NovelToon NovelToon
Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Suami ideal / Healing / Cinta Lansia
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Bukan Emak-Emak Biasa

Andai hanya KDRT dan sederet teror yang Mendung dapatkan setelah menolak rencana pernikahan Andika sang suami dan Yanti sang bos, Mendung masih bisa terima. Mendung bahkan tak segan menikahkan keduanya, asal Pelangi—putri semata wayang Mendung, tak diusik.

Masalahnya, tak lama setelah mengamuk Yanti karena tak terima Mendung disakiti, Pelangi justru dijebloskan ke penjara oleh Yanti atas persetujuan Andika. Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.

Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—selaku pria dari masa lalunya yang kini sangat sukses, datang. Selain membantu, Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, juga mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka yang sempat kandas di masa lalu, meski kini mereka sama-sama lansia.

Masalahnya, Salman masih memiliki istri bahkan anak...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Belas

Ketika orang-orang yakin Mendung sudah meninggal apalagi pencarian yang mereka lakukan tak membuahkan hasil. Wanita yang mereka cari justru masih berjalan kaki dan ada kalanya akan berlari. Mengandalkan sandal jepit bertali biru, kedua kaki kurus itu tengah sangat berjuang untuk sesegera mungkin sampai tujuan.

Hujan dan gelapnya malam, tak menjadi alasan Mendung untuk berhenti. Untungnya petir dan angin tak lagi menyertai malam yang menjadi bagian dari ajang balas dendamnya. Juga, akhirnya ada mobil pick up yang mau memberi Mendung tumpangan ke arah kabupaten. Karena andai tidak, bisa jadi Mendung baru akan sampai dini hari atau malah subuh besok.

Mendung akan langsung menemui Pelangi sang putri. Meski kemungkinan ia baru diizinkan, jika sudah jam besuk, Mendung tidak peduli. Mendung akan menunggu di sana, sebelum menghubungi nomor petugas prasmanan yang akan membantu Mendung lewat kekuatan viral.

“Apa kabar kamu, Ngie? Satu minggu lebih Bunda enggak ketemu atau setidaknya lihat kamu, rasanya rindu banget! Sabar sebentar lagi ya, Ngie! Kamu harus kuat! Anak Bunda pasti bisa!”

“Mulai detik ini juga, Bunda enggak akan biarin kamu berjuang sendiri. Bunda bahkan akan membalas perbuatan Riky dan keluarganya yang dengan seenaknya membuang kamu, Ngie!” batin Mendung. Hidupnya sudah nyaris sepenuhnya dikendalikan oleh rasa dendam.

Sesekali, Mendung yang kuyup, melirik sopir di sebelahnya. Sopir tersebut masih muda dan berdalih akan mengantar gula merah ke Magelang. Hingga karena itu juga, arah tujuan mereka sama. Malahan mungkin karena kasihan kepada Mendung, sopir tersebut juga sampai memberi Mendung bekal makannya.

“Terima kasih orang baik!” Itulah yang Mendung katakan. Karena pada kenyataannya, ia memang kelaparan. Detik itu juga Mendung izin makan. Mendung sadar, jika dirinya ingin menang melawan ketidakadilan yang Yanti berikan, dirinya harus memiliki kuat. Ia harus membuktikan, walau tak lagi muda dan Yanti menyebutnya nenek-nenek, ia kuat, sehat, sekaligus bila perlu kembali merawat diri agar cantik. Tak perlu menjadi menor seperti Yanti apalagi berpakaian seksi kekurangan bahan. Cukup merawat diri dan tak berkelakuan murahan, Mendung pasti lebih cantik dari Yanti.

“Akan kubuat kalian menyesal!”

***

Sekitar pukul setengah satu pagi, Mendung sampai di rutan. Seperti dugaannya, di sana sudah tidak ada aktivitas berarti. Mendung memutuskan untuk tidur di teras post jaga dan keberadaannya ada di depan pintu masuk. Polisi yang di sana mengizinkan, asal Mendung untuk tidak membuat keributan.

Di tengah gerimis yang masih menemani malam menuju dini hari ini, Mendung akhirnya ketiduran. Sementara itu, di dalam ruang tahanan, Pelangi yang duduk di sudut ruangan, masih terjaga. Suasana di sana sudah sangat sepi bahkan sunyi. Karena semuanya kecuali Pelangi, sudah tidur dan tak beraktivitas lagi.

Tatapan Pelangi kosong, tetapi bibirnya beberapa kali mengukir senyum. Senyum yang tetap membuat wajahnya datar.

“Hah ... hah ... hah!” tertawa pun, Pelangi tak menghasilkan suara. “Kamu jahat! Wanita jahat! Ayah jahat!”

Dua tahanan wanita yang satu ruangan dengan Pelangi, tak sengaja bangun. Lebih tepatnya, mereka terbangun karena suara Pelangi yang begitu khas mirip orang kerasukan, tetapi bukan yang tipikal teriak-teriak.Dengan kedua mata masih menyipit, keduanya yang sama-sama meringkuk karena harus sempit-sempitan, memergoki Pelangi.

“Itu ngapain di pojokan gitu malam-malam? Kok aku makin ngeri, ya? Kenapa dia mirip orang enggak waras,” bisik salah satu dari keduanya.

“Ha ha ha ha ha!” Tawa Pelangi tiba-tiba saja membelah keheningan malam. Tawa yang langsung mengagetkan semuanya, apalagi kedua wanita yang sempat menyaksikannya secara langsung.

“Kalian jahaaaat!” Kali ini Pelangi histeris, ia memaki sudut tembok di hadapannya sambil berlinang air mata.

Di depan pos satpam, Mendung refleks terbangun karena kaget. Mendung seolah mendengar teriakan Pelangi, padahal di sana masih sepi. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang kebetulan melintas. Mendung seolah bisa mendengar jerit hati sang putri. Hatinya jadi kebas, merasa yakin bahwa putrinya tidak baik-baik saja. Apalagi selama dirinya jadi pembantu tanpa ubah bahkan jarang diberi makan oleh Yanti, ia memang tidak pernah mengunjungi Pelangi lagi.

“Ngie ... Bunda datang, Ngi. Bunda sudah di sini. Besok kita ketemu, Ngie. Kamu jangan takut. Ayo jadi Pelangi yang pemberani lagi. Tak selamanya orang yang dijadikan tersangka, bahkan sampai dipenjara itu orang jahat, Ngie. Mana mungkin anak Bunda jahat, sementara selama ini, kamu selalu ingin keluarga kita seperti keluarga cemara. Kamu bahkan rela bantu-bantu perekonomian keluarga. Kamu jadi tulang punggung keluarga. Kamu bukan orang jahat, Ngie. Kita ini korban hanya karena kita enggak punya uang apalagi kekuasaan.” Batin Mendung terus menjerit. Ia yang sudah sempat bisa tidur, lagi-lagi terjaga. Ia sudah menggunakan kondisi tersebut untuk zdikir, iya juga sempat jalan-jalan di pinggir jalan. Berharap waktu akan menjadi berputar lebih cepat. Agar dirinya bisa secepatnya bertemu, bercengkerama dan memastikan bahwa putrinya baik-baik saja. Akan tetapi, selain waktu justru seolah berhenti berputar, pikiran dan juga telinga Mendung juga terus terngiang-ngiang suara ketakutan sang putri.

***

“Ndung ... hatiku begitu yakin bahwa kamu masih hidup!” batin Salman. Ia masih tidak bisa tidur dan membiarkan ponselnya yang terus berdering, di dalam mobil sebelah tempat duduk yang baru ia tinggalkan.

Salman mengemudi sendiri, mendatangi rumah Yanti. Rumah itu sudah sepi menyisakan asap pekat dari bagian dalam rumah. Karena yang terbakar memang bagian dalamnya, tidak dengan atapnya. Andaipun ada bagian atap yang terbakar, kerusakannya tidak seberapa. Mungkin karena sedari sore, hujan mengguyur dengan lebat.

Dua orang yang berjaga di sana, tak lain pengawal kemayu Yanti. Keduanya yang sedang ngopi hitam sambil main ponsel di teras gerbang langsung kegirangan. Keduanya mengenali Salman dan mereka ketahui bukan orang biasa.

“Bang Salman! Weh, artis papan atas ke sini lagi! Ayo, Pin! Kita minta tanda tangan sekaligus foto! Kemarin kan kita belum sempat!” ucap pria yang memiliki panggilan akrab Upin tersebut.

Karena gayanya yang sama meski bukan orang kembar, keduanya memang memiliki panggilan akrab Upin Ipin. Apalagi sejauh ini, keduanya tidak pernah jujur jika ditanya nama.

“Bang Salman!” sergah Upin dan Ipin kemayu yang memang tak segan menghampiri Salman. Keduanya begitu antusias. Senyum di wajah keduanya makin lama makin lepas saja di tengah gelapnya malam tanpa cahaya lampu, sebab aliran lampu di kediaman Yanti, tetap dipadamkan.

“Di mana Yanti dan Andika! Saya ingin bertemu mereka!” tegas Andika.

Upin dan Ipin kemayu di sana langsung bengong pada permintaan pria nyaris lansia yang tampangnya tetap gagah bahkan muda. Salman yang sangat merek segani mencari Yanti dan Andika sambil marah-marah? Ada apa kah gerangan?

1
Sonya Kapahang
Kakinya Mendung kena cairan gatel lagi.. Ada obatnya ga ya si Salman..
Sonya Kapahang
Mudah²an Andika yg kalah bogem dey.. Jgn smp Salman..
Sartini Cilacap
Semoga mendung tidak kenapa napa
Sartini Cilacap
Semoga Salman tidak kenapa napa
W_E_N_A
Aduh si Mendung terkena cairan itu... gimana dong...
W_E_N_A
Dilema...
Asyatun 1
lanjut
Fani Indriyani
tuh kan bener itu bkn anaknya Salman...semoga berhasil mendung,ini istrinya Salman nyebelin apa2 ancam bunuh diri,yo wis om Salman ga ush diladeni biar saja mati kalo emang dia mau mati
Cahaya Cita
kak rositi kalau bikin karya selalu menguras emosi..jedag jedug rasane/Smile/
Sonya Kapahang
Mudah²an misinya berhasil.. tp kok ya deg²an sm istrinya Salman.. ngeri ngamuk ke Mendung sm Pelangi..
Sonya Kapahang
Ini makhluk kuning siapa..? Kok tetiba jd inget Paojan.. Mana pake tas gendong bulu juga lagi.. 🤣🤣🤣
W_E_N_A
Lanjut Mb... g sabar baca kelanjutannya
W_E_N_A
Waaaoooo siapa tuh makhluk kuning... apakah satu spesies dengan Kak Ojan.... 🤣
Sartini Cilacap
Semoga berhasil misinya
Sartini Cilacap
Penasaran siapa pria berbaju kuning mungkin kah suruhan dayatri
Sartini Cilacap
Wah jangan sampai mendung diamuk oleh dayatri
Sartini Cilacap
Miris banget pelangi sampai trauma terhadap bapaknya sendiri
Asyatun 1
lanjut
Sonya Kapahang
Aku ngeri si Mendung diamuk sm istrinya Salman.. 😖😖😖
Sonya Kapahang
Ya Allah Andika.. gara² kamu, anakMu jd begitu.. emng dasar bapak ga ngotak.. 🤬🤬🤬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!