Lima puluh ribu tahun yang lalu terjadi perang besar yang melibatkan semua aliran seni beladiri di Medan Perang Asyura.
Dewi Pedang Yuanxin, yang berhasil menjadi peri pedang terkuat juga harus gugur di dalam medan tempur. Namun sebelum kematiannya, dia melepaskan jiwanya untuk berkelana mencari pewaris agar aliran pedang yang sebenarnya tidak menghilang dari dunia ini.
Lima puluh ribu tahun kemudian, Juan Bai yang tidak memiliki akar spiritual dan diafragma bertemu dengan wanita cantik di dalam mimpinya.
"Apakah kamu ingin berkultivasi pedang?"
"Yah, Aku ingin membalas dendam orang yang telah membantai keluargaku, dan menjadi orang kuat yang tak terkalahkan!"
Lalu, bagaimana kisah Juan Bai selanjutnya?
Simak terus ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jazzy bold, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Jalan Pedang Adalah Yang Tak Terkalahkan
"Dewi Pedang? Apakah kakak seorang ahli pedang" tanya Juan Bai di dalam mimpinya.
"Yahh, tentu saja.." Wanita itu berkata lagi, "Aku adalah satu-satunya master pedang yang masih hidup di dunia ini."
Meskipun dia terlihat berbicara pada Juan Bai, tapi matanya selalu melihat ke arah langit yang tinggi, seolah-olah sedang menantikan seseorang.
"Kak Dewi Pedang, aku dengar dulu Kultivator pedang sangat kuat, akibat hal ini juga lah yang membuat praktisi lain merasa terancam hingga akhirnya mereka bersekongkol memusnahkan praktisi pedang, apakah benar seperti itu?" Juan Bai bertanya dengan rasa penasaran.
Meskipun dia bukan Kultivator, tapi sejarah tentang musnahnya Kultivator pedang itu masih ada.
Wanita itu menggoyangkan kakinya yang mulus di kehampaan lalu berkata, "Kami Kultivator pedang adalah yang terkuat dari semua aliran, dengan pedang di tangan, kami bisa satu lawan seribu." lalu dia berujar lagi, "Selain itu, dengan satu tebasan pedang kami bisa menghancurkan dunia, atau menyerang orang yang berada di dunia lain dengan pedang yang kami gunakan."
"Dengan kemampuan seperti ini, wajar saja jika aliran lain merasa terancam dan berusaha membunuh kami semua. Hanya saja, meskipun mereka mencoba membunuh kami semua, masih ada beberapa dari kami yang hidup dan terbagi di beberapa dunia!" ucap wanita itu dengan santai.
Mendengar hal ini, Juan Bai menarik nafas dingin.
"Hisss!"
"Ini terlalu menakutkan!" gumam Juan Bai.
Kemudian dia melihat ke arah wanita itu lagi dan bertanya, "Kak Dewi Pedang, apakah aku yg tidak memiliki akar spiritual bisa menjadi Kultivator pedang?"
"Tentu saja bisa." Wanita itu berujar, "Hal yang membedakan kami dengan aliran lain adalah kami tidak membutuhkan akar spiritual sebagai fondasi, tapi kami menggunakan pedang."
"Hah, menggunakan pedang? Apa maksudnya itu?" Juan Bai menggaruk kepala karena bingung.
Dalam persepsinya, dia belum pernah mendengar cara seperti ini.
Melihat Juan Bai yang masih tidak paham, wanita itu menjelaskan dengan sabar, "Seperti ini." Wanita itu berujar, "Praktisi lain memerlukan akar spiritual untuk membentuk pusat energi, dan pusat energi itu bertujuan menampung energi Spiritual di dalam tubuh."
"Tapi bagi kami praktisi pedang, kami menggunakan pedang sebagai pusat energi, dan seiring Kultivator pedang itu tumbuh, pedang yang menjadi pusat energi juga akan tumbuh semakin kuat, selain itu." Wanita itu berujar lagi, "Ketika kamu menjadikan pedang sebagai pusat energi, maka energi yang keluar juga adalah energi pedang yang sangat tajam!" ucap wanita itu dengan sedikit kebanggaan di matanya.
Yah.. Inilah kelebihan dan kebanggaan Kultivator pedang, mereka menciptakan jalan kultivasi sendiri.
Dahulu kala sebelum jalan pedang terbentuk, semua praktisi memiliki jalan yang hampir sama, hanya teknik yang mereka miliki dan tekuni yang berbeda.
Ada yang berlatih pedang, tombak, tinju, pisau, pola dewa, Alkemis, sastra, dll.
Karena hal inilah dunia kultivasi cenderung stabil, tidak ada yang mendominasi. Tapi semenjak leluhur pedang menciptakan jalan pedang untuk Kultivator pedang, yaitu menghancurkan pusat energi dan menggantinya dengan pedang, disitulah akhirnya praktisi pedang benar-benar mendominasi.
Baik di setiap acara pertandingan resmi, atau ada tanah rahasia yang terbuka, Kultivator pedang selalu mendominasi selama puluhan tahun, hal inilah yang membuat aliran lain merasakan krisis dan membentuk aliansi menghancurkan praktisi pedang.
Ketika mendengar penjelasan wanita ini, Juan Bai memiliki keinginan di hatinya untuk berlatih pedang, apalagi jalan pedang adalah jalan yang tak terkalahkan.
Alasan dirinya ingin memilih jalan pedang kali ini karena ada dua hal, yang pertama untuk membalas dendam pada keluarga Zhao, yang kedua adalah karena di jalan pedang adalah jalan yang paling kuat.
Membayangkan dengan satu tebasan bisa menghancurkan dunia, lalu bisa menyerang orang yang berada di dunia lain dengan pedang di tangan tentunya ini adalah hal yang mustahil di lakukan oleh praktisi lain.
Juan Bai melihat ke arah wanita itu dengan harapan di matanya, kemudian berkata, "Kak Dewi Pedang, jika aku ingin menjadi Kultivator pedang, lalu apa yang harus aku lakukan?"
"Apakah benar kamu ingin menjadi Kultivator pedang?" wanita itu bertanya dengan antusias.
Dari ekspresi yang di perlihatkan, dia akan sangat senang jika Juan Bai mau berlatih pedang.
"Benar!" Juan Bai mengangguk, "Aku ingin menjadi Kultivator pedang karena dua hal. Hal pertama untuk membalas dendam, hal kedua aku tidak ingin menjadi orang yang biasa-biasa saja."
"Jadi.. Bisakah kak Dewi pedang mengajariku agar aku bisa menjadi Kultivator pedang?" ucap Juan Bai yang tidak menutupi apapun perihal keinginan balas dendam.
Menyaksikan akhirnya Juan Bai mau berkultivasi, wanita itu mengangguk bahagia. kemudian dia melambaikan tangan di kehampaan, lalu sebilah pedang merobek langit dan mendarat di tangan wanita itu.
Pedang ini berwarna biru laut, lebar dua jari dan panjang setengah meter. Pedang ini hanya berupah bilah pedang, tidak memiliki gagang.
Melihat pedang di tangannya, lalu dia melihat ke arah Juan Bai lagi lalu berkata, "Pedang ini adalah Ling Yu Nan, ini adalah pedang kelas atas." Wanita itu berkata lagi, "Setelah pedang Ling Yu Nan menjadi pusat energi mu, maka kamu harus terus menyerap pedang untuk terus tumbuh."
"Tapi ingat, jangan menyerap pedang yang memiliki tingkatan lebih tinggi dari pedang ini." ucap wanita itu.
Juan Bai mau tidak mau bertanya, "Apa yang akan terjadi jika aku menyerap pedang yang jauh lebih kuat?"
Wanita itu berkata datar, "Kemungkinan terendah adalah pedang ini hancur dan kamu akan menjadi manusia normal."
"Lalu apakah ada kemungkinan lain?" Tanya Juan Bai.
"Kemungkinan lain kamu mati!" jawab wanita itu dengan acuh tak acuh.
"Kak Dewi Pedang, seperti apa tingkatan pedang? aku takut tidak bisa membedakan lalu sembarangan menyerap!" ucap Juan Bai lagi.
Jangankan untuk tingkatan senjata, bahkan tingkatan kultivasi pun dia tidak paham.
"Hais!" Wanita itu menghela nafas tak berdaya. Lalu wanita itu berkata, "Tingkatan dasar senjata di bagi menjadi kelas rendah, menengah dan atas."
"Kelas dasar terbagi dari tingkat satu hingga sembilan, kelas menengah mengacu pada kualitas pedang dengan bahan yang lebih baik, sementara pedang kelas atas adalah pedang yang memiliki roh." ucap wanita itu pada Juan Bai.
"Lalu, apakah ada pedang yang lebih tinggi dari pedang tingkat atas?" Juan Bai kembali bertanya.
"Tentu saja ada, tapi kamu tidak perlu mengetahui itu sekarang. Yang terpenting adalah setelah menjadi Kultivator pedang, jangan pernah mengekspos diri di depan umum, jika kamu dengan sengaja melakukan itu, maka kamu akan di buru oleh semua orang!" wanita itu berujar dengan serius.
"Baik aku mengerti!" Juan Bai mengangguk. "Lalu kapan aku bisa mulai kultivasi?"
"Sekarang!" wanita itu berujar.
Kemudian dia melambaikan tangannya, dan pedang di tangannya langsung terbang menusuk perut Juan Bai dengan kecepatan seperti kilat.
"Ahhh!"
Rasa sakit yang tidak manusiawi membuat Juan Bai langsung terbangun dari tidurnya.
. . .