Salahkah jika aku penasaran dengan yang namanya cinta dan kasih sayang? Salahkah jika aku sangat haus akan dua rasa itu? Sebenarnya, apa itu kasih sayang? Apa itu cinta?
Disinilah aku, tinggal sebagai seorang keponakan, sepupu, serta orang asing dalam keluarga paman yang sangat membenci kehadiranku. Berbagai cacian, siksaan, serta hinaan, semuanya aku terima. Sampai dimana... dia datang. Tiba-tiba saja, tangannya terulur, membawaku entah kemana dengan kata-katanya yang begitu hangat namun menakutkan.
"Jika kamu sangat ingin merasakan cinta dan kasih sayang, mari kita buat bersama. Mulai sekarang, sampai selamanya... akulah tempatmu untuk pulang."- Adam.
"Jika Anda benar-benar rumah saya, izinkan saya untuk selalu pulang dalam dekapan Anda. Saya mohon, jadilah rumah untuk tempat saya pulang, Tuan Adam."- Ayna.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wawawiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Dihukum
**
"Hendry!"
Siapakah tamu gerangan yang datang mengunjungi rumah mewah itu? Ternyata dia adalah Hendry Ananta Dirawan, kakak kelas Alea dan juga calon tunangan Alea.
Alea begitu bahagia ketika calon tunangannya datang, sampai ia memeluknya dengan erat.
"I Miss you so much! Kapan balik dari Inggris?" tanya Alea yang masih bergembira.
"Hahaha, serindu itukah kepadaku? Aku baru kemarin balik dari Inggris. Maaf ya ngga mampir ke ulang tahunmu, aku tiba-tiba mengalami flu." jawab Hendry.
"Flu? Are you okay now?" dengan rasa khawatir yang dibuat-buat, Alea memutari tubuh tinggi Hendry.
"Okay, semuanya okay. Lagian, aku kesini cuma buat mengantar hadiahmu, sekalian aku mau menemui om dan Tante. Oh ya, om dan Tante ada di rumah kan?"
"Hendry."
Robi dan Yuliana muncul dari tangga. Senyuman mereka berdua begitu ramah, seakan-akan sangat menyambut kedatangan pria muda itu.
"Om Robi, Tante Yuliana. Selamat siang." sapa Hendry.
"Selamat siang." balas dua orang paruh baya itu.
"Tumben kamu sendirian datangnya, kamu ngga datang bersama kedua orang tuamu?" tanya Yuliana.
"Ngga Tante. Mereka berdua masih belum sampai, mungkin nanti malam baru sampai rumah." jawab Hendry.
"Oooo, eh iya. Tante baru denger kalau kamu kena flu. Ayo duduk dulu, kasihan nanti kepalamu sakit. Alea, kamu ini gimana sih? Calon tunangan sakit begini, harus dilayani. Gimana kalau nanti waktu menikah?"
"Ihhhh mama! Apa sih? Masih calon kok, belum tunangan juga..." Alea menyembunyikan wajahnya di balik punggung ayahnya, ia begitu malu mendengar ucapan ibunya itu.
Tetapi, tidak memungkinkan juga kalau ia tidak bahagia. Ia sangat bahagia. Akhirnya, pangeran yang sangat ia impikan akan datang menjemputnya, dan itu adalah calon tunangannya sendiri.
"Hahaha! Ya sudah, kalian berdua sana duduk dulu ya. Om sama Tante mau ke belakang. Na, ayo." Robi menarik tangan istrinya untuk mengikuti ke belakang, dan Yuliana menurutinya.
"Kayaknya, Tante sama Om lagi sibuk ya hehehe."
"A-Ahahaha, I-Iya..."
Suasana mendadak hening, dan beberapa detik kemudian Hendry angkat bicara.
"Alea, aku... Mau ngomong sesuatu ke kamu."
"M-Mau ngomong apa?" jujur, saat Alea melihat tatapan Robi yang mulai serius, jantung Alea berdetak kencang tak karuan.
"Kamu... Jangan kaget ya. Tapi aku yakin, kamu pasti akan senang dengan apa yang mau aku katakan ini."
"Iya iya..."
Hendry menarik nafas dalam-dalam, lalu ia menatap lurus Alea.
"Daripada bertunangan, kenapa kita ngga langsung menikah saja?"
"Eh?"
"EEEHHHHHH?"
***
BRUK
"AAKKHHH."
"ABANG!"
"KAKEK!"
Di gerbang belakang, secara tidak hormat dan sangat kasar pula, para pengawal rumah itu mendorong tubuh ringkih Chairul sampai terjatuh. Dirinya juga Tiana akan diusir dari rumah itu.
"Pergi kalian berdua dari sini! Dan jangan pernah menampakkan diri lagi dari penglihatanku"! Robi meneriaki dua pasangan tua itu untuk segera pergi dari sana, ia benar-benar muak!
"T-Tuan, jangan begini. S-Saya dan istri ngga mengambil perhiasan Nyonya. Demi Allah, kami ngga melakukan itu..." lirih Chairul sembari menangis.
"Paman... Bibi... Kakek dan nenek ngga melakukan itu... Tolong percayalah... Mereka adalah orang jujur..." Ayna memohon kepada paman bibinya untuk mengampuni serta meminta kepada mereka untuk melepaskan dua pasangan itu.
"Halah! Kamu itu sama saja! Tahu diri harusnya. Sudah cacat, ngga sopan, membela pelaku pula. Harusnya kamu berterimakasih suda hidup enak disini! Bersihkan rumah kek apa kek, malah leha-leha goyangkan kaki." Yuliana menoyor kepala Ayna, menuduh gadis muda itu tidak melakukan perintah apapun di rumah itu.
"Bibi. Kakek dan nenek ngga melakukan itu..."
"Paman. Saya mohon... Tolong percaya-..."
PLAK
Tamparan keras melayang di pipi kanannya, sampai membuat Ayna terdiam. Robi, telah menampar Ayna.
"Ayna! Kenapa Anda melakukan itu?!" Chairul tidak terima, ia yang sudah menganggap Ayna sebagai cucunya, tidak terima jika Ayna dibegitukan.
"Ternyata, kamu itu sama bodohnya dengan adikku itu. Ngga ayah ngga anak sama saja! HARUSNYA AKU MEMBIARKANMU MATI DI JALANAN SAJA! DASAR CACAT! ANAK NGGA TAHU DIRI!"
"KALIAN! KURUNG AYNA DAN JANGAN BERI DIA MAKAN! BIAR SAJA DIA MATI KELAPARAN!"
"DAN KALIAN! KELUAR SEKARANG!"
Tubuh mungil nan kurus Ayna diseret bagaikan binatang. Teriakannya yang parau serta tangannya merentang berusaha menggapai Chairul dan Tiana, seakan tak membuat Robi, Yuliana ataupun beberapa penjaga itu sakit telinga.
"Ayna! Aynaaaa!"
"Kakeeekkk! Neneeeekkk!"
***
"Hiks hiks.... Huhuhu... Kakek... Nenek..."
Atas perintah sang tuan besar, Ayna dikurung di sebuah gudang kosong yang minim pencahayaan.
Semuanya serba tertutup, ia benar-benar kehilangan dua jiwanya sekarang.
Ia mengingat kebersamaannya bersama Chairul dan Tiana, saat ia baru bertemu dengan mereka di usia 12 tahun. sekian lama setelah kehilangan kedua orang tuanya, akhirnya ada orang yang sangat mencintainya, bahkan rasa hangat serta kenyamanannya senyaman kedua orang tuanya.
Rasa itu... adalah rasa yang sudah lama terpendam dan Ayna menemukan kembali di dalam Chairul dan Tiana. Bahkan, mereka juga sangat menyayangi Ayna dan menganggapnya sebagai cucu.
"Ah kakek, nenek... Kenapa aku baru menyadari sekarang... Kalau kalian berdua itu seperti rumah buat Ayna? Kenapa Ayna ngga mengatakan itu ya sedari dulu?"
"Ayna... Ayna juga bodoh. Kenapa ngga ngomong dari dulu kalau Ayna sayang kalian berdua? Harusnya... Hiks... Harusnya Ayna bilang dari dulu... Maaf, maafkan Ayna yang sering membuat kakek dan nenek menderita, kerepotan, apalagi Ayna yang kadang masih ngga percaya kepada kalian... Ayna... Ayna menyesal... Huhuhu...."
Tangisan pilu terdengar di gudang gelap itu. Tak ada satupun yang dapat mendengar tangisan pilu itu, tak ada. Hanya decipan cicak serta suara jangkrik yang mengalun samar-samar dari luar jendela itu.
"Ayah... Ibu... kepala Ayna sakit...."
***
"Kenapa pula aku harus menolong gadis itu? Kan dia masih termasuk dalam keluarga ngga berguna itu kan?"
"Adam. Apa yang kamu dengar ini adalah hal yang kamu ngga pernah lihat sebelumnya. Kakek dan nenek sudah menyamar dengan dalih bekerja disana selama bertahun-tahun, dan kami melihat semuanya. Apa ngga ada rasa empati di hatimu?"
"Tiana benar. Ayna bukan gadis arogan seperti sepupunya, Alea. Selamatkan dan ambil itu Ayna kenapa sih? Kakek dan nenek ngga minta kamu buat merawatnya, tapi kami yang akan merawatnya."
Pria di depan pasangan tua itu mengusap wajahnya dengan kasar. Sudah ia kerepotan dengan permasalahan internal perusahaan, sekarang pula ia mendapati kakek dan neneknya yang terusir dari rumah mewah itu dan tersesat di jalanan. Untung saja, sekretarisnya kenal dan langsung menyelamatkan mereka berdua.
"Kek Chairul, Nek Tiana. Sebenarnya cucumu ini aku atau yang namanya Ayna itu? Lagian, kenapa kita harus mengikut campuri urusan orang lain? Toh, dia nanti-..."
PLAK
Kesabaran Chairul habis, ia menampar Adam dengan keras sampai semua pelayan disana menutup mulutnya dengan terkejut.
"Anak kurang ajar! Apa selama bekerja disana kamu belajar yang bersifat negatif hah?! Kenapa kamu bisa bersikap seperti ini?! Padahal, kamu mendidikmu untuk menjadi pribadi yang cerdas dan waspada tapi memiliki rasa empati yang tinggi. Dan ini yang kami lihat?! Percuma saja kalau perusahaanku akan terwariskan di tanganmu kalau kamu begini! Cih, aku ngga Sudi jika kamu mewarisi perusahaan ini kepada cucu berandalan semacam ini!"
Chairul bangkit dari duduknya. Ia melangkah naik tangga menuju ke kamarnya. Sebelum ia benar-benar naik tangga...
"Kakek beri kesempatan kepadamu, Adam. Selamatkan dan bawa Ayna kesini, atau perusahaan akan kakek jual ke perusahaan besar lainnya."
Setelah mengucapkan itu, Chairul langsung naik ke tangga dan langsung masuk ke dalam kamarnya.
Kini, di ruang tamu itu tersisa Adam dan Tiana. Tiana sama seperti suaminya, ia benar-benar marah kepada Adam. Dirinya masih menatap datar kepada cucu satu-satunya itu.
"Lakukan perintah kakekmu itu, jika kamu ngga mau kerja kerasmu ini sia-sia selama di Inggris." hanya begitu saja, Tiana langsung menyusul suaminya ke kamar.
Setelah perdebatan itu, Adam langsung mengehela nafasnya dengan kasar. Ia benar-benar marah serta bingung. Kenapa harus menyelamatkan keponakan dari musuh besar perusahaan? Toh, gadis itu masih bagian dari keluarga itu. Memusingkan memang.
Adam mengambil handphonenya, ia menghubungi sekretarisnya untuk mencari tahu siapa Ayna.
"Cari tahu gadis yang bernama Ayna. Dia ada di rumah Robi Diandra. Cari tahu secepatnya."
"Baik Tuan."
Setelah sambungan itu terputus, ia masuk ke dalam kamarnya sendiri. Di atas ranjang itu, pria muda berusia hampir 30 tahun itu mengingat kilas baliknya dahulu. Dimana saat berusia 20 tahun, ia terluka parah di bagian lengannya sampai ada gadis cilik berusia sekitar 10 tahun yang mengobatinya.
Ia tersenyum mengingat masa-masa itu. Pertemuan yang tidak sengaja, bahkan Adam ingat dengan ciri-ciri gadis cilik itu. Rambut hitam panjang terkepang, lesung Pipit kanan yang manis, serta gigi gingsul kiri. Oh jangan lupa, mata hazel yang lebar, hidung mancung, serta bulu mata yang lebat.
"Dan aromanya... Seperti stroberi. Namanya... Ayna. Sama seperti yang kakek dan nenek ingin aku jemput."
"Haaahhh gadis kecil. Jika benar kamu adalah Ayna yang dimaksud kakek dan nenek, kumohon... tetaplah hidup. Aku sangat ingin bertemu denganmu, gadis kecil."
***
"A-Apa? Menikah?"
Ada berita yang sangat mengejutkan Robi dan Yuliana. Hendry melamar Alea untuk menikah dan menjadi istrinya.
"S-Sebentar... Ngga terlalu muda apa?"
~Bersambung~