Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Roti Sobek
Pukul lima sore pekerjaan yang diurus oleh Seno sudah selsai ia melajukan kendaraan roda empatnya menuju rumah sang istri, karena ia berjanji bahwa sebelum makan malam ia sudah kembali.
Setelah mobil di parkir di halaman rumah, Seno pun mempercepat langkahnya memasuki rumah dan menaiki tangga, ia langsung membuka pintu kamar tanpa mengetuk terlebih dahulu tanpa ia sadari ada sosok yang berbaring di ranjang king size sedang memperhatikannya.
Setelah memasuki kamar ia pun membuka kancing kemejanya satu persatu ia belum menyadari bahwa ada tatapan terkejut dengan mata yang melotot telah memperhatikan belahan roti sobek yang berada di balik kemeja kerja yang ia buka kancingnya satu-persatu.
Ambar yang merasa dirinya membeku setelah melihat lelaki yang masuk ke kamar nya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dan langsung membuka kemeja kerjanya tanpa melihat situasi pun hanya bisa terdiam dengan ma ta yang membulat sempurna.
"aduh ma ta ku ternodai, ahh.. Roti sobek nya sayang kalau nggak di lihat "ucap Ambar dalam hati.
Seno merasa ada yang memperhatikannya pun langsung menoleh ke arah ranjang king size yang berada di ruangan tersebut dan...
" aaaaaaa... Kamu ngapain di situ?" ucap Seno seraya menarik kemeja untuk menutupi bagian tubuh depannya yang sudah terbuka.
Ambar yang terkejut akan teriakan Seno pun ikut berteriak.
"aaaaaaa... Ini kan kamar aku, kamu yang nggak ketok pintu dulu" ucap Ambar tak mau kalah.
Setelah Seno sadar dari keterkejutannya ia pun langsung menyambar handuk yang tergantung di lemari yang entah milik siapa lalu ia melangkah menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar tersebut.
Masih dengan jantung yang berdegup kencang Ambar memegangi da da nya.
"untung ini buatan Gusti pangeran kalau made in ch*na mungkin sudah jatoh" ucap Ambar mengelus da da nya.
Ia kembali menyandarkan diri di sandaran ranjang king size miliknya dengan melanjutkan kegiatan membaca bukunya yang sempat tertunda karena suaminya yang masuk tanpa mengetuk pintu.
Tidak bisa di pungkiri bayang roti sobek milik Seno pun masih membayangi pikirannya.
Setelah dua puluh menit berlalu Ambar mendengar pintu kamar mandi di buka, ia langsung menutupi wajahnya dengan buku yang ia pengang guna mengantisipasi jika suaminya itu keluar hanya menggunakan handuk di pinggang saja.
"kamu ngapain? Saya pakai baju kok" ucap Seno.
Sedetik kemudian Ambar menjauhkan buku dari wajahnya guna membuktikan ucapan lelaki yang tengah menjadi suaminya itu.
Dan benar saja Seno keluar kamar mandi menggunakan Jubah mandi miliknya yang berwarna Pink, Ambar yang merasa lucu dengan Seno yang menggunakan Jubah mandi nya yang berwarna pink sedetik kemudian tergelak dengan menggulingkan tubuh nya di ranjang king size tersebut.
"ha ha ha aduh perut ku keram..." ucap Ambar memegangi perutnya yang berasa sakit akibat terlalu lama tertawa sontak membuat Seno mendekatinya dengan raut wajah cemas.
"kamu nggak papa? Mana yang sakit?" ucap Seno dengan wajah cemasnya dan jangan lupa ia masih menggunakan Jubah mandi pink milik Ambar.
Ambar yang mendengar suara Seno yang berada di dekatnya pun menoleh sedetik kemudian ia tertawa lagi.
"kamu ini sudah aku mau ganti baju dulu dari pada jadi bahan tertawaan kamu terus" ucap Seno berlalu keluar kamar dengan wajah memerah seperti kepiting rebus menahan malu akibat di tertawakan oleh Ambar.
Setelah Seno keluar dari kamar Ambar pun mengontrol nafasnya terlihat da da nya yang naik turun dan perutnya masih keram akibat terlalu lama tertawa.
Setelah ia bisa mengontrol nafasnya Ambar kembali membaca buku yang tadi sempat tertunda karena menertawakan Seno suaminya.
****
Ambar sudah menyelesaikan acara memasaknya, ia memang hobby memasak malah ia yang sering memasak jika sedang senggang.
"Bi .. Minta tolong panggilkan mas Seno di kamar tamu yaa bilangin suruh makan" ucap Ambar meminta tolong pada Bik Inem, pengasuhnya sejak ia kecil.
Bik Inem hanya mengangguk dan cepat berlalu memanggil suami dari nona nya yang sedari kecil ia rawat hingga tumbuh dewasa dan cantik seperti Almarhum Ibunya.
Seno dan Ambar memang masih tidur di kamar terpisah, karena baru semalam mereka sah menjadi sepasang suami istri dan mereka pun belum membicarakan apa pun selayaknya pengantin pada umumnya, karena Seno suaminya pun masih sibuk mengurusi perusahaan Ayahnya dan juga pemakaman Ayahnya.
Seno yang sudah menuruni tangga ia langsung bergegas ke dapur sesuai arahan si Bibi pengasuh istrinya tersebut.
Setelah sampai di pintu dapur ia malah di suguhkan pemandangan yang menggugah jiwa lelakinya, bagaimana tidak leher jenjang nan putih milik istrinya yang tak tertutupi rambut itu seolah memanggil jiwa lelakinya meminta untuk di s3ntuh.
Ambar yang hanya menggunakan daster rumahan dengan panjang sebatas lutut, dan rambut panjang hitam lurus yang ia gelung agar tidak menggangu aktivitas memasaknya, malah kini menjadi suatu pemandangan indah untuk ma ta suaminya itu.
Ambar yang sedang asik menuangkan sayur tumis kangkung kedalam mangkuk tidak menyadari akan kehadiran suaminya yang menikmati leher jenjangnya putih miliknya, hingga ia berbalik badan untuk menaruh mangkuk berisikan sayur tersebut baru lah ia menyadari bahwa suaminya sudah berada di ambang pintu.
"mas ngapain bengong? Ayo makan" ajak Ambar pada suaminya.
Seno yang tersadarkan oleh suara istrinya tersebut berdehem untuk menetralkan perasaannya dan kemudian menarik kursi untuk ia tempati.
Seno melihat menu makan malam yang berada di meja cukup menggugah seleranya. Tumisan kangkung, ayam kecap, dan sambal tomat.
Menu rumahan yang menurut Seno sederhana namun dapat menggugah selera makannya.
"ini mas" ucap Ambar menyerahkan piring yang sudah tersedia nasi dan sendok di dalamnya kepada Seno.
Seno masih mematung ia mendapatkan perhatian dari wanita selain Ibunya membuatnya terdiam, pasalnya ia sudah lama tidak mendapat perhatian seperti ini karena Ibunya sudah lama tiada.
Melihat suaminya masih mematung belum menerima piring yang ia sodorkan, Ambar pun berinisiatif menggerakkan tangan Seno untuk menyadarkannya.
Seno yang tersadar karena tangan di sentuh oleh tangan mungil nan halus tersebut membuat ia melihat ke arah pemilik tangan, dan segera menerima piring yang sedari tadi masih melayang di depannya.
"Mau di ambilkan apa dulu? Tumis kangkung atau Ayam kecapnya?" tanya Ambar ia ingin melayani suaminya di meja makan sesuai dengan istri pada umumnya.
"semuanya" ucap Seno.
Setelah ia menuangkan sayur dan lauk pada piring suaminya kini Ambar mengisi piringnya sendiri, saat ia ingin menuangkan air ke dalam gelas tangan nya sempat tersentuh oleh tangan suaminya, lantas ia menoleh pada si pemilik tangan tersebut.
"biar aku saja" ucap Seno. Ia pun tidak ingin kalah dari Ambar istrinya untuk membangun kemistri dalam rumah tangga yang baru mereka masuki.
Mereka berdua makan dengan hikmat tanpa ada yang mengeluarkan suara untuk berbicara dan hanya dentingan sendok dan piring yang mengisi suara di dalam ruang makan tersebut.
Setelah selesai makan Seno membantu istrinya untuk membereskan piring kotor dan mengelap meja seusai mereka makan lalu ia berpamitan pada istrinya untuk melanjutkan pekerjaannya di kamar.
Sepeninggal Seno di dapur Ambar mencuci piring dan peralatan masak yang telah ia gunakan, sebenarnya bisa saja ia meminta Bik Inem atau mbak Asih untuk mencuci piring. Namun ia lebih memilih mengerjakan semua sendiri karena ia yang terlalu mandiri, baginya selama bisa sendiri mengapa harus menyuruh orang lain.
Tok Tok Tok