NovelToon NovelToon
Sugar Daddy Dokter Impoten

Sugar Daddy Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Romansa
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Clarissa icha

"Cuma karna I-Phone, kamu sampai rela jual diri.?" Kalimat julid itu keluar dari mulut Xander dengan tatapan mengejek.

Serra memutar malas bola matanya. "Dengar ya Dok, teman Serra banyak yang menyerahkan keperawanannya secara cuma-cuma ke pacar mereka, tanpa imbalan. Masih mending Serra, di tukar sampa I-Phone mahal.!" Serunya membela diri.

Tawa Xander tidak bisa di tahan. Dia benar-benar di buat tertawa oleh remaja berusia 17 tahun setelah bertahun-tahun mengubur tawanya untuk orang lain, kecuali orang terdekatnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Xander menepis pelan tangan Lucy. Tatapannya pada wanita itu benar-benar tanpa minat. Atau lebih tepatnya Xander sudah muak. Lucy telah mengkhianatinya dengan beberapa pria selama 3 tahun terkahir, dia dibuat seperti pria bodoh oleh tunangan yang dulu begitu dia cintai. Jika boleh jujur, perasaan itu bahkan masih ada meski hanya tersisa sedikit. 5 tahun menjalin hubungan dengan Lucy bukan waktu yang sebentar. Kesetiannya juga tidak perlu di ragukan lagi. Dari banyaknya wanita cantik diluar sana yang berusaha menggodanya, Xander tetap setia pada Lucy. Kurang setia dan kurang baik apa lagi Xander pada Lucy.? Transferan pun setiap bulannya lancar. Tapi Lucy malah berkhianat. Dia melihat Lucy sebagai definisi wanita yang tidak tau diri.

"Xander, aku minta maaf. Aku benar-benar menyesal. Aku rela gugu-rin anak ini kalau kamu mau kita sama-sama lagi. Aku nggak cinta sama Ronald, aku terpaksa ngelakuin itu karna,,,"

"Karna kamu kegatelan.?!" Potong Xander mencibir. Dia tersenyum jijik pada mantan tunangannya. "Lucy, jangankan kembali sama kamu, lihat kamu saja aku muak.! Jangan pernah bermimpi kita bisa sama-sama lagi.!" Tegasnya

Xander beranjak dari duduknya dan pergi dari kafe tanpa memperdulikan Lucy yang memanggilnya. Xander tidak menyangka siang ini Lucy akan datang menemuinya di jam istirahat. Wanita itu sudah hapal kebiasaan Xander di jam istirahat yang selalu pergi ke kafe atau restoran dekat rumah sakit. Saat pesanan Xander baru di antar, Lucy tiba-tiba datang dan bergabung di mejanya. Selera makan Xander seketika hilang. Makanannya bahkan belum disentuh sedikitpun gara-gara Lucy datang.

Braakk.!

Lucy menggebrak meja dengan kedua tangannya yang mengepal. Dia sudah memohon di depan Xander seperti wanita yang tidak punya harga diri, tapi di tolak mentah-mentah. Jelas saja Lucy emosi. Lucy tidak mengira Xander akan menolaknya. Selama 5 tahun ini Lucy tau bagaimana Xander mencintainya. Jadi dia sangat percaya diri ketika datang menemui Xander untuk mengajaknya kembali.

"Ini gara-gara Ronald sialan.! Kenapa juga harus keluar di dalam.!" Lucy mengumpat penuh emosi pada sosok pria yang sudah membuatnya hamil. Ronald memang bersedia tanggungjawab, tapi Lucy sama sekali tidak berminat menjadi istrinya. Sebab kekayaan Ronald tidak ada apa-apanya dibanding kekayaan Xander yang jelas-jelas akan menjadi pewaris.

Selama ini Lucy bersenang-senang dengan beberapa pria karna sudah lama tidak mendapat kepuasan batin lagi dari Xander sejak 3 tahun terakhir. Lucy begitu tergoda pada pria yang mendekatinya dan menawarkan kenikmatan. Lucy pikir pengkhianatannya tidak akan di ketahui oleh Xander, sebab selama ini Xander sangat percaya padanya.

"Xander, aku nggak akan nyerah buat dapetin ATM berjalan kayak kamu.!" Lucy berucap tegas dengan sorot mata penuh ambisi. Xander terlalu sempurna dan kaya raya untuk di lepaskan begitu saja.

...*****...

"Dokter ganteng ya.?" Tanya Manda sembari menyikut pelan lengan Serra setelah gadis itu mematikan sambungan telfonnya.

Serra mengangguk. Senyum di wajahnya merekah sempurna. Gadis cantik itu sudah mirip orang yang sedang jatuh cinta, padahal hanya karna mendapat telfon dari Xander.

"Dia nyuruh aku nginep lagi di apartemen." Tuturnya penuh semangat. Manda menggeleng tak percaya, temen yang dulu sangat anti berinteraksi dengan pria, sekarang malah ketagihan dekat-dekat dengan pria.

"Aku jadi penasaran, sebesar apa sih punya Dokter itu sampai-sampai kamu happy banget setiap kali disuruh nginep. Bagi-bagi dong Ser, aku juga pengen ngerasain,," Goda Manda seraya menarik-narik ujung kaos Serra dan menatapnya memohon.

Serra menepis malas tangan Manda. "Enak aja.! Mana rela aku bagi-bagi Dokter Xander sama wanita lain. Memangnya punya si Om kurang gede apa lagi.? Nggak jauh beda kok ukurannya." Ujar Serra yang jelas-jelas sudah pernah melihat seperti apa milik sugar daddy Manda walaupun hanya melalui video.

Persahabatan Serra, Manda dan dua orang lainnya memang terbilang sangat dekat. Tak jarang mereka suka mempertontonkan privasi masing-masing saat sedang berkumpul. Kecuali Serra, sebab baru kali ini dia memiliki sugar daddy. Jadi hanya Serra yang tidak pernah menunjukkan video atau foto vulgar pribadi pada mereka.

Dan Serra mengakui jika ketiga sahabatnya termasuk suhu dalam urusan mencari sugar daddy yang kaya raya, sekaligus bisa memuaskan.

"Aku nggak percaya kalau nggak ada bukti. Coba di spill. Dulu aku sering spill punya si Om ke kamu, sekarang gantian dong." Pinta Manda yang masih berusaha membujuk Serra karna terlalu penasaran seperti apa milik Dokter Xander.

"Kamu sendiri yang nunjukin suka rela, aku kan nggak pernah minta." Serra menjulurkan lidah untuk mengejek Manda. Sahabatnya itu mendengus dan memutar malas bola matanya.

"Kamu nggak seru lagi." Gerutunya kesal.

Serra hanya tertawa santai, dia tau jika Manda tidak benar-benar kesal padanya.

...******...

Serra beranjak dari kursi halte yang berjarak 50 meter dari sekolahnya. Dia menghampiri mobil sport yang belum ada 1 menit berhenti di depan halte. Serra membuka pintu samping kemudi dan segera masuk. Senyumnya merekah ketika melihat Xander dan menyapanya dengan ramah.

"Hay Dok,, lagi nggak ada jadwal operasi ya.?" Tanyanya. Yang Serra tau, dokter spesialis bedah memiliki jadwal yang padat. Tapi siang ini Xander bisa menjemputnya ke sekolah.

Mobil sport itu melaju meninggalkan halte. Xander mengangguk pelan sembari melirik Serra. "Kamu mau beli baju ganti dulu.?" Tawar Xander, sebab Serra tidak mungkin membawa baju ganti karna mendadak saat diminta untuk menginap.

Serra menggeleng cepat. "Enakan nggak pakai baju nggak sih Dok.? Serra kan mau bantu Dokter supaya sembuh." Serra tersenyum genit seperti tanpa dosa. Hal itu mendorong tangan Xander untuk menjentikkan harinya di kening Serra yang terlalu mesum.

"Bilang aja kamu pengen di apa-apain.!" Seloroh Xander.

"Memang.!" Jawab Serra cepat. "Dokter aja yang nggak peka sama Serra. Padahal Serra udah rela diapain aja, tapi Dokter malah milih ngobrol doang, nggak ngapa-pain. Mana seru.??" Ujarnya sambil memutar malas bola matanya.

Xander menahan senyum geli. Remaja jaman sekarang jarang yang punya rasa malu. Contohnya seperti Serra ini. Seandainya milik Xander tidak bermasalah, mungkin Serra tidak akan terselamatkan di hari pertama mereka bertemu. Jujur saja, tubuh Serra memang menarik dan menggiurkan dimata Xander ketika bertelan jang.

...*****...

Serra mengekori Xander ke dalam apartemen. Tadi mereka sempat mampir ke restoran untuk membeli makanan dan mereka bawa pulang. Makanan itu di letakan Xander di atas meja makan. Serra membuka kulkas dan mengambil 2 botol air mineral dan dia berikan 1 pada Xander. Kedua duduk di kursi dan meneguk minumannya.

Serra mengerutkan kening ketika merasa wajahnya di tatap intens oleh Xander. "Ada yang aneh di wajah Serra ya Dok.?" Serra mengusap-usap wajahnya dengan telapak tangan, mungkin ada sesuatu di wajahnya sampai Xander menatapnya seperti itu.

"Kamu yakin anak tunggal.?" Pertanyaan dari mulut Xander terdengar aneh di telinga Serra. Jelas-jelas Xander sudah tau cerita hidupnya.

"Kalau Serra punya saudara, sudah pasti kita hidup sama-sama. Lagian, Nenek sama Tante nggak pernah bilang kalau Serra punya saudara kandung. Memangnya kenapa Dok.? Dokter liat orang yang mukanya mirip Serra.?" Tanyanya asal.

Xander mengangguk. Hal itu membuat Serra terkejut.

"Serius Dok.? Dimana.?"

"Di rumah sakit, dia pasien baru saya yang sedang menderita leukemia."

Wajah Serra tampak sendu, jiwa kepedulian dan simpatinya memang sangat tinggi. Serra mudah sedih dan tersentuh dengan hal-hal yang terdengar menyedihkan. "Kasian banget Dok, semoga pasien dokter bisa sembuh dan sehat lagi."

1
Al Fatih
orang seperti Darwin ini memang layak untuk d hancurkan
Asyatun 1
lanjut
Tyaz Wahyu
g modal benget nih darwin ,art diembat jg wuakkkkkkkk hamidun tau rasa loe wuakkkkkkkk
ansya
seru banget.... mulai ada celah untuk membalas Darwin
Ruwi Yah
berbau action jadi tegang bacanya semoga zayn baik2 saja
Eka ELissa
kain.........apa Zayn....Mak...
Cahaya
kren yh si darwin
Ari Randz
bikin deg deg serrrr bacanya
Sri Rahayu
licik juga si Darwin....semoga dia tidak melukai Zayn 😠😠😠
Faradi Llaresmana
licik ya si Darwin..bisa jg dia lolos
Noey Aprilia
Laahhhh.....
mstinya lngsng d dor aja pas ktmu td,kn biar ga bs kbur.....tp yg nmanya pnjht,dia jg pst lcik lh....apa lg ada zayn,mngkn anknya bkln d jdiin sndera.....
Bunda
Darwin simulut besar😂😂
Farida@Hidayu🇵🇸
bagus block terus
Farida@Hidayu🇵🇸
biar dia enggak bisa baca lagi karya yg bagus ini... langsung enggak menghargai penulis... setidaknya enggak usah kasi juga enggak apa2 dari di kasi 1-3 binta saja
yuning
kejar terus
Lembayung Senja
lanjut double up kak
MURNI TI
author semoga ada cerita bt sahabt2nya serra thorr
🍾⃝ͩѵᷞɪͧɴᷠᴀͣ ɴᴀѵɪɴᴀ
kasian zayn
Nur Adam
lnjut
Lyn
klu darwin melarikan diri, serra dan lainnya hrs hati2, takutnya darwin bs melakukan hal berbahaya..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!