Season 2 Pengganti Mommy
Pernikahan Vijendra dan Sirta sudah berusia lima tahun lamanya, namun mereka belum dikaruniai momongan. Bukan karena salah satunya ada yang mandul, itu semua karena Sirta belum siap untuk hamil. Sirta ingin bebas dari anak, karena tidak mau tubuhnya rusak ketika ia hamil dan melahirkan.
Vi bertemu Ardini saat kekalutan melanda rumah tangganya. Ardini OB di kantor Vi. Kejadian panas itu bermula saat Vi meminum kopi yang Ardini buatkan hingga akhirnya Vi merenggut kesucian Ardini, dan Ardini hamil anak Vi.
Vi bertanggung jawab dengan menikahi Ardini, namun saat kandungan Ardini besar, Ardini pergi karena sebab tertentu. Lima tahun lamanya, mereka berpisah, dan akhirnya mereka dipertemukan kembali.
“Di mana anakku!”
“Tuan, maaf jangan mengganggu pekerjaanku!”
Akankah Vi bisa bertemu dengan anaknya? Dan, apakah Sirta yang menyebabkan Ardini menghilang tanpa pamit selama itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2
Keesokan harinya, Vi bersama Sirta pergi ke rumah Mommy Maya. Seperti biasa setiap weekend mereka berkumpul bersama dengan keluarga di rumah Mommy Maya atau di rumah Opa Ehsan. Acara seperti ini yang sangat tidak disukai Vi terlebih Sirta, karena akan ditanya soal anak pada mereka semua. Jelas mereka menanyakan keturunan pada Vi dan Sirta karena sudah lima tahun mereka belum memiliki anak. Sedangkan Akayla, Elang, dan Zefarina sudah memiliki anak.
Kadang Vi iri dengan mereka yang hidupnya terlihat sempurna oleh kehadiran buah hati di tengah-tengah keluarga kecil saudaranya. Elang selalu ingin pulang cepat dari kantor karena sudah ingin bertemu dua anaknya yang kata Elang sangat menggemaskan dan selalu Elang rindukan setiap harinya. Sedangkan dirinya setiap kali meminta Sirta hamil, malah yang muncul adalah perdebatan dan perdebatan. Sirta ngotot pada pendiriannya yang tidak mau hamil, dengan alasan dia tidak mau merusak tubuhnya, dia tidak mau tubuh seksi dan indahnya itu akan kendor, akan melar, dan lain sebagainya.
“Malas sekali aku Vi kalau weekend kumpul gini! Apa gak ada alasan untuk tidak usah ke rumah Mommy, Vi?” ucap Sirta yang tampak kesal.
“Alasan apa lagi? Weekend kemarin kita sudah tidak ikut kumpul, itu karena kamu kelayaban, ini mau alasan apa lagi?! Ini sudah jadi tradisi keluargaku, dan kamu juga dulu enjoy saja ikut?” jawab Vi.
“Itu dulu, sebelum mereka tanya anak, anak, dan anak!” jawabnya ketus.
“Makanya sudah stop minum pil kontrasepsinya! Kita harus menata itu dari sekarang mumpung umur kita belum kelewat batas, Sirta!” ucap Vi tak kalah ketusnya.
“Aku sudah bilang, aku gak mau hamil! Jangan paksa aku!” pekik Sirta.
“Lalu apa tujuan kita menikah, kalau gak ada keturunan? Aku butuh keturunan untuk menjadi penerusku nanti, siapa yang akan meneruskan mengurus perusahaan kalau aku gak ada?”
“Ya kamu punya orang kepercayaan, kan?”
“Segampang itu kamu bilang! Kelewatan kamu, Ta!”
Vi tidak menyangka, semudah itu istrinya berkata seperti itu. Istrinya selalu menolak hamil, bahkan Vi pernah ingin mengdopsi anak, pun Sirta menolaknya.
“Kamu sebetulnya ingin punya anak gak sih, Ta?” tanya Vi.
“Belum kepikiran, bahkan gak ada pikiran punya anak aku, Vi. Kamu kan sudah tahu dari dulu awal kita menikah, aku gak mau punya anak dulu, karena repot, sampai aku ingin, dan gak tahu aku inginnya kapan,” jawabnya dengan santai.
“Astaga, Sirta! Anak itu penting buat penguat keluarga kita, Ta! Penting buat keturunan dan ahli waris kita kelak!”
“Aku belum ingin, dan saat ini tidak ingin, Vi! Gak aku gak mau punya anak. Aku mau bebas!”
“Kenapa menikah kalau kamu ingin bebas? Gak usah nikah kalau begitu, Ta!”
Perdebatan di dalam mobil semakin panas. Sirta tetap pada pendiriaannya, dia tidak mau punya anak. Vi tidak habis pikir Sirta ternyata ingin bebas tanpa anak.
“Aku tidak mau repot karena anak, dan aku tidak mau merusak tubuh indahku ini karena aku hamil dan melahirkan! Aku tidak mau kamu melirik perempuan yang lebih seksi dan lebih indah tubuhnya dari aku!” ucap Sirta.
“Hanya karena itu?” tanya Vi dengan tatapan nyalang.
“Ya, semua karena itu!”
Vi menggelengkan kepalanya. Istrinya sudah benar-benar keterlaluan sekarang, bahkan sekarang dia terang-terangan tidak ingin memiliki anak karena hal tersebut. Ada perempuan yang seperti itu. Kebanyakan perempuan satu tahun belum hamil saja sudah panik, sudah periksa sana-sini untuk tahu keadaan rahimnya baik-baik saja atau tidak. Bahkan ada yang sedih berkepanjangan karena belum memiliki keturunan, dan takut suaminya akan menikah lagi demia memperoleh keturunan.
Namun, tidak dengan Sirta. Dia malah menolak punya anak. Dia lebih takut Vi melirik perempuan lain karena tubuhnya lebih seksi darinya, daripada dia takut Vi menikah lagi, mencari perempuan lagi untuk melahirkan keturunannya.
Setelah perdebatan panas, Vi memilih untuk diam. Dia sangat benci sekali berada di dalam keadaan seperti itu, di mana istrinya menolak hamil karena tidak mau merusak tubuhnya. Sampai di rumah Mommy Maya, Vi masih saja diam, tidak mau bicara dengan istrinya.
Vi berusaha menutupi apa yang sedang dialaminya sekarang dari keluarganya, tidak mungkin juga Vi menceritakan apa yang Sirta katakan pada Mommy dan Daddy nya yang sudah sangat menanti kehadiran cucu dari dirinya dan Sirta. Vi tidak mau kedua oran tuanya kecewa dengan Sirta yang memiliki keinginan seperti itu. Vi lebih banyak diamnya di rumah Mommy Maya. Tidak seperti biasnya, bercanda dengan adik semata wayangnya, juga dengan Mommy dan Daddy nya.
Setelah makan siang selesai, Vi memilih bermain dengan keponakan-keponakannya. Tidak memedulikan Sirta yang malah asik di kamar, asik berkirim pesan di grup sosialitanya. Sirta juga jarang mengajak keponakannya bermain, dia tidak suka anak kecil yang menurutnya sangat merepotkan.
Setelah semua keponakannya istirahat tidur siang, Vi duduk di ruang tamu sendirian. Dia masih memikirkan ucapan istrinya tadi.
“Kau kenapa? Ditekuk gitu wajahnya! Kurang jatah istri nih pasti!” ejek Elang.
“Apaan sih! Gangguin saja!” bentak Vi.
“Kenapa? Lagi marahan sama Sirta? Dari tadi juga Sirta di dalam kamarnya? Kak Maya juga tanya tuh, kenapa menantunya malah di kamar mulu dari selesai makan siang?” tanya Elang.
“Sirta memang begitu, biar saja,” jawabnya.
Elang tahu keponakannya itu pasti sedang punya masalah yang sangat besar karena sampai melamun sedalam itu. Meski umur mereka sama, tetap saja kedudukan Elang itu lebih tinggi dari Vi. Harusnya Vi memanggilnya paman, karena sudah biasa akhirnya dia hanya memanggilnya dengan nama panggilan saja, karena menurutnya lebih akrab.
“Yakin kau tidak mau cerita dengan Pamanmu yang bijaksana ini?” tanya Elang.
“Aku pengin punya anak, El,” ucap Vi.
Elang merangkul keponakannya itu, lalu menepuk-nepuk bahunya. “Kau kurang dalam kali? Kurang topcer!” gurau Elang.
“Sirta yang gak mau hamil. Selama ini, selama kita menikah Sirta minum pil kontrasepsi terus, El. Dia gak mau hamil. Aku harus bagaimana? Lima tahun El, aku kira dia akan berubah, dia akan rindu memiliki anak, ternyata sama sekali tidak. Dia tadi bilang punya anak akan merepotkan dirinya, dan membuat tubuhnya rusak. Wajar tidak aku marah?”
Elang juga tidak habis pikir Sirta berkata seperti itu pada Vi. Dari sekaian ribu perempuan mungkin Sirta sendiri yang tidak ingin punya anak. Setiap perempuan pasti ingin menjadi seorang ibu, bahkan kadang seorang perempuan yang belum pernah hamil dan melahirkan, merasa dirinya bukan perempuan yang sempurna.
“Kok bisa Sirta seperti itu?”
“Aku yakin pergaulannya, El. Semua temannya gak ada yang punya anak, jadi mereka bebas, main sana-sini. Semalam saja pulang jam satu pagi, El! Tolong jangan bilang Mommy sama Daddy, atau Opa sama Oma ya, El?”
“Aku gak akan ngomong, kalau masih bisa dikendalikan, kalau tidak ya gak tahu nantinya. Parah juga istrimu, ya? Kawin lagi saja deh! Cari perempuan yang mau melahirkan generasi kita, mau memberikan kita keturunan!”
“Mudah banget kau bicaranya!”
“Ya daripada kau sampai tua gak punya anak?”
Menikah lagi? Semudah itu El bilang pada Vi. Akan tetapi, Vi sempat membenarkan ucapan El yang menyuruhnya menikah lagi. Tapi dia tidak bisa karena dia sangat mencintai Sirta.