ketika anak yang di harapkan tak kunjung datang,lantas haruskah seseorang menyalahkan orang lain karena dia tidak bisa memiliki anak?
Najwa selalu di hina mandul dan tidak bisa mempunyai anak,hampir sepuluh tahun menikah Najwa tidak kunjung melahirkan seorang anak,segala cara telah ia lakukan tapi tidak membuahkan hasil...
sehingga hinaan itu berujung pemaksaan agar Najwa bisa menerima kenyataan jika Rendi suami dari Najwa di paksa menikah lagi oleh orang tuanya demi ingin mendapatkan sebuah keturunan yang akan mewarisi usaha Rendi.lantas bagaimana Ahir dari cerita ini????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Dianamega.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 23
...POV MAYA...
Hari ini aku sudah di bolehkan pulang oleh dokter selama dirumah sakit Wulan tidak pernah mengunjungiku. Mungkin dia sibuk dengan Mecca yang masih balita
Aku berharap Wulan bisa hamil secepatnya .tidak sabar rasanya melihat wanita itu sadar betapa tidak berharganya dia sebagai seorang wanita yang mandul
"ibu istirahatlah biar Rendi akan siapkan teh hangat dulu untuk ibu" ucap anakku itu
Aku tersenyum bangga memandangi anakku itu, Rendi dia anak yang penurut lagi penyayang Sedikitpun dia tak pernah membantah Kepadaku
Sipat mendiang ayahnya telah di wariskan ke Rendi,laki laki yang penuh tangung jawab penuh cinta dan kasih
Rendi juga sangat menyayangi aku dan Andin Hanya saja keterbatasanku yang tak bisa membahagiakannya, segala hartaku sudah habis kujual untuk biaya kuliahnya waktu itu Hingga kami hanya punya rumah satu satunya dan akhirnya itu juga ikut terjual karna wanita sampah seperti Najwa
Oke aku sadar sebagian pembangunan membangun rumahku itu memakai uang Najwa,tetapi tetap saja tanah dan sebagian bangunan itu milikku yang di bantu Rendi kala itu
"Rendi" panggilku saat Rendi sudah di pintu hendak keluar kamar
"Kamu panggilkan Wulan sebentar ya ibu sangat kangen sama dia," ujarku lembut
Rendi tersenyum sembari mengangguk Selang lima menit Wulan datang membawa teh hangat
"Bagaimana hari ini bu" tanyanya.aku menyunggingkan senyum hangat menyambutnya datang
"Sangat mendingan menantuku sayang,kamu gimana saat ibu tidak ada apakah wanita tidak berguna itu masih seenaknya padamu"tanyaku kuatir. Wulan mengelus tanganku dan berkata
"ibu tenang saja ya tidak usah kuatir aku dan mas Rendi akan mengurus segalanya jadi ibu gak usah risau lagi.dia tidak akan bisa seenaknya lagi dengan kita"sahutnya
Aku mengelus pipinya lembut. Binar mataku tak terasa berkaca kaca melihat ketulusan hatinya yang begitu tanguh,aku tidak salah memilihmu Wulan
"Maaf ya nak, ibu tidak bisa berikan kehidupan yang baik untukmu ibu mohon bersabarlah"sesalku,Wulan tersenyum hangat
"tidak apa bu Wulan yakin mas Rendi pasti bisa mengatasi ini semua," ucapnya meyakin kan aku
hatiku terenyuh dan hangat mendengarnya semoga Kedepannya lebih baik lagi ya tuhan dan Wulan bisa hidup tenang dengan Rendi. Aku juga bisa menikmati masa Tua yang penuh suka cita nanti dengan anak cucuku
"ibu tidak apa aku tinggalkan dulu,aku ingin menemui mas Rendi dulu ya bu" pintanya
Aku mengangguk melepasnya pergi. Selang beberapa menit terlihat wanita sampah itu lewat dan sudah rapi dengan baju kantornya Aku buang muka saat tahu ia menoleh
Mungkin dia tau aku tidak ingin melihatnya. Najwa berlalu pergi tanpa sepatah katapun.
waktu terus berlalu cepat hingga siang pun tiba,Wulan tampak tengah keluar dari dapur setelah menyelesaikan semua pekerja'an rumah
dia dan Andin harus membayar mahal untuk keangkuhan Najwa. Miris rasanya saat mengingat sekarang kami semua telah jadi babu Najwa ya itu menantuku sendiri
Sama sekali dia tidak menghargaiku sebagai mertuanya dan Andin adik iparnya sendiri bahkan ke Rendi sekalipun sebagai suaminya tidak dia hargai lagi
"Bu makan dulu ya?" pinta Andin mendatangiku ke kamar
"Bantu ibu nak,buk mau makan bersama kalian di meja makan. Ibu tidak mau makan di kamar"pintaku. Dengan sigap Andin membopong tubuhku keluar
"Ayok bu kita makan dulu," ujar menantuku saat aku sudah sampai di meja makan
"Makasih ya nak.dimana Rendi?" tanyaku mencari keberadaan Rendi. dengan sedikit wajah sedih Wulan berkata
"Hari ini mas Rendi bekerja sebagai OB di kantornya sendiri buk wanita sampah itu sepertinya belum puas mempermalukan kita sehingga dengan tega dia memperlakukan mas Rendi seperti itu" ujarnya
mendengar ucapan Wulan Membuat aku geram jantungku terasa mendidih mendengarnya Wanita itu benar-benar keterlaluan bagaimana tanggapan karyawannya nanti jika bosnya tiba tiba jadi OB, belum puas juga wanita itu mempermalukan anakku.
"ya tuhan kenapa Rendi mau saja terus di perbudak olehnya.sudah cukup selama ini dia menyiksa putraku dengan cara dia tidak bisa memberikan Rendi seorang anak"bentakku geram menahan amarah inj
"Terpaksa buk," lirihnya
Percakapan kami terhenti saat mendegar motor berhenti didepan rumah tidak lama babu Najwa itu keluar buru buru sambil berlari kecil. dasar babu tidak tahu diri yang sekarang mendadak jadi Nyonya besar hanya ongkang ongkang kaki tapi di ibayar pula
Ia tampak girang menerima pesanan pesanannya dan membawanya masuk .Wulan di buat sangat geram berdiri menghampiri Surti
"Eh budaknya Najwa" panggilnya berdiri menghampiri Surti.surti menatapnya datar sembari mencuil makanan yang ada di kotak
"Enak banget ya hidup kamu!" liriknya melihat pesanan makanan yang dipegang Surti
"Terus Masalah buat loh!" singkatnya langsung berlalu melengangkan pinggulnya.wulan mengepal jemarinya gemetar melihat tingkah kurang ajar Surti
"Dasar wanita tak tau diri!" geramku ikut emosi
Wulan kembali ke meja makan dengan wajah kesel melihat tingkah Arongan Surti yang sok berkuasa seolah olah dialah nyonya di rumah ini
"Kita hanya di sediakan tempe di kulkas sementara dia makam enak tiap hari" gerutu Wulan
"Ya udahlah mbak untung kita di kasih makan tetap di syukurin aja lagian sih ibu sama mas Rendi tadinya terlalu gegabah"
"Seharusnya kita pikirkan matang matang dulu untuk menghadapi mbak Najwa,mbak Najwa itu lebih licik dari kita dan Sekarang liat siapa yang jadi pecundang Ya kan"
"Ih kamu kecil kecil berani lancang sama ibu tidak sopan kamu Andin dengan orang tua begitu" timpal Wulan
"apa sih mbak,lagian mbak juga kebelet juga mintak di nikahin padahal apa susahnya coba tunggu mas Rendi menyelesaikan dulu masalahnya sama Najwa"
"coba kalau sudah jadi begini," gerutunya lagi yang di katakan Andin ada benar juga. Tapi aku juga tak bisa salahkan Wulan di sini
"Sudah lah kalian jangan debat lagi ya. Sudah teruskan saja makannya kita perlu sabar beberapa waktu lagi," ucapku melerai keduanya
Selesai makan Andin kebali membereskan piring kotor dimeja makan.lagi lagi terdengar bunyi motor berhenti di halaman rumah
"Babu itu pesan apa lagi sih"tanya Wulan langsung bergegas berdiri mengecek keluar karena Surti tidak kunjung keluar
Ada apa dengan Wulan sehingga tifak kembali ke rumah dengan cepat. Entah siapa yang ia temui diluar sana aku coba menyusul dengan tertatih.
"Ngapain kamu kesini!" Kurang lebih seperti itu kedengarannya,Wulan bicara dengan seorang preman yang hampir seluruh lengan kanannya di beri Tato
Terlihat seperti bukan lelaki baik aku sedikit mengerutkan kening mendekat. Namun sebelum mendekat pria itu sudah pergi entah apa yang Wulan katakan padanya
"Itu siapa wulan" tanyaku penasaran saat Wulan kembali masuk ke dalam
"ulan juga tidak tau Bu dia siapa, mungkin dia salah alamat bu" ujarnya membuat aku lega rasany setelah tau ernyata bukan siapa siapa
"syukurlah kirain ibu siapa lan ibu takut melihat penampilannya sangat seram"
"Bukan siapa siapa kok bu tidak usah kuatir"
"Syukurlah kalau begitu"
"mari kita masuk lagi Bu"Wulan membantuku masuk kembali ke dalam kamar