Pendamping Pengantin

Pendamping Pengantin

Bab 1

Lia adalah seorang gadis berusia 25 tahun. Dia berasal dari keluarga yang orang tuanya hanya merupakan karyawan biasa pada sebuah perusahaan di kota Tanjung.

Lia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia mempunyai adik laki-laki. Lia merupakan gadis cantik berkulit kuning langsat yang memiliki tubuh proporsional.

Di usia yang cukup matang, dia sudah mempunyai pekerjaan yang cukup baik. Dengan latar belakang pendidikan sebagai tamatan ilmu kesekretariatan, ia mempunyai pekerjaan sebagai sekretaris manager di perusahaan swasta asing.

Walau di usia mudanya, ia mempunyai karir yang cemerlang, namun tidak baik dalam hal percintaan. Sampai saat ini, Lia belum menemukan pendamping hidupnya.

Jangankan untuk mempunyai pacar, punya teman laki-laki yang dekat dengannya pun tidak ada.

Hari ini, Lia disibukkan dengan pekerjaannya, salah satunya yaitu mempersiapkan bahan presentasi untuk rapat para manager yang akan di adakan minggu depan.

Tak terasa, jam kerja telah selesai. Teman-teman satu bagian dengannya ada yang sudah pulang, ada juga yang sedang bersiap untuk pulang, tapi Lia masih sibuk dengan pekerjaannya.

" Lia, ini sudah mendekati setengah enam lho, kamu belum niat mau pulang? " tanya Krisa teman satu bagian dengan Lia.

" Belum Kris, tanggung nih, lagian takut lupa. " jawab Lia.

" Kan masih ada hari esok, Lia. " ujar Krisa.

" Lagian kamu kerjaan terus yang dipikirin, kapan nih mikirin diri sendiri, sekali-sekali kamu me time lha. " ujar Krisa selanjutnya.

" Aku tetap mikirin diri sendiri kok, buktinya walau sering lembur, tapi aku tetap sehat. Kamu bisa lihat kan aku baik-baik saja. " ujar Lia sambil melenggak lenggokkan badannya di depan Krisa, seperti seorang pragawati.

" Bukan itu maksudku Lia, tapi setidaknya pikirkan masa depanmu. Kamu bukan anak remaja atau ABG lagi. " ujar Krisa.

" Ya ...ya...ya..., aku ngerti kok maksudmu. Terimakasih ya atas perhatian dan kepeduliannya. Kalo sudah waktunya, jodoh pasti datang kok, iya kan? " jawab Lia pada Krisa sambil menaikkan alisnya.

" Iya sih, tapi kalau gak ada usaha untuk mencari, gimana mau datang, jodoh gak turun dari langit juga kali. " ujar Krisa sambil kesal karena ucapannya selalu di balas Lia.

Krisa merasa Lia terlalu cuek untuk urusan pendamping hidup.

" Eh, kalo pangeran berkudaku turun dari langit, rusak deh atap kantor ini, mana sanggup aku memperbaikinya. " canda Lia.

" Ya udah deh kalo gitu, selamat melanjutkan pacaran dengan kertas-kertas itu, aku sudah di jemput, Mas Fenri sudah menunggu di bawah. " pamit Krisa pada Lia.

" Ok, hati-hati di jalan ya. Semoga persiapan pernikahanmu berjalan dengan baik sampai hari H. " jawab Lia.

"Baik, terimakasih ya dukungannya. " jawab Krisa yang kemudian berlalu meninggalkan Lia yang melanjutkan pekerjaannya.

Begitulah Lia, jika ada pekerjaan, ia akan sebisa mungkin mengerjakan tugas itu pada hari yang sama, ia tidak suka menunda-nunda waktu.

Tepat pukul enam sore, pak Yadi, seorang OB kantor menghampiri Lia.

" Neng Lia hari ini lembur lagi? " tanya pak Yadi.

" Iya pak. " jawab Lia.

" Apa mau di belikan makan malam. " ucap pak Yadi.

" Boleh pak, sebentar ya. " ucap Lia.

Kemudian Lia memberikan pada pak Yadi selembar uang berwarna merah.

" Tolong belikan nasi tim ayam saja pak di rumah makan sebelah, jangan lupa untuk bapak juga. " pesan Lia.

" Baik neng, bapak pergi dulu ya. " pamit pak Yadi.

Begitulah Lia. Jika ia meminta tolong pada orang lain, ia selalu berbagi, karna menurutnya, rejeki yang ia miliki, ada sebagian rejeki orang lain.

Tak lama kemudian, pak Yadi datang membawa pesanan Lia dan meletakkannya di meja Lia.

" Terimakasih neng untuk makan malamnya, ini kembaliannya. " kata pak Yadi.

" Kembaliannya untuk bapak saja, siapa tahu bisa untuk cemilan adik-adik di rumah. " ucap Lia.

" Sekali lagi terima kasih, neng. Bapak ke pantry dulu ya. Jika ada perlu, hubungi saja ke pantry. " ujar pak Yadi sambil berlalu meninggalkan meja Lia.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul setengah sembilan malam ketika Lia selesai mengerjakan tugasnya.

" Hah.. pegel juga ternyata. " ujar Lia sambil menggerakkan badannya ke kiri ke kanan untuk mengurangi pegelnya.

Kemudian ia membereskan mejanya, bersiap pulang. Lia menghampiri pak Yadi di pantry dan malam ini pak Yadi adalah OB yang bertugas mengunci kantor.

" Eh.. Mbak Lia, belum pulang ya? " tanya pak Yadi.

" Ini mau pulang pak, makanya saya mau pamit sama bapak. Di ruangan bagian saya sudah kosong. Apa di bagian lain masih ada orang pak? " tanya Lia.

" Masih mbak. Pak Direktur dan asistennya belum pulang. " jawab pak Yadi.

" Kalo gitu saya pamit ya pak. " ujar Lia sambil berlalu meninggalkan gedung kantornya menuju kontrakannya.

Lia mengontrak sebuah rumah kecil di dekat kantornya agar mudah dan cepat sampai di kantor.

Sampai di kontrakannya, Lia langsung membersihkan diri, kemudian langsung menuju tempat tidurnya, berniat untuk langsung tidur karna dia sudah makan malam tadi di kantor.

Sambil merebahkan diri, Lia menatap langit kamarnya sambil merenungkan ucapan Krisa di kantor tadi yang kini sedikit mengusik hati dan pikirannya.

" Apa benar aku kurang memikirkan diri sendiri sehingga nampak tidak peduli urusan pendamping hidup? " tanya Lia dalam hatinya.

Lia sebenarnya bukan wanita yang menutup diri untuk hubungan dengan laki-laki. Tapi ia seperti harus hati-hati jika itu berhubungan dengan laki-laki yang status sosialnya berbeda. Ia punya pengalaman yang kurang menyenangkan di masa lalu.

Mungkin laki-laki itu mencintai Lia tapi tidak dengan orang tua dan keluarga besarnya. Seharusnya jika sungguh mencintai wanitanya, sebaiknya ada perjuangan dari laki-laki itu agar hubungan dengan wanita yang dicintai bisa mendapat restu tanpa menentang orang tua. Tapi tidak dengan yang di alami Lia.

Kini malam semakin larut. Lia berusaha memejamkan matanya, membuang segala pikiran buruk yang ada dan selalu berusaha berpikir positif serta meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Jika sudah tiba waktunya, semua akan terasa indah.

Terkadang Lia berpikir, haruskah ia merubah pola pikirnya mengenai masalah jodoh yang menurutnya akan ada waktunya untuk bertemu tanpa harus mempersiapkan diri serta meluangkan waktu untuk mencari teman baru yang mungkin salah satunya adalah jodohnya. Atau ia juga harus merubah penampilannya agar lebih menarik lagi bagi laki-laki.

Selama ini, Lia memang berpenampilan biasa saja, cukup bermakeup seadanya. Pelembab wajah dan bedak tipis yang ia poleskan pada wajahnya juga lipgloss warna merah bibir. Rambut pendek di bawah kuping yang hanya memakai bando atau hiasan jepit kecil di rambutnya.

Ketika Lia bersiap akan tidur, tiba-tiba HP nya berbunyi, saudara sepupunya menelepon.

Terpopuler

Comments

LISA

LISA

Aku mampir Kak

2024-08-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!