Cek visual di tiktok @author.saras.wati ❤️
Sequel dari Pesona Setelah Menjadi Janda
(Mohon untuk membaca novel sebelum nya agar kalian tidak bingung)
***
Arra yang kini berusia 18 tahun, baru saja memasuki dunia perkuliahan. Banyak hal yang berubah dalam diri gadis itu. Namun hanya satu hal yang tidak berubah, yaitu sebagai pacar dari Leo Rexander.
Meski tidak pernah di akui oleh Arra, Leo selalu kekeh mengenai hubungan mereka. Sehingga tidak sedikit orang yang mengira jika Leo hanya lah seorang pembual. Dan hal tersebut membuat beberapa laki-laki berusaha mendekati Arra.
Mau tau bagaimana keseruan Arra dan Leo menjalani kehidupan mereka? Tetap beri dukungan kalian agar author semangat untuk update setiap hari 🤗
Happy reading guys ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berbagi Rasa
"Kok baru pulang?" tanya Alvaro saat melihat Leo masuk ke dalam rumah.
"Tadi jalan-jalan dulu sama Arra, dad." jawab Leo.
"Leo, ada yang mau daddy bicarakan." ucap Alvaro membuat Leo berhenti berjalan.
"Ada apa?"
"Daddy dengar kamu bertemu dengan mami kamu ya?"
Raut wajah Leo seketika langsung berubah.
"Iya." jawab Leo singkat dan dingin.
"Kenapa kamu bersikap tidak sopan pada mami kamu? Bagaimana pun dia yang sudah melahirkan kamu, Leo." ucap Alvaro dengan serius.
"Aku nggak pernah minta di lahirkan olehnya, jadi jangan menuntut aku untuk hormat kepadanya." jawab Leo tak kalah serius.
Kedua laki-laki beda generasi itu saling adu pandangan, dan tak lama Alvaro menghela napas.
"Tapi kamu tidak boleh seperti itu, daddy tidak pernah mengajari kamu bersikap tidak sopan pada orang tua." ujar Alvaro dengan nada lelah.
"Aku tidak perlu di ajari untuk bagaimana bersikap dengan orang asing. Aku capek, aku mau istirahat." Leo langsung berbalik dan berniat langsung menuju kamar nya.
"Leo."
Langkah Leo terhenti saat mendengar suara yang sangat jarang ia dengar. Suara yang dulu sangat ia rindukan, tapi kini sangat dia benci.
"Mami mau minta maaf sama kamu, nak."
Leo mengepalkan kedua tangan nya.
"Simpan saja permintaan maaf anda itu pada pengadilan di akhirat nanti. Aku tidak membutuhkan nya." ucap Leo dengan dingin.
Leo berniat menaiki tangga, namun baru anak tangga pertama langkah nya kembali terhenti saat mendengar ucapan sang ibu yang tidak pernah ia harapkan kehadiran nya.
"Mami sakit Leo. Mami cuma mau di sisa umur mami bisa berkumpul sama kamu."
Leo menggenggam erat pegangan tangga. Leo berbalik dan langsung menatap tajam kearah sang ibu.
"Dulu anda keluar dari rumah ini untuk mencari kesenangan. Dan sekarang anda kembali untuk berbagi kesedihan? Ternyata anda jauh lebih tidak tau malu dari yang aku kira."
"Leo, jaga bicara kamu." bentak Alvaro yang tidak suka dengan cara bicara Leo.
Leo melirik ayah nya, "apa daddy mau menerima nya kembali setelah apa yang dia lakukan dulu?"
Alvaro cukup terkejut mendengar pertanyaan putra semata wayang nya tersebut.
"Aku harap daddy jangan terperdaya dengan cerita sedih nya. Bisa saja dia berbohong untuk mencari simpati kita." ucap Leo seraya menatap tajam Amanda.
Amanda terkejut mendengar perkataan tajam sang anak. Hati nya merasa terluka, namun ia tau luka di hati anaknya jauh lebih besar.
"Sudah aku bilang, jangan membuang waktu ku untuk hal yang tidak penting seperti ini."
Setelah mengatakan itu Leo langsung berlari menaiki tangga untuk menuju kamar nya.
"Leo.. Leo.. " panggil Alvaro.
"Sudah mas, aku paham kalau Leo pasti sangat membenci ku. Terima kasih sudah memberikan aku kesempatan untuk datang kesini. Kalau begitu, aku pergi dulu." ucap Amanda yang langsung berbalik tanpa menunggu jawaban dari mantan suaminya itu.
Alvaro memandang punggung Amanda yang semakin menjauh dengan tatapan iba. Jauh di dalam hati nya, sudah tidak ada lagi tempat untuk wanita itu. Hanya saja saat mendengar jika wanita yang sudah melahirkan anak nya itu sakit, dia merasa kasihan.
Itu lah sebab nya ia mencoba untuk berbicara pada Leo agar bisa memaafkan sang ibu. Tapi justru, dia telah membuka luka lama di hati sang anak.
Di sisi lain, Leo yang baru saja masuk ke dalam kamar nya menutup pintu dengan cukup keras.
Leo melepaskan tas ranselnya dan membanting nya ke lantai. Leo berteriak, mengeluarkan tekanan yang ia rasakan.
"Untuk apa kamu datang kembali, hah? Aku tidak butuh ibu seperti kamu." teriak Leo yang tiba-tiba meninju dinding dengan tangan kosong.
Berkali-kali dia meninju dinding, berusaha menghilangkan rasa sakit di hati nya. Tidak ia perdulikan tangan nya yang lecet dan mulai berdarah. Ia hanya ingin rasa sakit di hatinya segera menghilang.
Tok... Tok... Tok...
Leo berhenti saat mendengar suara ketukan. Dengan datar Leo menatap pintu tanpa berniat untuk membuka nya. Dia tau jika sang ayah lah yang datang.
Leo berjalan menuju kasur nya dengan sempoyongan. Setelah mengerahkan seluruh tenaga nya tadi, kini ia merasa cukup lemas.
Leo duduk di atas tempat tidur dengan tatapan yang kosong. Kembali teringat bagaimana dulu saat ia masih kecil sangat menginginkan kehadiran seorang ibu.
Namun semakin dia bertambah besar, keinginan itu seperti menguap entah kemana. Leo sudah tidak pernah menginginkan seorang ibu dalam hidupnya. Bagi nya sang ayah sudah lebih dari cukup untuk menemani dirinya.
"Aku membenci nya. Sangat membenci nya." gumam Leo dengan suara serak.
Air mata nya tanpa terasa menetes. Dia pikir setelah meluapkan dengan cara meninju dinding, rasa sakit di hati nya akan berkurang. Tapi dia salah, rasa sakit itu masih bertahan dan seakan ingin menggerogoti hati nya.
Leo berdiri, dia kembali mengambil kunci motor yang sempat ia lempar ke atas tidur. Dengan terburu-buru Leo keluar dari kamar nya.
Tanpa berpamitan pada sang ayah, Leo keluar rumah dan langsung naik ke atas motor nya. Pemuda itu langsung melajukan motornya sekencang mungkin.
***
Arra setelah diantar pulang oleh Leo tadi, langsung masuk ke kamar nya dan membersihkan diri. Sekarang gadis itu sedang menonton drama favorite nya di atas tempat tidur.
Namun baru beberapa menit dia menonton, pikiran Arra melayang memikirkan saat ia dan Leo di danau tadi.
Arra merasa jika keadaan Leo saat ini sedang tidak baik-baik saja, cuma laki-laki itu tidak mau berbagi dengan dirinya.
"Kamu selalu ada saat aku sedih, tapi kenapa saat kamu sedih kamu nggak mau cerita sama aku?" lirih Arra dengan tatapan lurus ke arah tablet nya yang masih menayangkan serial drama dari negeri ginseng.
Arra menghela napas nya, lalu kembali fokus menonton. Dia berharap Leo akan berbagi kisah dengan nya nanti.
***
Waktu sudah menunjukan pukul 8 malam. Alyssa turun ke lantai 1 untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan ia masak besok pagi. Namun tiba-tiba ia di kejutkan dengan kehadiran Leo di hadapan nya.
Alyssa melihat penampilan Leo yang kacau. Wajah pemuda itu juga terlihat lesu.
"Leo."
Leo langsung berjalan menghampiri Alyssa dan memeluknya.
"Mom." lirih Leo dengan suara parau membuat Alyssa merasa keheranan.
"Hei, ada apa? Kenapa kamu berpenampilan kacau seperti ini?" tanya Alyssa yang juga membalas pelukan Leo.
Meski mereka tidak memiliki hubungan darah, Alyssa sudah menganggap Leo seperti anaknya sendiri.
"Aku capek, aku..." suara isakan tangis membuat Leo berhenti bicara.
Alyssa dengan lembut mengusap punggung pemuda yang tinggi nya sangat jauh di atasnya itu.
"Ada apa, hm? Cerita sama mommy. Apa yang membuat anak mommy ini menangis?"
Bukan nya berhenti, Leo semakin menangis. Alyssa merasa sedih seakan bisa merasakan apa yang di rasakan Leo meski belum mengetahui penyebab nya.
"Kita duduk ya, mommy pegal kalau berdiri kayak gini." ucap Alyssa walau itu hanya alasan agar Leo mau duduk.
Leo mengurai pelukan nya, dan ia mengangguk. Alyssa tersenyum lalu menggandeng Leo untuk duduk di ruang keluarga.
Setelah duduk, Alyssa menatap wajah Leo yang sudah basah karena air mata.
"Kenapa? Cerita sama mommy." tanya Alyssa.
Leo yang duduk di samping Alyssa, menyandarkan kepala nya di bahu wanita yang selalu bersikap layaknya seorang ibu kepada nya itu.
Tak lama air mata Leo kembali menetes. Dia menceritakan semua yang ia rasakan termasuk kehadiran sang ibu yang sudah tidak ia harapkan lagi.
Alyssa mendengarkan dengan seksama tanpa menyela nya sama sekali. Alyssa kini semakin mengerti jika Leo sedang terluka karena rasa benci nya terhadap sang ibu kandung.
Alyssa berusaha menenangkan Leo tanpa memberi nya nasihat. Ia tahu, yang Leo perlukan hanya lah perhatian, bukan penjelasan atau nasihat.
Setelah hampir setengah jam Leo menangis, Alyssa mendengar suara dengkuran. Perlahan Alyssa menengok Leo yang ternyata sudah tidur.
Suara langkah dari tangga mengalihkan perhatian Alyssa. Dia melihat jika sang suami melihat kearahnya dengan wajah masam.
Vincent langsung menghampiri Alyssa dan berniat menyemprot Leo yang sudah berani tidur di bahu sang istri. Tapi Alyssa langsung memberi kode agar Vincent tidak berisik.
Vincent mengernyitkan kening nya saat melihat jejak air mata di wajah Leo setelah ia berdiri di hadapan kedua nya.
"Kenapa?" tanya Vincent dengan suara tertahan.
Alyssa tidak menjawab, dia justru meminta sang suami untuk membantu nya memindahkan kepala Leo.
Vincent langsung memindahkan Leo dan membaringkan nya di sofa. Dia melihat mata bengkak pemuda yang selalu bersikap berani kepada nya itu.
Alyssa berdiri di samping sang suami. Dengan berbisik, Alyssa mengajak Vincent untuk kembali ke kamar.
Kedua nya langsung pergi, namun saat di tangga mereka bertemu Arra yang berniat turun untuk mengambil air putih.
"Kak di bawah ada Leo. Nanti tolong ambilkan selimut ya." ucap Alyssa setelahnya wanita itu melanjutkan untuk menuju kamar nya.
Arra merasa bingung, kenapa ada Leo dirumah nya semalam ini. Arra menuruni tangga dengan cepat, lalu berjalan menuju ruang keluarga. Dan di sofa dia melihat Leo sedang tidur.
Arra berjalan mendekati Leo yang terlihat sangat nyenyak. Mata bengkak nya, membuat Arra tau jika pemuda itu baru saja menangis.
Arra berbalik dan menuju ke kamar tamu yang ada di lantai 1. Dia mengambil selimut untuk Leo.
Setelah mendapatkan selimut nya, Arra kembali menghampiri Leo.
Saat akan menyelimuti Leo, mata Arra melihat sesuatu pada tangan laki-laki itu.
Arra memakaikan selimut sebatas pinggang pemuda itu lalu meraih tangan Leo. Arra terkejut saat melihat tangan Leo yang terluka dan terdapat darah yang sudah mengering.
Arra mengusap luka itu dengan lembut.
"Apa sesakit itu luka di hati kamu sampai luka di fisik nggak kamu rasakan? Leo kenapa kamu nggak mau berbagi sakit itu sama aku? Aku juga mau membantu kamu." lirih Arra dengan air mata yang menetes dan tidak sengaja mengenai luka di tangan Leo.
Pepet terus neng Gladys cpa tau bisa jodoh 🤭🤭🤭