Kisah seorang gadis pembenci geng motor yang tiba-tiba ditolong oleh ketua geng motor terkenal akibat dikejar para preman.
Tak hanya tentang dunia anak jalanan, si gadis tersebut pun selain terjebak friendzone di masa lalu, kini juga tertimbun hubungan HTS (Hanya Teman Saja).
Katanya sih mereka dijodohkan, tetapi entah bagaimana kelanjutannya. Maka dari itu, ikuti terus kisah mereka. Akankah mereka berjodoh atau akan tetap bertahan pada lingkaran HTRS (Hubungan Tanpa Rasa Suka).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zennatyas21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19. Tawuran Kocak
The Cafe GEAN
~21.00~
Markas Geoxsa Andaran sudah ramai puluhan orang berdatangan. Mereka semua yang datang memang karena sebuah undangan. Setelah lulus SMA, GEAN mulai membuka lowongan anggota baru untuk remaja yang ingin mengikuti.
Dan hasil dari sebulan mereka mendapatkan anggota sejumlah lima puluh remaja laki-laki dan lima remaja perempuan. Jadi totalnya lima puluh lima calon generasi baru.
Di tempat duduk khusus mantan anggota inti GEAN ada Erlangga yang menatap para anggota generasi baru.
"Di sini apakah masih ada yang jomblo?" Dengan terkekeh Erlangga menatap semuanya.
"Banyak yang jomblo, Bang!" seru beberapa calon generasi baru.
Di tengah keramaian itu, Zidan datang bersama Salsha dengan bergandengan. Hal tersebut pun mengundang perhatian sekitar hingga mendapat seruan meriah dari generasi baru.
"Waduh, mantan Pak Ketua baru dateng nih bawa calonnya. Salsha ke sini kenapa gak sama Haikal?" tanya Erlangga.
Perempuan yang memakai hoodie serta hijab pashmina itu menggeleng. "Bang Haikal lagi sibuk sama temen kuliahnya." jawabnya seadanya.
Sejak di perjalanan Zidan memang sudah merasakan sesuatu tidak biasa dari seorang Salsha.
Di tengah keramaian itu pun Zidan menghampiri Salsha yang terdiam sendirian.
"Kamu kenapa diam aja? Ada masalah? Atau mau apa? Risih di tempat ramai kayak gini?" tanya Zidan sudah seperti pada pasangan.
Salsha menatap Zidan yang tampak tulus menanyakan perihal dirinya. "Gak papa, cuma pengen jajan aja."
Mendengar itu Zidan seketika terkekeh heran. "Lah, diam dari tadi karena pengen jajan? Kenapa enggak bilang dari tadi, Sal?"
Perempuan tersebut hanya menyengir. "Takut ganggu lah, kan lagi pada kumpul."
"Takut kenapa? emang kita jahat gitu kalo ada orang pengen jajan?"
Sang adik Haikal menunduk sambil cemberut. Zidan melihatnya dengan raut tak tega.
"Yaudah, kamu mau apa? Bilang ke aku, aku beliin."
"Pengen pop ice sama chicken." jawab Salsha.
"Hah? Pop ice? Malem-malem ini loh, Sal. Emangnya gak dimarahin sama Bang Haikal? Masa minum es malem sih, Sal." cerocos Zidan seolah sedang mengomeli pasangannya.
"Yaudah sih, gak usah, gak jadi aja udah."
"Eh, jangan gitu lah, Sal."
Melihat ketua Andaran yang sedang sibuk mengobrol dengan Salsha, Erlangga pun menghampiri mereka berdua.
"Lo berdua aman? Atau ada apa?" tanya Erlan sedikit khawatir.
Salsha bersama Zidan mengangguk kompak.
"Gak papa, Bro. Salsha cuma pengen jajan aja, di warung Babeh masih ada jajanan 'kan?" tanya Zidan.
"Ada, masih banyak kok. Ada pop ice sama boba juga, tapi ... Gue saranin nanti lo di warung Babeh aja ya, Sal? Soalnya ... yang cewek-cewek udah gue suruh balik, karena bakal ada tawuran di sini. Gue belum tahu pasti sih, tapi yang jelas lo sembunyi aja. Nanti bakal ada bokap gue juga kok, pasti ngurusin orang yang nyerang kita." ucap Erlan serius.
Zidan langsung mengubah ekspresinya menjadi datar. Salsha pun dapat melihat langsung jika laki-laki yang akan dijodohkan dengannya itu seperti menahan amarah.
"Anggota Raxor yang diketuai oleh Axel, dia ngincer Salsha, Lan."
Dua tangan mengepal kuat serta rahang yang mengeras. Erlangga tahu ini bukan pertama kalinya Andaran mendapatkan serangan tawuran dari para musuh mereka. Meskipun generasi pada masa nya sudah berakhir, dan mereka sudah dikatakan mantan anggota Geoxsa Andaran.
"Gue gak mau lo kenapa-napa, Zid. Maafin gue ya, lo jadi banyak musuh pasti gegara gue." ujar Salsha sedih.
Zidan seketika melepaskan kepalan tangannya, dirinya pun dengan begitu cepat mengubah emosional menjadi biasa seperti semula.
"Lo gak salah, Sal. Mereka emang masih bocah, suka tawuran. Disenggol dikit langsung kepancing emosinya."
...ΩΩΩΩΩΩΩ...
Tepat di pukul 23.00 Salsha yang sedang tidur di kamar warung Babeh Jaki tiba-tiba terbangun karena mendengar kericuhan di luar.
Warung Babeh Jaki memang dapat dikatakan bukan sebuah warung biasanya. Pasalnya warung tersebut memiliki kamar kost untuk anak-anak yang tidak bisa pulang.
"Kericuhan apa ya? Eh? Jangan-jangan ... Zidan!"
Salsha berlari keluar dari Warung yang menyatu dengan beberapa kamar seperti kost-an, perempuan itu sudah dalam kondisi menangis.
"Zidan!!" teriak histeris Salsha begitu melihat Zidan tersungkur akibat pukulan balok dari sang musuh.
Laki-laki itu berusaha bangkit sambil menoleh ke arah adiknya Haikal. "Salsha masuk! Jangan di sini, bahaya! Kamu masuk dan telpon bang Haikal!" perintah Zidan langsung diturutti oleh Salsha.
Meski dengan langkah mundur yang ragu, tubuh bergetar hebat serta tangis tak mereda. Salsha berlari menuju warung Babeh Jaki kembali.
"Bang Haikal ... Bang, tolongin ... Salsha takut, Zidan dikeroyok tawuran di markas." Isak tangisnya terus mengiringi ucapannya.
Haikal yang menerima panggilan dari sang adik sontak terbawa emosi.
"Sialan!"
"Abang ke sini langsung ya, Salsha takut. Zidan udah lemah banget, Bang."
Setelah memutuskan sambungan, Salsha kemudian memperkuat diri untuk berani menolong Zidan dengan membawanya pergi dari kericuhan tersebut.
"Gue harus bisa selamatin dia, dia udah terkapar lemah di sana. Pokoknya gue harus ambil dia dari geng Raxor."
Dengan tingkah nekat yang cukup tinggi, Salsha berlari menubruk para laki-laki sedang berkelahi. Berbagai pukulan Salsha lewati begitu saja karena efek dari kemarahan dirinya.
Dalam hitungan detik Salsha mampu benar-benar membawa Zidan sembunyi ke warung. Tentunya kondisi laki-laki itu sudah babak belur tak karuan. Banyak darah yang keluar pula dari sudut bibirnya.
"Zidan ... Kenapa lo gak ngehindar sih?"
Yang ditanya justru terkekeh. "Kalo menghindar itu berarti gue bukan pemimpinnya mereka dong. Emangnya kenapa sih sampai diculik ke sini? Khawatir banget ya? Atau ini menandakan kasih sayang?" goda Zidan.
"Dih, apaan sih! Enggak ya, kepedean banget lo jadi cowok! Gue gak khawatir sama lo!" ketusnya sambil berkacak pinggang.
Zidan yang tengah duduk bersandar di tembok warung mewah itu pun memegang pundaknya.
"Sebenarnya gue pengen ladenin mereka semua, tapi gue udah lemes. Nanti kalo gue paksa yang ada malah gue abis di tangan mereka."
Adik Haikal mendelik lalu menjambak rambut Zidan yang acak-acakan.
"Aduh, Salsha, jangan gitu dong. Ah, lo mah malah—akhhh!"
"Zid? Zidan? Weh, gak lucu!"
Bisa dibilang sekarang Salsha baru benar-benar khawatir dengan keadaan Zidan. Bagaimana tidak? Laki-laki itu justru sudah pingsan setelah dijambak rambutnya olehnya.
"Zidan! Ih!"
Dan ... Grep.
Ada yang menyenggol punggung Salsha sehingga membuatnya jatuh menindih tubuh Zidan. Lengkap sudah, semuanya gara-gara salah satu anggota generasi baru itu.
Akhirnya Salsha dan Zidan saling menatap satu sama lain. Dengan kedua tangan Salsha yang memegang dada Zidan, dan laki-laki mantan ketua Andaran tersebut pun ikut menjaganya.
"Ish! Eh, lo kalo berantem jangan masuk warung dong! Lo gimana sih?!" omel Salsha usai secepat kilat kembali berdiri.
Zidan beranjak dari tidurnya setelah menahan Salsha supaya tidak menindih tubuhnya.
"Ham, bawa ke luar aja, jangan di sini." ucap Zidan.
Lelaki muda bernama Ilham itu mengangguk paham.
"Iya nih, dasar lo musuh kocak! Ngajak berantam malah ke warung, lo nyuruh gue ribut apa ngajak makan, hah!?" sarkas Ilham kemudian mendorong musuhnya langsung terjun keluar.
Salsha dan Zidan saling menoleh. Lalu, keduanya terkekeh lucu.
"Ributnya malah kocak gitu jadinya," celetuk Zidan.
"Mungkin dia ke warung karena ngeliat lo di sini kali. Jadi pikirnya kalo ketuanya aja di sini, bisa jadi dapet kesempatan buat makan. Kan Babeh Jaki lagi tidur di rumah belakang ini."
"Hahaha, iya, Sal. Malah jadi kocak gini."