“Baik, kalau begitu kamu bisa bersiap untuk menyambut kematian mama! Mama lebih baik mati!” Ujar Yuni mencari sesuatu yang tajam untuk mengiris urat nadinya.
Alika tidak percaya dengan apa yang di lakukan Yuni, sebegitu inginnya Yuni agar Alika mengantikkan kakaknya sehingga Yuni menjadikan nyawanya sebagai ancaman agar Alika setuju.
Tanpa sadar air bening dari mata indah itu jatuh menetes bersama luka yang di deritanya akibat Yuni, ibu kandung yang pilih kasih.
Pria itu kini berdiri tepat di depannya.
“Kamu siapa?” Tanya Alika. Dia menebak, jika pria itu bukanlah suaminya karena pria itu terlihat sangat normal, tidak cacat sedikitpun.
Mendengar pertanyaan Alika membuat pria itu mengernyitkan alisnya.
“Kamu tidak tahu siapa aku?” Tanya pria itu menatap Alika dengan sorot mata yang tajam. Dan langsung di jawab Alika dengan gelengan kepala.
Bagaimana mungkin dia mengenal pria itu jika ini adalah pertama-kalinya melihatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maple_Latte, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EP: 18
Alika membaca satu persatu komentar yang ada, semakin jauh dia Alika membaca komentar ke bawah semakin sedih dia rasakan. Orang-orang hanya berkomentar hanya karena melihat sesuatu yang belum pasti faktanya seperti itu.
Mereka terlalu kasar menghakimi orang hanya berdasarkan apa yang ada di sosial media. Padahal yang mereka lihat adalah sebuah kebohongan.
Dan, Helen. Dia benar-benar sudah keterlaluan, dia memfitnah Alika, membuat orang-orang yang bahkan tidak mengenal Alika menjadi benci dan memaki-maki dirinya.
Dia harus menelepon Helen untuk meminta penjelasan kenapa Helen berbuat sejauh itu, memfitnah dirinya. Kenapa Helen begitu tega membuat namanya rusak. Alika harus menanyakan itu pada Helen
Alika mencari nomor Helen lalu memencet tombol panggil.
“Kenapa kamu meneleponku?” Helen mengangkat panggilan Alika setelah beberapa kali dia men’dial nomor Helen. Alika tahu jika Helen pasti sengaja.
“Aku ingin bertanya pada kakak tentang postingan di media sosial, dan tentang klarifikasi kakak yang berbohong itu. Kenapa kak Helen melakukan itu padaku?”
“Apa maksudmu kenapa? Memangnya yang kukatakan salah? Bukankah kamu memang menikah dengan tunanganku?” Suara Helen terdengar santai dan tak peduli.
Alika tersenyum dingin, dia merasa marah, namun sebisa mungkin dia masih tetap menahan diri. Dia harus bertanya dan harus mendapat jawaban kenapa Helen tega padanya.
“Kak, apa kamu pikir ini lelucon? Apa kak Helen pikir ini lucu? Aku menjadi tranding topik di media sosial, orang-orang memaki dan marah padaku. Lalu kamu menambahnya dengan video yang kamu upload dengan mengatakan hal yang tidak benar!” Marah Alika.
“Bukankah itu bagus? Artinya kamu jadi terkenal kan, dia kenal oleh semua pengguna sosial media. Mungkin saja setelah ini kamu akan di tawari bekerja di stasiun televisi.” Ucap Helen di selangi suara tawa senang.
“Kamu memang berpikir ini sebagai candaan? Kamu keterlaluan kak.” Seru Alika.
“Memangnya apa peduliku?” Helen cuek tak peduli, lagi pula itulah yang dia inginkan.
“Kamu harus mengatakan yang sebenarnya kak, kamu harus mengatakan jika aku menikah dengan Daniel karena menggantikan dirimu.” Pinta Alika.
Helen harus membersihkan namanya, Helen harus klarifikasi kebenarannya. Memberitahu orang-orang jika berita dan video yang tersebar itu tidaklah benar.
“Aku sibuk! Aku ini wanita karier, jadi aku tidak punya waktu. Kalau kamu mau, ya kamu saja yang klarifikasi, itu juga kalau orang-orang percaya padamu.” Kata Helen di seberang sana dengan begitu masa bodoh.
Nada bicara Helen sungguh meremehkan Alika. Dia menunjukkan kemenangan, bahwa hanya dia yang akan di percaya oleh orang-orang. Sekalipun Alika mengatakan kebenarannya, tidak akan ada yang akan percaya padanya.
“Sudah dulu, aku sibuk! Aku bukan orang yang tidak punya kerjaan sepertimu.” Ucap Helen lalu memutus panggilan sepihak.
“Kak tunggu? Kak Helen?!” Panggil Alika geram. Helen benar-benar lepas tangan atas apa yang dia lakukan.
............
“Tuan Muda, sepertinya tuan harus lihat ini.” Zicko menyerahkan tab di tangannya pada Brian. Dia memperlihatkan postingan yang menjelek-jelekkan Alika.
“Video itu di unggah beberapa hari yang lalu oleh sebuah akun.” Beritahu Zicko.
Brian memutar video itu, dia melihat apa yang terjadi di perusahaan Baidi commers, ketika orang-orang menuding Alika sebagai perebut.
Brian juga melihat video yang di unggah oleh Helen, yang membenarkan jika Alika memang merebut tunangannya.
“Benar dia memang menikah dengan tunanganku. Tapi, aku ikhlas karena tunangan dan adikku adalah orang-orang yang aku cintai dan sayangi. Aku dan dia di jodohkan sejak kecil, meskipun dia cacat, aku tetap mencintainya dengan tulus. Lalu entah sejak kapan, adikku mulai tertarik dengan tunanganku itu, dia memohon padaku untuk melepaskan tunanganku.” Brian dengan serius masih lanjut menonton. memasang wajah serius menatap layar tab di tangannya. Dengan mimik wajah yang tidak bisa di baca.
“Dia mengancam jika aku tidak melepas tunanganku untuk menikah dengannya, maka dia akan bunuh diri.”
“Apa saya perlu menarik videonya dan mencari siapa yang mengunggahnya?” Tanya Zicko.
“Tidak, biarkan saja dulu, aku ingin melihat bagaimana Alika menyelesaikan semua ini.” Sahut Brian.
“Tapi tuan, nyonya muda sepertinya sangat tersudut saat ini. Orang-orang di media sosial menyerangnya, bahkan kakaknya yang kurang ajar itu berbohong untuk menjatuhkan nyonya muda.”
Bahkan Brian pun geram dengan Helen yang memfitnah Alika. Dia memang tidak terlalu dekat dengan Alika, tapi dia tahu jika istri tuannya itu adalah perempuan yang baik.
"Biarkan saja, kita buat senang saja dulu kakak iparku itu." Brian menyunggingkan senyum jahatnya.
Brian ingin membuat Helen menikmati sepuas-puasnya atas apa yamg dia lakukan pada Alika, sebelum Brian membalas perbuatan itu. Karena jika dia sudah membalas, Helen tidak akan punya kesempatan lagi untuk bernafas lega.
"Baik tuan." Zicko menurut.
Zicko tahu jika Brian nanti sudah turun tangan maka Helen tidak akan punya lagi kesempatan untuk melawan, apalagi untuk membalas.
..........
"Ada apa dengan wajahmu itu kakak ipar?" Tanya Brian saat melihat wajah murung Alika yang menatap jauh di sana saat dia berdiri di balkon rumah.
"menatap nasib." Sahut Alika asal.
"Memangnya kenapa dengan nasibmu?" Brian menatap wajah Alika.
"Hah..., aku sendiri tidak tahu." Alika menghela nafas berat.
Alika merasa hidupnya begitu berat akhir-akhir ini. Mulai dari harus menikah dengan Daniel, lalu tak dianggap oleh Daniel. pekerjaan yang dia nanti-nantikan harus gagal saat dia baru akan wawancara dan di usir langsung dari perusahaan itu.
Dan, sekarang dia di benci oleh pengguna sosial media yang termakan oleh berita palsu yang di sebarkan oleh Helen.
"Hahhh...." Sekali lagi Alika menghela nafas berat, dan kali ini lebih panjang.
Dia berharap segalanya cepat berlalu dan cepat terselesaikan, walaupun dia sendiri tidak tahu cara bagaimana menyelesaikannya.
"Kamu tahu kakak ipar, semuanya pasti akan ada jalan keluarnya, selama kamu yakin." Brian memberi ucapan penyemangat.
Alika balas menatap Brian. Setidaknya, di masa-masa sulit ini, ada Brian yang selalu membuatnya kesal dan juga terkadang bersikap baik, kelakuan Brian yang abstrak membuat Alika terkadang lupa pada hal berat yang menimpanya saat ini.
Meskipun seringkali usil dan tidak sopan, Alika mengakui jika Brian adalah pria yang baik.
"Jangan menatapku seperti itu, nanti kamu tidak akan tidur nyenyak karena terus membayangkan wajah tampanku ini." Ujar Brian membuat Alika tersadar lalu cepat-cepat membuang pandangannya dari wajah tampan itu.
"Pede sekali kamu." Ucap Alika di selangi senyum.
Brian memang benar, wajahnya memang tampan, bahkan terkadang Alika seringkali terpesona. untung saja saat dalam situasi seperti itu, Alika langsung menyadarkan dirinya jika dia adalah perempuan bersuami. Dan, Brian itu adalah adik iparnya sendiri.
trus tidak helen yg terkejut akan fakta ttg daniel