SAFFIYA RAY & RAYAN ADITNYA. Kisah gadis cantik yang mengejar cinta pria duda tampan, yang merupakan dosennya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Fey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
*******
Di depan gerbang pesantren mereka terdapat mini market yang cukup lengkap, para santri disana biasa keluar untuk membeli kepeluan mereka di tempat itu.
Ketika ingin menyebrang jalan, tiba-tiba terlihat mobil datang dari arah berlawanan dengan mereka.
Karena merasa mobil itu akan menabrak Sela, dengan cepat Saffiya langsung mendorongnya agar tidak tertabrak.
Namun Saffiya malah mengorbankan dirinya, alhasil ia yang tertabrak oleh mobil itu karena gagal menghindar setelah menyelamatkan Sela.
Gadis itu terlempar hingga kepalanya membentur keelevasi trotoar, sementara Sela jatuh kebahu jalan akibat didorong Saffiya.
" KAKAK!! " Teriak Sela ketika melihat Saffiya terlempar cukup jauh dari tempat mereka berdiri tadi.
Gadis itu berlari menghampiri Saffiya, orang-orang disekitarnya juga sudah mulai berdatangan.
Salah satu dari warga yang ada melapor kepesantren tentang insiden yang menimpa murid mereka.
Sela berusaha untuk menyadarkan Saffiya, namun tidak ada respon sama sekali dari gadis itu
Kepalanya mengeluarkan banyak darah terlihat dari hijabnya yang basah, Sela terus menangis dengan tubuh gemetar karena takut.
Ambulance pun datang, Saffiya langsung dilarikan kerumah sakit bersama Sela dan Umi Salama didalamnya.
Sesampainya dirumah sakit, gadis itu angsung dibawa keruang operasi.
Semua orang yang datang menunggu dengan cemas sambil terus memanjatkan doa untuk keselamatan Saffiya.
" Umi, semua ini salah Sela, coba aja Sela nggak ngajak kak Saffiya keluar, pasti kejadian ini tidak akan terjadi. " ucap Sela menangis sambil menyalahkan dirinya.
" Kamu nggak boleh ngomong begitu, semua ini adalah ujian dari ALLAH SWT. kita sebagai hambanya harus menerima dengan sabar, dan terus berdoa agar semua dilancarkan. " jawab umi Salama yang mencoba membuat Sela tenang, karena ia tau jika gadis itu sedang ketakutan.
Sementara didalam ruang operasi, semua dokter dan para perawat sedang berusaha untuk menyelamatkan Saffiya, gadis itu membutuhkan tambahan darah yang cukup banyak. karena benturan keras di kepalanya, membuat Saffiya kehilangan banyak darah.
" Maaf, dengan keluarga korban? " tanya salah satu suster yang keluar.
" Iya sus, gimana keadaan anak saya? " tanya umi Salama yang terlihat sangat khawatir.
" Untuk sekarang kami belum bisa memberikan kabar apa-apa, karena kami masih berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada pasien. " jawab suster itu.
Umi Salama tidak bisa lagi menahan air matanya, ia sangat cemas dengan keadaan Saffiya di dalam sana.
" Maaf buk, pasien membutuhkan donor darah yang cukup banyak. rumah sakit kami kekurangan stok untuk golongan darah AB, jadi apa keluarga ada yang ingin mendonorkan darahnya? " tanya suster itu.
Umi Salama semakin bertambah cemas, karena orang yang ikut kerumah sakit hanya ia dan Sela saja, karena suaminya masih ada urusan diluar kota.
Tanpa berfikir panjang, ia langsung menghubungi Rayan untuk meminta bantuan, karena hanya pria itu yang terlintas difikiran umi Salama sekarang.
" Halo umi, Assalamu'alaikum. " jawab Rayan yang mengangkat panggilanya.
" Halo nak, umi.. umi boleh minta tolong? " ucap umi Salama yang kesuahan bicara karena panik.
" Ada apa umi? umi kenapa? " tanya Rayan yang juga ikut panik mendengar suara uminya.
" Kamu bisa datang kerumah sakit sekarang, nanti umi ceritain disini, kamu kesini dulu. " jawab umi Salama panik.
Rayan langsung keluar dari ruanganya menuju parkiran begitu mendengar kata rumah sakit.
Dengan cepat ia melajukan motornya menuju rumah sakit.
Pria itu terlihat sangat cemas entah apa yang sudah terjadi, sehingga uminya terdengar sangat cemas seperti itu.
Sesampainya dirumah sakit, Rayan langsung masuk mencari keberadaan mereka.
" Rayan sudah dirumah sakit, umi dimana? " tanya Rayan yang menelpon uminya kembali.
" Umi diruang operasi lantai dua, kamu kesini. " jawab umi Salama.
Rayan pun masuk naik menuju lantai dua, ia berlari mencari ruang operasi yang di maksud umi Salama tadi.
Setelah menemukanya Rayan langsung terlihat kaget, karena pakaian umi Salama terdapat noda darah cukup banyak.
" Umi! umi kenapa? " tanya Rayan cemas.
" Bukan umi, tapi Saffiya. " jawab umi Salama.
" APA!! " seketika Rayan kaget mendengarnya.
" Saffiya kecelakaan Yan, sekarang dia membutuhkan donor darah, umi bingung harus mencarinya kemana, kamu tolongin umi. " jawab umi Salama panik.
" Iya, Rayan cariin, umi tenang dulu jangan panik. " jawab Rayan menengkannya.
Ia mendudukkan umi Salama dikursi agar merasa tenang sedikit.
" Golongan darah yang diperlukan apa umi? biar Rayan cariin. " tanya Rayan.
" Golongan darah Saffiya AB nak. " jawab umi Salama.
" Golongan darah Rayan AB umi, Rayan akan mendonorkan untuk Saffiya. " jawab Rayan yang langsung mencari suster.
Setelah melapor kepada suster, Rayan langsung diperiksa golongan darahnya. dan benar saja golongan darahnya sama dengan Saffiya, sehingga suster langsung mengambil darahnya untuk didonorkan.
***
Setelah selesai operasi, Saffiya langsung dipindahkan keruang rawat. Umi Salama dan yang lainya pun menuju kesana.
Berbagai alat terpasan ditubuh gadis itu, sehingga terlihat sangat menghawatirkan.
Umi Salama yang melihatnya tidak bisa menahan air matanya, sebagai seorang ibu tentu saja hatinya sangat hancur jika melihat ada salah satu anak yang sudah ia anggap sebagai anak sendiri terbaring lemah tak berdaya.
Rayan hanya bisa diam memandangi gadis itu, karena tidak bisa berbuat apa-apa. dirinya merasa sangat sedih melihat gadis yang ia cintai terbaring lemah tidak sadarkan diri.
Hari-hari berlalu, namun Saffiya belum juga sadarkan diri dari komanya.
Setiap hari sepulang kerja, Rayan selalu menyempatkan diri untuk menjenguknya.
Entah itu menanyakan perkembanganya pada dokter, atau sekedar berbagi cerita saja dengan Saffiya. walaupun gadis itu masih belum sadarkan diri.
Sekitar jam tiga sore, Rayan duduk disofa depan ranjang rawat Saffiya. ia sibuk dengan labtopnya sambil sesekali melihat kearah gadis itu untuk memastikan jika ia baik-baik saja.
Tiba-tiba Rayan melihat jika tangan Saffiya mulai bergerak, karena penasaran ia langsung menghampirnya untuk memastikan sendiri.
" Saffiya! " panggilnya pelan.
Dan benar saja gadis itu mulai memberiksan respon ketika Rayan bertanya, dengan cepat ia keluar memanggil dokter.
Dokter mulai memeriksa keadaan Saffiya, karena sudah mulai ada perkembangan baik.
" Gimana dok? " tanya Rayan penuh harap.
" Pasien sudah mulai membaik, dia sudah mulai memberikan respon ketika ada yang bertanya. ini suatu keajaiban pak. " jelas dokter itu yang juga merasa sangat senang dengan perkembangan sang pasien.
" Allhamdulillah ya Allah terima kasih. " ucap Rayan yang langsung mengucap syukur.
Tiba-tiba mata Saffiya perlahan-lahan mulai terbuka, gadis itu pelan-pelan menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam matanya.
Rayan dan dokter memperhatikannya sambil menunggu sepenuhnya Saffiya membuka matanya.
" Nona! " panggil dokter untuk memastikan jika ia sudah sepenuhnya sadar.
Saffiya hanya mengedipkan matanya menandakan jika ia sudah sadar dan mendengar pertanyaan dokter.
Rayan langsung tersenyum senang, karena melihat gadis itu sadarkan diri setelah beberapa hari koma.
Kemudian Saffiya langsung dibawa untuk pemeriksaan lebih lanjut, memastikan jika tubuhnya sudah ada perkembangan lain.
Hampi dua jam Rayan menunggu kabar dari dokter, sambil berharap semuanya akan baik baik saja.
Tidak berselang lama, dokter itu datang.
" Maaf pak, bisa ikut saya sebentar ada yang ingin saya sampaikan. " ucap dokter itu meminta Rayan untuk ikut keruanganya.
Sesampainya disana, dokter mulai menjelaskan keadaan Saffiya setelah hasil pemeriksaan.
" Pasien mengalami amnesia akibat benturan keras yang mengenai kepalanya, untuk sekarang ia tidak bisa mengingat apa-apa, bahkan namanya pun ia tidak ingat. " jelas dokter.
Seketika Rayan tersentak mendengarkan penjelasan dokter, pria itu langsung merasa tidak percaya dengan semua yang sudah terjadi.
" Apa itu akan berkepanjangan dok? " tanya Rayan memastikan.
" Untuk itu saya tidak tau pasti pak, semoga saja hanya besifat sementara. kita juga harus membantunya agar semua ingatannya bisa cepat kembali. " jawab dokter itu.
Rayan keluar menuju ruang rawat Saffiya denganr raut wajah sedih, sesampainya disana Saffiya sudah bisa duduk bersandar namun masih menggunakan alat bantu pernafasan berupa selang kecil yang terpasang dihidungnya.
Ia terlihat kebingungan karena tidak mengingat apa-apa, seperti orang linglung.
Rayan masuk kedalam kemudian duduk dikursi dekat ranjangnya.
Saffiya hanya menatapnya mencoba mengingat siapa Rayan, namun tetap saja ia tidak bisa mengingatnya.
" Gimana keadaanmu? " tanya Rayan yang mencoba bersikap biasa saja, seolah olah semua baik-baik saja. agar saffiya tidak merasa sedih.
Namun gadis itu tidak menjawabnya, Saffiya hanya terus memperhatikan Rayan.
" Ada apa? " tanya Rayan bingung.
" Apa ada yang sakit? " lanjutnya lagi memastikan.
Saffiya hanya menggeleng seperti orang kebingungan.
Beberapa menit kemudian umi Salama datang, begitu Rayan memberitahunya jika Saffiya sudah sadarkan diri.
" Assalamu'alaikum. " kata umi Salama yang masuk kedalam ruang rawat bersama suaminya.
" Waalaikum'salam umi abah. " jawab Rayan ang langsung menyalimi keduanya.
Sementara Saffiya hanya menatap keduanya dan tidak bicara sedikit pun.
Farik langsung memberikan isyarat untuk meminta mereka bersikap biasa saja, seolah-olah tidak ada yang terjadi.
" Gimana keadaanmu sayang? apa ada yang sakit? " tanya umi Salama menghampiri Saffiya.
" Tidak. " jawab Saffiya singkat sambil memperhatikan mereka.
" Umi bawain makanan, kamu mau makan sesuatu? " tanya umi Salama yang mulai membuka makanan yang ia bawa satu persatu.
Namun Saffiya hanya terus menatapnya, didalam fikiranya penuh dengan pertanyaan siapa mereka dan juga dirinya, bagaimana mungkin ia tidak bisa mengingat apa-apa.
Tiba-tiba kepala Saffiya mulai terasa sangat sakit, karena ia berusaha untuk mengingat semuanya. Saffiya meringis kesakitan sambil memegang kepalanya.
" Aaa!! " teriak gadis itu yang sudah tidak bisa menahannya lagi.
Dengan cepat Rayan keluar memanggilkan dokter, agar memeriksa keadaan gadis itu.
" Sebaiknya pasien jangan terlalu dipaksakan untuk mengat sesuatu, karena keadaannya masih sangat tidak memungkinkan. " ucap dokter yang berpesan kepada mereka.
Saffiya diberikan obat tidur agar ia tidak memaksakan diri dulu untuk mengingat kembali semua ingatanya.
###NEXT###
Salam Hangat Dari Penuliss...