Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Tidak jadi makan malam
Setelah selesai berbicara dengan Sandriana, Chika diajak untuk tinggal makan malam di rumah itu sehingga dia menganggukkan kepalanya dan segera pergi ke kamar yang sebelumnya selalu menjadi kamar tempat ia tinggal ketika berada di rumah tersebut.
Saat baru saja masuk kamar, ia melihat ponsel rahasianya yang sempat dia bawa dari rumah dan mendapati sebuah pesan yang berasal dari seorang pria bernama Mr. X.
Isi pesan itu adalah sebuah foto yang dikirim oleh sang pria, yang membuat Chika sangat terkejut melihat bagaimana foto-foto itu memperlihatkan keintiman Astin dengan Irman.
"Dia bahkan berani menerima bunga dari seorang pria lain setelah dia menikah? Heh! Lihat saja nanti, aku akan membuat ini menjadi kejutan untukmu di pesta ulang tahun suamimu sendiri! Akan bagus kalau kau diceraikan di hari ulang tahun suamimu, di hadapan semua orang," ucap Chika merasa sangat senang, dia langsung menulis sesuatu di ponselnya untuk kembali dikirimkan pada Mr.X.
"Ambil lebih banyak gambar tentang kedekatan perempuan itu dengan pria lain. Aku ingin kau terus membuntutinya dan pastikan ada lebih banyak bukti yang memperkuat perselingkuhan mereka! Aku akan menambah uangmu nanti," tulis Chika pada pesan tersebut sebelum mengirimkannya pada Mr.X.
Setelah pesan itu terkirim, sebuah balasan pun muncul, "Nona Anisa tenang saja, saya akan melakukannya dengan baik."
Chika tersenyum miring menatap isi pesan tersebut, sekarang dia tidak perlu khawatir identitasnya akan terbongkar, karena dia telah menggunakan identitas temannya secara diam-diam. Bahkan jika apapun yang dia lakukan dan dia perintahkan pada pria bernama Mr. X ini, maka dia tidak akan mendapat masalah apapun.
Sungguh rencana yang sangat brilian.
Sementara itu di lantai atas, Astin baru saja keluar dari kamar mandi, Dia berjalan ke ruang kerja untuk mendapat sebuah buku agar Dia membacanya ketika pintu ruang kerja terbuka memperlihatkan Arga yang baru saja kembali.
"Kau sudah pulang, aku sudah menyiapkan air panas untukmu," ucap Astin Seraya memandangi buku setebal 5 cm di tangannya.
Arga mengangguk sambil melepaskan jasnya, lalu menggantungnya dengan rapi sebelum menghampiri Astin yang telah duduk di sofa sambil membaca buku.
Saat duduk di samping Astin, Arga langsung mengangkat perempuan itu ke pangkuannya membuat Astin terkejut.
"Biarkan Aku memelukmu sebentar," ucap Arga memeluk Astin dengan hangat, merasakan wangi tubuh Perempuan itu dan hangatnya tubuh sang istri.
"Chika dan ibu membicarakan tentang ulang tahunmu," ucap Astin setelah beberapa saat terdiam.
Meski Ibu mertuanya mengatakan bahwa itu akan menjadi sebuah pesta kejutan untuk Arga, tetapi karena Chika terlibat di sana maka dia tidak ingin hal seperti itu terjadi.
"Aku tidak suka pesta," gerutu Arga.
"Lalu apa yang kau inginkan di hari ulang tahunmu?" Tanya Astin.
"Apakah kau akan mengabulkannya?" Arga bertanya sambil menatap istrinya dengan tatapan penuh semangat, seolah-olah sesuatu yang akan ia dapatkan dari sang istri adalah sesuatu yang begitu berharga sehingga dia terlalu semangat menantikannya.
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Jangan-jangan kau menginginkan sesuatu yang,,,, hm, tapi aku akan mengabulkannya kalau itu masih berada dalam jangkauan kapasitasku," ucap Astin membuang muka dari sang suami.
Arga tersenyum, dia pun mendekatkan bibirnya ke telinga sang istri dan membisikkan sesuatu yang langsung membuat wajah Astin menjadi merah padam.
"Dasar mesum!" Astin langsung memukul tangan sang suami dan melompat turun dari pangkuan Arga sambil melemparkan tatapan penuh kemarahan pada pria itu.
Tetapi Arga masih tetap santai, pria itu bersandar sambil berkata, "aku juga akan melakukan hal yang sama di ulang tahunmu nanti, bagaimana?" Arga mengangkat segala alisnya dengan rasa percaya diri menatap sang istri.
Tetapi Astin yang mendengarkan itu, bibirnya berkedut tak karuan, "Kau pikir aku punya otak mesum sepertimu?! Jangan bicara denganku lagi!" Gerutu Astin ambil berjalan ke dalam kamar rahasia dan menutup pintu dengan keras.
Brak!
Arga tidak berkata apapun lagi, dia hanya tersenyum sambil berlalu ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Setelah selesai, dia berganti pakaian dan berjalan ke arah kamar rahasia di ruang kerja itu, didapatinya Astin sedang duduk di kursi sambil membaca buku, tampak sangat cantik dengan ketenangan yang melingkupi seluruh sisi tubuh Perempuan itu.
Kulit putih di bawah sinar cahaya lampu penerang yang tepat berada di belakang Astin membuat perempuan itu tampak bercahaya, dengan rambut panjang yang hitam lurus tergerai sampai menyentuh kursi membuatnya menampilkan kecantikan alami yang sangat indah dipandang.
Sesekali mata indah Astin berkedip menatap buku membuat bulu matanya seolah terayun dengan lembut membuat siapapun yang melihatnya akan tenggelam ke dalam mata yang tenang itu.
'Kenapa Dari dulu aku tidak menyadari kalau dia secantik ini?' Arga menggerutu pada dirinya sendiri sebelum melangkah menghampiri istrinya dan mengambil buku dari tangan sang istri.
"Ada apa?" Astin bertanya dengan bingung, Padahal dia lagi seru-serunya menikmati bacaannya.
"Makan malam dulu," ucap Arga sambil menangkup kedua pipi sang istri lalu dengan cepat mendaratkan sebuah ciuman di bibir mungil istrinya.
Cup!
Aroma sabun langsung menyeruak ke hidung Astin membuat perempuan itu dengan cepat mengulurkan tangannya ke arah leher sang suami, memeluk leher itu dengan erat dan memperdalam ciuman mereka.
Arga yang melihat gairah sang istri telah naik pun akhirnya langsung tenggelam, tangannya dengan cepat bergerak memberantakin pakaian sang istri.
Sementara itu di luar kamar, saat ini Chika berdiri di depan kamar panah dia telah mengajukan diri untuk memanggil sepasang suami istri itu agar pergi ke ruang makan, sebab makan malam telah tersedia.
Tanpa ingin mengetuk pintu, Chika langsung mengulurkan tangannya untuk membuka pintu tersebut, tetapi ternyata dikunci dari dalam.
Kening Chika mengeryit, 'tidak biasanya dia mengunci pintu. Tunggu! Apa jangan-jangan Arga yang menguncinya?' Chika menggigit Bibir bawahnya, Dia sangat tidak senang setiap kali membayangkan bahwa dia sudah tidak bebas lagi untuk keluar masuk dari kamar itu.
Bahkan dia tidak tahu apa yang sudah terjadi di sana, jangan-jangan dua orang itu sudah benar-benar dekat sampai tidur di ranjang yang sama?
Memikirkan hal mengerikan seperti itu, Chika berbalik, dia menggertakkan giginya sambil meninggalkan pintu tersebut dan turun ke lantai bawah.
Setelah tiba di ruang makan, Chika duduk di kursinya sambil berkata, "tidak ada yang menjawab."
"Mungkin mereka sedang sibuk, tidak perlu diganggu," ucap Sandriana sambil menaruh makanan di piring Chika.
Chika tampak kesal mendengar ucapan Sandriana, Tetapi dia tidak berkata apapun dan hanya berpura-pura menikmati makan malam mereka.
dasar ular kadot