The Bringer Off Sword
Kota Shushan, Kediaman keluarga Bai!
Nyala api berkibar membakar seluruh mansion keluarga Bai.
"AHHHH!"
"TOLONG!"
Suara ratapan kesedihan, kesakitan dan putus asa menggema di antara kobaran api yang membara di tengah malam.
Dari arah kejauhan, seorang pemuda berusia 16 tahun sedang menatap ke arah kobaran api yang menerangi langit malam.
Matanya merah, air matanya terus menerus mengalir tanpa henti, tangannya terkepal erat. Bahkan, urat-urat di tangannya yang kecil menonjol menandakan dia sedang marah.
Tapi apa yang bisa dia lakukan saat ini? Dia hanyalah anak remaja..
Sebelumnya, ayahnya rela mengorbankan hidupnya untuk menyelamatkan dirinya, ibunya juga tidak sempat menyelamatkan diri dan hangus terbakar.
“Nak, kamu harus lari dan pergi dari kota Shushan, lalu hiduplah dengan baik.”
Inilah kata-kata terakhir ayahnya sebelum mereka hangus terbakar.
Dari puluhan orang anggota keluarga Bai, semuanya mati terbakar, dia adalah satu-satunya orang yang berhasil selamat dari malapetaka ini berkat bantuan ayah dan ibunya.
“Ayah, Ibu..”
“Juan berjanji, kelak jika aku memiliki kekuatan, aku akan membalas dendam ini!”
Sembari berkata, dia terus menerus mengusap air matanya, lalu berbalik pergi.
“Siapa di sana?”
Suara Juan Bai sebelumnya cukup keras sehingga terdengar oleh orang lain.
Mengetahui ada orang lain, Juan Bai langsung berlari.
“Gawat, ada orang yang selamat! Cepat kejar dia.”
Seorang pria berpakaian hitam dan menggunakan penutup wajah mengejar Juan Bai bersama satu orang rekannya.
Srak! Srak! Srak!
Juan Bai terus berlari seperti orang gila tanpa memperhatikan apa yang ada di depannya, dia tidak berani berhenti. Jika dia berhenti saat ini, maka itu adalah akhir hidupnya.
“Bocah! Jangan lari.”
Seorang pria mengejar ke arah Juan Bai dengan belati di tangannya.
“Tidak.. Tidak.. Aku tidak boleh berhenti!”
“Aku tidak boleh berhenti!”
Juan Bai menguatkan tekadnya untuk bertahan hidup.
Saat dia merasa kelelahan, dia akan menggigit lidahnya agar rasa sakit itu menutupi rasa lelah di tubuhnya.
Di belakangnya, dua orang terus mengejarnya dengan aura membunuh.
Hanya saja, saat mereka sampai di pinggir jurang, mereka tidak melihat keberadaan Juan Bai.
“Sial, anak itu berlari seperti kelinci!” Pria yang memegang belati berkata dengan kesal.
Pria di sampingnya pun bertanya, “Kak Eric, lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?” Tanya pria itu dengan ragu.
“Kenapa masih bertanya, sampaikan saja pada tuan Zhao bahwa tugas kita sudah selesai.” Pria itu berkata, “Ingat.. Jangan sampai ada yang tahu ada ikan yang lolos dari jaring, jika tidak maka kita akan dibunuh.”
Setelah berkata, dia kembali memasukan belati di tangannya di dalam baju yang dia kenakan.
Tapi, yang tidak mereka ketahui, bahwa percakapan mereka didengar oleh Juan Bai yang posisinya tidak jauh dari mereka.
Beberapa meter di samping mereka, Juan Bai sedang tengkurap di kubangan lumpur untuk bersembunyi.
Disini tidak ada jalan lain lagi, jika dia terus maju maka dia akan masuk ke dalam jurang, jadi yang paling aman adalah menyatu dengan lumpur yang ada di hutan ini.
Hanya saja, dia tidak menyangka akan mendengar bahwa dalang di balik pembantaian keluarganya adalah orang keluarga Zhao.
Ini benar-benar di luar pemahamannya.
Keluarga Zhao dan keluarga Bai selama ini berteman baik, bahkan beberapa hari yang lalu diadakan pertunangan antara dua keluarga. Hanya saja siapa yang menyangka dalang di balik musnahnya keluarga Bai, ternyata adalah keluarga Zhao.
"Bisa-bisanya keluarga Zhao memusnahkan Keluarga Bai?" Juan Bai bergumam dalam hati.
Kepalanya seolah belum bisa mempercayai hal yang baru di dengarnya.
Baru beberapa hari yang lalu dia dan Talia Zhao melakukan tanda tangan pertunangan, tapi hari ini keluarga Bai di bantai dengan kejam oleh keluarga tunangannya.
Menyaksikan dua orang itu telah pergi, Juan Bai tidak langsung keluar, dia terus menunggu hingga dua jam lagi berlalu dengan cepat barulah dia berani keluar.
Setelah itu dia berlari ke arah sungai Daxi untuk membersihkan diri.
Sungai Daxi termasuk sungai kecil yang jarang di kunjungi oleh manusia, sebab berada di dalam hutan. Tapi kebetulan Juan Bai pernah kesini saat berburu bersama ayahnya dulu.
Setibanya di sungai Daxi, Juan Bai langsung melompat ke dalam danau tanpa berfikir banyak. Kemudian dia melepas pakaiannya lalu mencucinya.
Dia tidak memiliki baju lain lagi di tubuhnya, baju ini adalah satu-satunya yang dia punya. Jadi meskipun merasakan dingin menusuk tulang, setelah mencuci baju, dia kembali mengenakan baju itu.
"Apa yang harus aku lakukan??"
"Kemana aku pergi setelah ini??"
Juan Bai terus menerus bergumam kecil sambil menatap ke arah bulan di langit.
Dia tidak memiliki kemampuan apapun, tubuhnya juga sangat lemah, sangat tidak mungkin untuk bekerja terlalu keras.
"Ayah.. Ibu!"
Kembali dia mengenang saat-saat bersama kedua orang tuanya yang sangat memanjakan dirinya setiap hari.
"Nak kamu ingin makan apa, Ibu akan memasak untukmu!"
"Nak, Ayah punya hadiah baru untukmu!"
Inilah suara-suara ayah dan ibunya setiap hari yang tidak akan pernah lagi dia dengar.
Mengingat kasih sayang kedua orang tuanya, air mata kembali keluar dari matanya.
Tanpa terasa dia pun tertidur dalam kesedihannya.
Di dalam tidurnya Juan Bai memasuki alam mimpi dan bertemu dengan seseorang wanita yang sangat cantik seperti peri.
Wanita ini menggunakan gaun putih polos dan mengambang di udara, lalu di tengah alisnya ada tiga tanda garis berwarna merah.
Dari arah kejauhan, wanita ini tersenyum manis pada Juan Bai.
"Halo, Kita bertemu lagi!"
Wanita itu berucap pada Juan Bai dari kejauhan.
Melihat wanita ini, Juan Bai juga tidak merasa canggung, sebab dia sudah sering bertemu wanita ini di dalam mimpinya, dan biasanya dia akan curhat pada wanita ini.
"Halo kakak, kita bertemu lagi." Juan Bai berujar, "Kak aku sangat kesepian saat ini, semua keluarga ku di bakar hingga seluruhnya mati!"
"Lalu apa yang akan kamu lakukan sekarang?" Wanita itu bertanya sambil menggoyangkan kakinya di kehampaan.
"Aku tidak tahu, aku takut aku akan mati kelaparan setelah orang tuaku tidak ada!" Keluh Juan Bai.
"Jadi, apakah sekarang kamu mau memulai kultivasi sekarang?" Wanita itu melihat ke arah Juan Bai dan berkata.
"Kak cantik, aku tidak terlalu tertarik sebab aku tidak menyukai kekerasan, aku juga tidak memiliki akar spiritual untuk berkultivasi!" Ucap Juan Bai.
"Oh! Lalu apa yang membuatmu tertarik?" Tanya wanita itu lagi.
"Hehe, aku hanya ingin tahu siapa nama kakak dan kenapa selalu muncul di alam mimpiku." ucap Juan Bai penasaran.
"Hmm!" Wanita itu tampak memegang dagu seolah berfikir, kemudian kembali berkata, "Panggil saja aku Dewi Pedang!"
. . .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Derajat
Awal yang menarik mampir dulu
2024-10-23
1
Umar Muhdhar
1
2024-10-29
0
Nurul Pky
seru seperti nya 👍👍👍
2024-10-24
0