Menurut cerita para tetua, jika menjadi pendamping pengantin lebih dari 3 kali, akan sulit mendapatkan jodoh. Akan kah Lia mengalaminya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Efelin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Ketika Lia bersiap akan tidur, tiba-tiba HP nya berbunyi, saudara sepupunya yang bernama Diana menelepon.
" Iya kak, apa kabar. " ujar Lia menjawab telpon sepupunya.
" Malam Lia, aku baik saja. Maaf ya sudah ganggu waktu istirahatmu. " jawab Diana.
" Gak apa-apa kak. Ada apa gerangan berita terkini? " tanya Lia pada Diana.
" He...he...he... ketahuan ya ada perlunya. " ujar Diana.
" Sangat kentara kak, karna tidak biasanya kakak telpon malam- malam, apalagi biasanya kakak WA dulu kalau mau telpon. " ucap Lia.
" Iya deh, ketahuan ada perlu sama kamu. Begini Lia, kamu sudah tahu kan rencana pernikahanku bulan depan. Apa kamu bisa pulang untuk menghadirinya? " tanya Diana.
" Oh, untuk itu aku sudah tahu kak dari mama, tapi aku belum bisa memastikan bisa cuti atau tidak, karna harus melihat pekerjaanku dulu. " jawab Lia.
" Baik lah, ku tunggu beritanya ya, semoga kamu bisa hadir karna aku sangat mengharapkan kehadiranmu. " ujar Diana.
" Kalo gitu sudah dulu ya, selamat istirahat. " lanjut Diana.
" Baik kak, selamat malam. " ujar Lia sambil menutup telpon.
Diana sepupu Lia, anak dari abang papanya. Usia mereka sebaya. Dari kecil mereka tumbuh bersama. Maka dari itu, Diana sangat mengharapkan kehadiran Lia di hari bahagianya.
Setelah menerima telpon dari sepupunya, Lia pun melanjutkan tidurnya yang hampir tertunda tadi.
Keesokan harinya, Lia melakukan aktivitas seperti biasa. Hari- hari yang dijalaninya selalu dengan rutinitas yang sama. Pada pagi hari dari kontrakan pergi ke kantor dan akan kembali ke kontrakan pada malam hari, tiada waktu untuk sekedar jalan-jalan ke mall atau hangout bersama teman-teman.
Lia bukan orang yang tidak pernah pergi ke mall. Ia pergi ke mall jika ada sesuatu yang perlu ia beli karna ia membutuhkan itu. Ia tidak suka jika ke mall hanya untuk cuci mata yang menurut teman-temannya dapat menyegarkan pikiran. Justru itu dapat membuat pikiran bertambah runyam. Jika di saat iseng pergi ke mall tanpa tujuan, tiba di sana ada rasa ingin membeli sesuatu walau itu tidak terlalu penting, hal itu dapat merusak pendapatan. Hidup di kota besar seperti Jakarta, Lia berusaha untuk hidup hemat, ia tidak mau menyusahkan orang tuanya, sebisa mungkin ia hidup mandiri dengan pendapatan yang ia peroleh. Masalah hangout bersama teman, itu juga tidak mungkin karena Lia memang tidak mempunyai teman atau sahabat yang dekat dengannya. Krisa hanyalah teman satu bagian dengannya di kantor, tidak lebih.
Pagi ini Lia bersiap untuk berangkat kerja Nampaknya Lia sudah melupakan hal yang mengusik hati dan pikirannya semalam.
Sampai di kantor, Lia kembali melakukan pekerjaanya seperti biasa. Saat menjelang waktu makan siang tiba, Lia pun teringat akan pertanyaan sepupunya, Diana, tentang kepulangan dirinya.
" Apa sebaiknya aku tanya bos dulu ya, boleh tidak aku mengajukan cuti bulan depan. " ujar Lia dalam hati sambil melangkah menuju ruang pak Rudi selaku Manager, atasan Lia.
Tok...tok...tok...
" Iya, silahkan masuk. " jawaban pak Rudi dari dalam setelah Lia mengetuk pintu.
Lia pun membuka pintu dan masuk untuk menghadap bosnya.
" Ya, Lia, ada apa? " tanya pak Rudi sambil mempersilahkan Lia duduk di kursi di depan mejanya.
" Begini pak, saya bermaksud mengajukan cuti bulan depan karna mau menghadiri pernikahan sepupu saya. Apa boleh pak. " ujar Lia menjawab pertanyaan bosnya.
" Apa di jadwal saya bulan depan ada hal penting yang harus dikerjakan, Lia? " tanya pak Rudi.
" Sebentar pak, saya lihat dulu jadwalnya. " jawab Lia.
Kemudian Lia keluar menuju mejanya untuk mengambil tablet yang mencatat segala jadwal dan keperluan bosnya. Lalu ia kembali ke ruangan pak Rudi.
" Jika melihat jadwal yang ada, bulan depan tidak ada hal yang terlalu penting, pak, hanya ada rapat bulanan dengan pak Direktur dan itu jadwalnya setelah jadwal cuti saya, jadi saya masih bisa mempersiapkan berkas yang bapak butuh kan. " jawab Lia.
" Baiklah jika tidak ada pekerjaan yang terlalu penting, kamu boleh cuti. " ujar pak Rudi.
" Baik pak, terima kasih atas izin cuti saya. Jika begitu, saya permisi dulu, pak. " pamit Lia sambil berlalu meninggalkan ruang managernya.
Setelah jam istirahat selesai, Lia melanjutkan pekerjaannya, tak lupa membuat surat permohonan cutinya agar dapat di serahkan ke bagian HRD.
" Habis ngapain dari HRD? " tanya Krisa setelah Lia kembali dari menyerahkan surat cutinya.
" Habis nyerahin surat cuti, rencananya bulan depan aku mau cuti. " jawab Lia.
" Wah, ada angin apa nih, tiba-tiba yang selalu berkutat dengan pekerjaan kantor, mau cuti. Apa dapat petunjuk dari mimpi atau dapat wangsit semalam ? " tanya Krisa.
" Ngawur kamu Kris, yang benar aku habis dapat pangsit, nanti beli di mas mie ayam yang jualan di sebrang kantor kita. " jawab Lia menjawab asal pertanyaan Krisa.
" Aku cuti mau ada acara keluarga bulan depan. " lanjut Lia.
Kemudian mereka berdua melanjutkan aktivitas masing-masing.
Hari telah sore, jam pulang kerja hampir tiba. Krisa menghampiri Lia di mejanya.
" Lia, aku boleh tidak minta tolong? " tanya Krisa.
" Tolong apaan wahai putri cantik jelita. " ucap Lia.
" Hari ini rencananya aku sama mas Fenri mau cari souvenir untuk acara pernikahan kami, tapi mas Fenri ada sedikit pekerjaan mendesak. Bisa kah dirimu menemaniku ke tempat souvenir itu, nanti mas Fenri akan menyusul ke sana jika pekerjaannya sudah selesai. " jelas Krisa.
" Oh...kalo itu tentu bisa, apa sih yang enggak buat calon manten. Kebetulan hari ini kerjaanku sudah selesai, paling ada sedikit tapi besok bisa di kerjakan. " ucap Lia.
Mereka pun membereskan pekerjaan mereka dan keluar bersama sambil menunggu taxi online yang sudah di pesan, datang.
Sekarang Krisa dan Lia sudah tiba di tempat penjualan berbagai aneka souvenir dan seserahan. Lia tampak antusias melihatnya. Mereka berdua perlahan menyusuri toko-toko untuk melihat apa souvenir yang cocok.
Terkadang Lia memberi usul pada Krisa tapi nampaknya Krisa belum menemukan apa yang sesuai dengan keinginannya.
Saat hampir semua toko mereka telusuri, Lia melihat jam dinding cantik di sebuah toko.
" Krisa, coba lihat itu, apa kira-kira cocok. " tunjuk Lia pada benda yang di maksud.
" Eh, lucu dan unik juga, yuk kita ke sana. " ucap Krisa.
Mereka pun menghampiri toko itu. Setelah bertanya harga dan contoh yang ada, akhirnya pilihan Krisa jatuh pada jam dinding yang diidekan oleh Lia.
Tak lama, Fenri datang menghampiri mereka dan ia pun menyetujui pilihan calon istrinya itu.
Tak terasa waktu berjalan begitu saja, tanpa ada yang berubah pada Lia, yang masih saja sibuk dengan dunia kerjanya.