yang Berbahaya
Long Yuan merasa tidak nyaman berdiri di samping Mei Lin, yang terus berbicara dengan nada tenang, namun penuh maksud tersembunyi.
Meski dia adalah sepupunya, Long Yuan tahu setiap perkataan dari bibir Mei Lin harus didengarkan dengan hati-hati.
Di balik suaranya yang lembut, selalu tersimpan ancaman yang tidak terucapkan.
"Mei Lin," Long Yuan berkata hati-hati, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Aku datang kesini hanya ingin memperingatimu agar tidak membuat masalah selama pertandingan seni bela diri. Aku tahu kau punya dendam terhadap Seo Yun, tapi dia akan menjadi tunanganku."
Mei Lin tersenyum samar, namun matanya tidak menampakkan kebahagiaan. "Tentu saja, aku hanya akan duduk manis sambil menonton pertandingan. Kau bisa percaya padaku."
Long Yuan menatap mata Mei Lin. Ia tidak bisa membaca setiap pergerakan gadis itu, seolah dia memang dilahirkan sebagai seorang perencana yang licik.
Long Yuan mulai mengingat kejadian lalu, ketika Liang Fei mengamuk dalam pertandingan bela diri dan melukai banyak orang—hanya dia yang tahu jika Mei Lin adalah dalang di balik kejadian itu.
Long Yuan menggelengkan kepala, merasa menghabiskan terlalu banyak waktu dengan gadis itu akan berbahaya.
"Pastikan kau tahu batas, Mei Lin. Kita tidak bisa membiarkan ambisi pribadi merusak stabilitas sekte."
Mei Lin tertawa kecil. "Tenang saja, sepupuku. Semuanya akan berjalan baik. Aku hanya perlu memainkan peranku dengan baik."
Long Yuan hanya menghela napas. Dia tahu, berbicara lebih jauh dengan Mei Lin hanya akan membuatnya semakin terjebak dalam jaring rumit yang ditenun oleh saudarinya itu.
Menghindari percakapan lebih panjang, dia memilih untuk pergi bersiap menghadapi pertandingan.
Setelah Long Yuan pergi, Mei Lin kembali menatap langit malam, memikirkan langkahnya selanjutnya.
Dalam hatinya, dia tahu bahwa Liang Fei akan kembali muncul. Dia selalu tahu bagaimana mengendalikan situasi di sekelilingnya, dan tidak ada yang bisa merusak rencananya.
Pertandingan yang dinantikan akhirnya tiba. Para penonton memenuhi arena bela diri di tengah sekte, menunggu dengan antusias untuk menyaksikan aksi yang akan terjadi.
Patriak Long Ye hadir bersama penonton dengan kehadiran megahnya, duduk di kursi kehormatan, menunjukkan betapa pentingnya acara ini bagi hubungan antara sekte dan kekaisaran.
Sebelum pertandingan dimulai, Patriak Long Ye memberikan pidato singkat. Patriak Long Ye berdiri dengan wibawa dan karisma, membungkam segala suara di arena.
Sorot mata hadirin tertuju padanya, menunggu kata-kata bijaknya yang akan membuka pertandingan penting ini.
"Hari ini, kita berkumpul bukan hanya untuk menyaksikan pertunjukan kekuatan semata, tapi juga untuk memperkuat pemahaman dan persaudaraan di antara kita. Pertandingan ini bukan ajang untuk menunjukkan siapa yang paling kuat, melainkan siapa yang memiliki jiwa paling teguh."
Kata-katanya menggema dalam keheningan yang khidmat, menciptakan rasa hormat di antara mereka yang hadir.
Dia melanjutkan dengan nada lembut namun tegas, "Mari kita sambut pertandingan ini dengan semangat tinggi, namun tetap menjunjung kehormatan dan persatuan."
Setelah pidato yang menggugah semangat itu, pertandingan pertama dimulai.
Pertandingan pertama disebut juga sebagai pertandingan penyisihan, dengan enam pasang murid terbaik, termasuk Long Yuan, bertarung di atas arena besar secara bersamaan.
Beberapa murid tampak mendominasi pertandingan, seperti Long Yuan, Liu Bei, dan seorang murid berbadan besar bernama Bao Gu.
Bukan berarti murid lain lemah, hanya saja mereka bertiga menyandang gelar murid jenius.
"Tuan Muda Liu Bei, semangat!"
"Kalahkan mereka, Tuan Muda Long Yuan!"
"Bao Gu, aku akan mentraktirmu jika kau menang!"
Para penonton bersorak penuh semangat, memberikan dukungan kepada para peserta, seiring jalannya pertandingan yang semakin intens.
Di antara penonton, Seo Yun duduk tenang, memperhatikan jalannya pertandingan dengan santai namun tetap fokus.
Babak penyisihan tidak berlangsung lama ketika Long Yuan, Liu Bei, Bao Gu, dan tiga lainnya mengalahkan lawan mereka.
Patriak Long Ye merasa senang melihat murid-murid sekte yang berkembang pesat, terutama Long Yuan dan Liu Bei.
'Long Yuan tampaknya telah menerobos Penyempurnaan Qi tingkat 5, sedangkan Liu Bei baru di Penyempurnaan Qi tingkat 4. Mereka memang pantas disebut jenius kultivasi.'
Dalam antusiasme memuncak, pertandingan kedua dimulai dengan suasana lebih tegang. Sorak-sorai penonton mengiringi setiap langkah dan serangan peserta yang bertarung dengan segenap kemampuan mereka.
Pertandingan dimulai dengan Long Yuan, Liu Bei, dan Bao Gu melawan tiga peserta lainnya.
Long Yuan, dengan keterampilan bela diri yang telah diasah dan tekad kuat, menunjukkan bakat mengesankan. Ia mengatasi lawannya dengan cekatan, menggabungkan ketangkasan dan kekuatan dalam serangan terkoordinasi.
Di sisi lain, Liu Bei menunjukkan kecerdasannya dalam bertempur. Dia tidak hanya mengandalkan kekuatan tetapi juga strategi cermat, memanfaatkan setiap kesempatan menggoyahkan konsentrasi lawan.
Bao Gu mengejutkan semua orang dengan perpaduan teknik bertahan dan serangan balik sempurna, meski tampak lebih mengandalkan kekuatan fisiknya. Ia juga menunjukkan refleks tajam saat menghadapi serangan tak terduga.
Ketiganya menjadi pusat perhatian pertandingan, penonton terpukau akan kualitas yang mereka tunjukkan.
Babak kedua berakhir dengan Long Yuan, Liu Bei, dan Bao Gu melaju ke tahap akhir. Penonton bersorak lebih keras, ada energi di antara mereka yang terasa menular.
"Bukankah mereka semua hebat?" Suara seorang gadis membuyarkan lamunan Seo Yun di tengah sorak sorai penonton.
'Dia gadis yang bersama Liang Fei waktu itu,' pikir Seo Yun.
Mei Lin, dengan senyum manis dan sikap anggun, meminta izin untuk duduk di samping Seo Yun yang hanya mengangguk menanggapi.
"Seperti rumor, Sekte Naga Putih dipenuhi murid-murid jenius," puji Seo Yun, tulus.
"Dulu ada yang lebih jenius dari mereka. Namun, sebuah kecelakaan membuatnya cacat dan diasingkan dari sekte."
Seo Yun tahu siapa yang dibicarakan Mei Lin. "Apakah dia memang seberbakat itu?"
Mei Lin melihat ke arah arena dengan tatapan sulit ditebak, meski ada senyum manis di wajahnya. Namun, ada sesuatu yang sulit dijelaskan: senyum bahagia atau tipu muslihat.
"Benar, dia sangat berbakat. Namun, nasib kadang tidak berpihak pada yang berbakat, bukan?"
Mendengar itu, Seo Yun semakin tertarik. "Tidakkah ada upaya untuk memulihkan keadaannya?" tanyanya dengan hati-hati.
Senyum Mei Lin sedikit memudar, tapi tetap anggun. "Mungkin ada, mungkin tidak. Kadang, jalan bangkit berbeda dari harapan sekitar kita. Namun, itulah menariknya kehidupan, selalu penuh kejutan."
Seo Yun merenung, mempertimbangkan kata-kata Mei Lin.
Sementara itu, pertandingan berikutnya sudah dimulai, menarik kembali perhatian penonton pada aksi mendebarkan di depan mereka.
Di tengah suasana gemuruh penonton, lawan pertandingan sudah ditentukan. Liu Bei akan melawan Bao Gu terlebih dahulu, dan pemenangnya akan menghadapi Long Yuan.
Mengingat tujuan pertandingan tersebut hanya untuk menunjukkan kekuatan Long Yuan, jadi tentu semuanya sudah diatur sedemikian rupa.