Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 ~ Tentang Kehamilan ~
Keesokan harinya Anna dan keluarga Monteiro berkumpul untuk sarapan bersama. Anna duduk termenung dengan tatapan mata yang kosong. Suasana hatinya suram sejak kejadian yang dialaminya semalam. Anna hanya diam seperti seorang yang mengalami syok. Sementara Dean terlihat santai seolah tidak pernah terjadi apa-apa.
Tiba-tiba Anna merasakan mual saat menghirup aroma soup yang dihidangkan di hadapannya. Tn. Monteiro dan Ny. Maria langsung menoleh ke arah Anna. Gadis itu berusaha sekuat tenaga menahan muntahnya. Merasa tak enak hati, Anna segera pamit menuju wastafel. Mencoba memuntahkan isi perutnya.
"Wah, Nyonya Muda sepertinya sedang hamil?"
"Haah? Apa?" Anna terlonjak kaget saat pelayan separuh baya itu mengatakan sesuatu yang tak diduganya.
"Ya, sepertinya Nyonya Muda telah hamil," ucap pelayan lain sambil mengamati Anna dari ujung kaki ke ujung kepala.
Dugaan para pelayan itu membuat Anna terhuyung. Rasa letih langsung menyerang tubuhnya. Anna kehilangan daya hingga terduduk di lantai. Para pelayan panik dan langsung menghampiri Anna. Mereka khawatir melihat kondisi nyonya mudanya itu.
Anna sangat ingin bercerai dari Dean. Suami yang hanya memikirkan bagaimana cara menikahi kekasihnya, Veronica. Suami yang hanya merindukan kekasihnya. Bahkan di saat melampiaskan hasratnya pada Anna.
Bagaimana ini? Kenapa aku bisa hamil? Sekian banyak orang yang inginkan anak, kenapa diberikan padaku? Anak ini pasti tidak diinginkan oleh ayahnya, batin Anna lalu menangis tertunduk di lantai.
Terbayang darah dagingnya yang hidup tanpa kasih sayang dan cinta yang utuh dari sebuah keluarga. Anna yakin Dean tidak menginginkan bayi darinya. Anna merasa kasihan terhadap nasib bayi itu hingga tanpa sadar membuat gadis itu menangis.
“Aduh, maafkan kami Nyonya Muda. Kami pikir itu adalah berita gembira, tapi mungkin perkiraan kami salah, Nyonya,” ucap seorang pelayan.
“Hush, kamu ini, jangan berbohong! Dari tanda-tandanya memang seperti sedang hamil kok,” ucap pelayan lain dengan polosnya dan langsung dicubit oleh pelayan yang lain.
“Nyonya Muda, sebaiknya Nyonya Muda kembali ke ruang makan. Biar kami bikinkan teh jahe untuk Nyonya Muda yaa? Semoga bisa meredakan mualnya, Nyonya,” ucap seorang pelayan sambil membantu Anna berdiri.
Anna menghapus air matanya. Lalu melangkah perlahan ke ruang makan. Ketiga pasang mata yang sedang asyik menyantap sarapan itu langsung menoleh ke arah Anna. Menatap Anna dengan tajam seolah-olah bertanya apa Anna membenarkan dugaan para pelayan.
Seorang pelayan menyingkirkan soup yang masih terhidang di hadapan Anna. Gadis itu sempat memejamkan matanya demi menahan rasa mual. Pelayan lain menyerahkan teh jahe hangat. Gadis itu pun segera meminumnya.
“Jika benar kamu hamil, jangan bekerja lagi. Pekerjaanmu itu sangat menuntut kekuatan fisik. Kamu tidak akan sanggup,” ucap Tn. Monteiro.
“Tapi Tuan, bukannya Tuan sudah setuju kalau aku tetap bekerja?” tanya Anna.
“Saat itu kamu tidak hamil ….”
“Tapi Tuan, aku harus tetap kerja,” ucap Anna berkeras.
“Semua kebutuhanmu akan dipenuhi oleh Dean. Sebagai suami dia sangat mampu menafkahi kamu. Untuk apa bekerja lagi?” tanya Tn. Monteiro lebih keras lagi.
“Aku tidak bisa bergantung pada Tuan Dean,” jawab Anna dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Anna ragu akan kelangsungan rumah tangganya dengan Dean. Jika akhirnya mereka memutuskan untuk bercerai, Anna harus tetap memiliki pekerjaan. Anna merasa khawatir jika setuju berhenti bekerja, dirinya akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan lagi.
“Tolong Tuan, izinkan aku tetap bekerja. Aku akan jaga kehamilanku dengan baik,” ucap Anna sambil tertunduk.
Gadis itu menitikkan air mata. Anna tetap ingin memiliki penghasilannya sendiri. Tidak ingin bergantung pada Dean yang jelas-jelas membencinya. Namun, Anna tak bisa jelaskan alasannya bersiteguh untuk tetap bekerja.
“Baiklah, kamu boleh tetap bekerja tapi jangan di bagian housekeeping lagi,” ucap Tn. Monteiro. “Dean, siapkan posisi untuk Anna di kantor!" perintah Tn. Monteiro.
“Belum ada bukaan lowongan, Daddy,” jawab Dean malas-malasan, hanya fokus menyantap sarapannya.
“Aku tidak memintamu membuka lowongan. Aku perintahkan kamu siapkan satu posisi untuknya!” ucap Tn. Monteiro lebih keras.
“Baiklah! Baiklah! Aku tanyakan pada HRD hari ini,” jawab Dean sambil menoleh ke arah Anna.
Dean menatap Anna dengan sinis. Melirik dengan mata yang tajam. Dean sama sekali tidak ingin melakukan apa-apa untuk gadis itu. Sekarang Tn. Monteiro malah membentaknya demi gadis itu. Dean merasa sangat kesal.
“Setelah itu kamu periksakan Anna ke dokter kandungan,” perintah Tn. Monteiro selanjutnya.
Dean menghembuskan nafas panjang. Laki-laki itu bahkan menaruh sendok dan garpunya dengan sembarang. Anna merasa tidak enak hati melihat Dean yang enggan melakukan perintah Tn. Monteiro untuknya.
“Biar aku ke dokter sendiri, Tuan,” ucap Anna segera.
“Lalu apa gunanya, suami?” tanya Tn. Monteiro. Mendengar itu Ny. Maria yang sejak tadi hanya mendengar pembicaraan ketiga orang itu akhirnya angkat bicara.
“Hari ini Dean sudah dikasih tugas carikan posisi untuk dia di kantor, masa disuruh lagi antarkan ke dokter?” tanya Ny. Maria membela putranya.
“Lakukan tugas itu saja Dean tidak mampu? Apa tugas itu begitu berat untuknya?” tanya Tn. Monteiro.
“Ya baiklah, Daddy! Aku antar dia periksa ke dokter,” jawab Dean lalu berdiri dari meja makan mewah itu. “Aku sudah selesai sarapan. Aku mau berangkat ke kantor sekarang,” ucap Dean tanpa menoleh ke arah Anna.
“Kamu tidak ikut dengannya sekalian, Anna?” tanya Tn. Monteiro pada Anna.
“Oh, aku … aku berangkat sendiri aja Tuan,” jawab Anna ragu-ragu.
“Tujuan kalian sama, kenapa berangkat sendiri-sendiri?” tanya Tn. Monteiro.
“Hmm, baiklah Tuan,” ucap Anna lalu pamit pada Tn. Monteiro dan Ny. Maria.
Anna pun bersiap-siap untuk berangkat kerja. Anna sendiri tidak yakin Dean masih menunggunya. Kalaupun Dean telah pergi, tak masalah baginya.
Bersama Dean dalam perjalanan menuju ke hotel pastilah sangat menyiksa. Melihat gaya Dean yang tidak ikhlas memberi tumpangan hanya membuat Anna sakit hati. Anna memilih berjalan kaki menuju gerbang pekarangan rumah mewah itu tanpa mencari keberadaan Dean.
“Hey, mau ikut sekalian nggak?” tanya Dean setelah sejajarkan mobilnya dengan Anna.
“Terima kasih Tuan, aku bisa berangkat sendiri. Bukannya setiap hari kita memang berangkat sendiri-sendiri?” tanya Anna.
“Backingan mu bisa ngamuk, tuh,” jawab Dean.
Langkah kaki Anna langsung terhenti. “Tuan Dean yang hebat sekarang sudah takut pada orang tua?” tanya Anna menyindir.
“Aku harus bersikap baik mulai dari sekarang agar mendapat izin menikahi Veronica,” jawab Dean tanpa pedulikan perasaan Anna.
“Semoga usaha Tuan mencari muka pada orang tua bisa tercapai dan sukses ….”
“Karena itu bantulah aku. Kamu kan menantu kesayangan Daddy,” ucap Dean sambil tersenyum sinis. “Ayo cepatlah naik. Aku antar kamu ke dokter setelah itu ke hotel. Aku banyak urusan jadi jangan berlama-lama,” jelas Dean.
Anna diam menahan kesal di hati. Anna memang tidak suka menyusahkan orang. Anna tidak ingin karena menunggunya membuat urusan Dean terganggu. Gadis itu masuk ke mobil dan jalankan semua sesuai rencana Dean.
Setelah pemeriksaan, Dokter menyatakan kalau usia kandungan Anna menjelang delapan minggu. Anna berharap hasil yang dinyatakan dokter adalah negatif tapi itu tidak menjadi kenyataan. Dean melaporkan hasil pemeriksaan itu pada ayahnya dan mendapat keputusan.
"Aku tidak bisa ceraikan kamu. Daddy tidak izinkan aku ceraikan istri yang sedang hamil," ucap Dean setelah menelpon ayahnya.
Dean melaporkan penjelasan dokter pada Tn. Monteiro bahwa Anna benar-benar telah mengandung benihnya. Hanya itu yang diucapkan Dean pada Anna. Laki-laki itu melangkah meninggalkan Anna yang sambil termenung seorang diri.
Tanda-tanda kehamilan yang disampaikan para pelayan pada Tn. Monteiro, Ny. Maria dan Dean benar-benar jadi kenyataan. Dean diminta memeriksa dan memastikan kehamilan Anna sekaligus mengultimatum kalau laki-laki itu dilarang menceraikan Anna. Dengan tanpa dosa Dean sampaikan perintah itu tanpa pedulikan perasaan Anna. Anna tidak bisa lagi ajukan perceraian. Dean tersenyum penuh kemenangan melihat Anna yang kini tak bisa berbuat apa-apa
"Tapi jangan khawatir. Aku akan ceraikan kamu setelah bayi itu lahir," ucap Dean menghentikan langkahnya di depan pintu mobil.
Tn. Monteiro melarang Dean ceraikan Anna karena merasa takut Anna akan membawa pergi keturunan mereka. Sementara Dean tidak pedulikan itu. Dean merasa kelak dirinya juga bisa memiliki keturunan dari Veronica.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...