Tawanya, senyumnya, suara lembutnya adalah hal terindah yang pernah aku miliki dalam hidupku. Semua yang membuatnya tertawa, aku berusaha untuk melakukannya.
Meski awalnya dia tidak terlihat di mataku, tapi dia terus membuat dirinya tampak di mata dan hatiku. Namun, agaknya Tuhan tidak mengizinkan aku selamanya membuatnya tertawa.
Meksipun demikian hingga di akhir cerita kami, dia tetaplah tersenyum seraya mengucapkan kata cinta terindah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sweet Marriage 02
" Saya terima nikah dan kawinnya Leina Shanum Dewantara binti Dante Dewantara dengan Mas kawin, logam mulia sebesar 51 gram dibayar TUNAI!"
" SAH!"
Ucapan Ijab Qabul yang diucapkan oleh Ravi begitu menggema. Meskipun pernikahan ini berdasarkan kesepakatan, tapi tetap saja rasa gugup dan berdegup amat terasa di dada. Bukan hanya Ravi yang merasakannya, Leina pun demikian.
Pernikahan yang dilakukan secara sederhana dan hanya dihadiri keluarga serta sahabat itu tetaplah terlihat membahagiakan dan meriah. Semua terlihat menikmati pesta kecil-kecilan tersebut.
Tidak terkecuali Ravi dan Leina, mereka berdua juga mengembangkan senyum. Kali ini senyuman itu sungguh tercermin dari dalam hati. Tapi ekspresi itu bukanlah karena mereka akan membina kehidupan baru berumah tangga, melainkan karena tujuan masing-masing akhirnya bisa terlaksana. Tujuan menghindari keluarga yang sudah mereka susun dengan sempurna.
Hari itu juga seusai pesta, Ravi dan Leina langung menuju ke rumah mereka. Dengan dalih sibuk pada kerjaan masing-masing, mereka pun tidak akan pergi bulan madu. Tapi keduanya berjanji akan mengagendakannya suatu hari nanti.
Cekleek
" Selamat datang di rumah Lei, kamarmu sebelah sana."
" Thanks Mas Rav, ya udah aku masuk ya. Ah iya Mas, kalau mau makan ketuk pintu aja ya. Aku bisa masakin."
" Nggak usah khawatir soal itu, gampang soal makan mah."
Leina tersenyum, dengan dibantu Ravi membawa koper sampai depan pintu kamar, Leina kemudian masuk ke kamarnya yang sudah Ravi persiapkan dengan baik. Semua isi kamar sungguh sesuai selera Leina. Mungkin karena mereka berteman lama jadi sudah saling tahu kesukaan satu sama lain.
" Haah, ini pun kelihatan bagus dan sempurna. Dia emang perfeksionis sih. Tapi malah bagus kan. Baiklah Leina sekarang hidup barumu akan dimulai dari sini. Jadi ayo lakukan lagi, tapi aku mau tidur bentar lah. Ternyata capek juga, ughhhh."
Leina merebahkan tubuhnya setelah membersihkan diri dan mengganti baju. Saking lelah dan ngantuknya ia membuat sebuah kesalahan kecil.
Di kamar lain, Ravi pun melakukan hal yang sama. Saat ini Ravi tengah berbaring di tempat tidur, tapi sudah setengah jam lebih matanya belum juga mau terpejam. Ia mengangkat tangannya ke atas, dan melihat cincin yang melingkar di jarinya. Itu adalah cincin pernikahannya dengan Leina. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa akhirnya ia menikah juga.
" Suami, ya sekarang aku udah jadi suami. Ini emang kesepakatan antara aku sama Leina, tapi aku tetep bakalan ngasih dia nafkah. Bagaimanapun pernikahan kami sah di mata agama dan negara. Sebentar, ini kan belum kami bicarain. Sekarang aja kali ya, eeh tapi Leina lagi istirahat. Dia pasti capek banget. Udah biarin dia istirahat, besok aja dibicarainnya."
Ravi mengurungkan niatnya untuk bicara dengan Leina. Ia tahu betul bahwa acara hari ini cukup menguras tenaga. Pada akhirnya Ravi pun tertidur karena dia pun merasa lelah.
Mereka berdua pulang juga sudah malam, dan keduanya juga sudah makan malam dikediaman Dante Dewantara sebelum pulang jadi Ravi memutuskan untuk tidak membangunkan Leina hingga besok pagi.
Suara adzan subuh menggema di pagi yang masih gelap, namun tidak membuat Ravi terus terlena dengan tidurnya. Sudah jadi kebiasaannya untuk bangun saat adzan subuh berkumandang. Ia lalu mengambil air wudhu lalu membentangkan sajadahnya.
Hendak memulai ibadah wajibnya saat itu juga tiba-tiba Ravi ingat bahwa ia memiliki istri. Lagi dan lagi, perihal kesepakatan itu memang sudah ia dan Leina setujui tapi Ravi merasa bahwa mengajak istrinya beribadah bersama bukanlah hal yang buruk.
Tap tap tap
tok! Tok! Tok!
Ravi mengetuk pintu kamar Leina, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Ia pun mencoba untuk kedua kalinya, dan Leina tetap bergeming. Pada akhirnya Ravi kembali ke kamar sambil berpikir bahwa mungkin Leina sangat lelah sehingga tidak mendengar suara ketukan pintu.
Pria itu membiarkan hal tersebut. Ia menjalankan kewajibannya sendiri, dan setelah usai dia menuju ke dapur untuk membuat sarapan sederhana.
Ravi ingat semalam Leina berkata akan memasak jika dirinya meminta, namun mengingat pintu kamar yang tidak kunjung dibuka saat dirinya mengetuk, Ravi pun memutuskan untuk melakukannya sendiri.
" Apa Leina beneran sangat capek ya? Atau jangan-jangan dia sakit lagi."
Satu pikiran buruk melintas di kepala Ravi. Yang dia tahu, Leina juga senang bangun pagi bahkan teman yang sudah jadi istrinya itu sering menjalankan sholat malam. Maka dari itu Ravi menjadi khawatir.
Pada akhirnya ia meninggalkan kegiatannya di dapur dan kembali menuju ke kamar Leina. Ravi mencoba mengetuk pintu kembali namun tetap tidak ada jawaban. Merasa sangat khawatir, ia pun terpaksa membuka pintu kamar Leina tanpa mendapat izin lebih dulu.
" Leina," panggil Ravi pelan. Istrinya masih terbaring di atas ranjang. Ravi melihat ke seluruh tempat tidur, hanya satu sisi saja yang tampak kusut dan sisi lainnya masih rapi. Ia berkesimpulan bahwa Leina tidak pindah posisi sejak lama. Entah sejak awal ia tidur atau beberapa waktu yang lalu.
" Lei, bangun Lei. Kamu udah sholat subuh belum?"
Hening, belum ada tanggapan dari Leina padahal Ravi bicara dengan sedikit keras. Semakin khawatir, Ravi akhirnya duduk di ranjang dan menggoyangkan bahu Leina.
" Lei bangun, ini sudah terang nanti waktu subuhnya habis."
" Ya! Arghhhh."
Bruuk
Leina seperti bangun dengan keadaan terkejut. Ia kehilangan kesulitan untuk bangkit dari tidurnya dan pada akhirnya kembali terjatuh ke ranjang. Wanita itu terllihat meringis kesakitan, membuat Ravi menjadi khawatir.
" Lei, kamu nggak apa-apa?"
" Aah sorry Mas, kayaknya aku kesemutan. Mungkin karena aku tidur nggak ganti posisi jadi bagian tubuhku sebelah kanan sakit."
Ravi hanya ber-oh ria, tapi dengan cepat dia membantu Leina untuk duduk. Ia juga bertanya apa hal tersebut sering terjadi, dan Leina pun menggeleng cepat. Wanita itu berkata bahwa ini hanya terjadi sesekali kalau dia amat sangat lelah.
" Mau ku bantu buat ke kamar mandi?"
" Nggak Mas, aku nggak apa-apa. Aku bisa kok, maaf ya. Pasti Mas udah berkali-kali bangunin aku tadi.
" Its oke, nggak masalah kok. Kalau emang butuh istirahat lebih sebaiknya hari ini kamu nggak usah ke perusahan dulu. Ya udah aku tinggal ya, kalau butuh sesuatu panggil aku aja."
Leina mengangguk sambil tersenyum, ia memandang punggung Ravi hingga menghilang dari balik pintu. Ketika pintu tertutup sempurna, Leina menghembuskan nafas penuh kelegaan. Tapi setelah itu ia mencoba untuk memijit bagian tubuhnya yang sakit agar bisa segera berjalan menuju ke kamar mandi.
" Ughh, aku beneran lupa buat nyalain alarm. Haaah, jadi gini deh. Aku lupa sudah sejak kapan aku harus menggunakan alarm hanya untuk bisa mengubah posisi tidur. Haaah."
TBC
😭😭😭😭😭😭😭
Bnr" nih author,sungguh teganya dirimuuuuu
Semangat berkarya thoor💪🏻💪🏻👍🏻👍🏻
gara" nangis tnp sebab
😭😭😭😭😭
bnr" nih author
pasti sdh ada rasa yg lbih dari rasa sayang kpd teman,cuman Ravi blum mnyadarinya...
bab". mngandung bawang jahat😭😭😭😭😭
Mski blum ada kata cinta tapi Ravu suami yg sangat peka & diandalkan...
aq padamu mas Ravi😍