Genre: Drama, komedi, persahabatan, action brutal, romance.
Sekumpulan pemuda STM yang sedang dalam tahap pencarian jati diri.
Basis 69, basis yang melegenda di ibu kota tapi sedang tertidur lelap karena kejayaannya perlahan-lahan mulai pupus.
Abimana Pramono pemuda dengan segudang rahasia.
Pemuda berdarah panas dan berhati dingin.
pemuda dengan nyali besar dan tak kenal takut.
Pemuda yang tersenyum saat melihat darah.
Abimana Pramono anggota baru basis 69 yang akan membuat sejarah baru.
Pemuda yang akan membangunkan basis 69 dari tidur lelapnya.
Parang..!
pedang..!
celurit..!
sudah di acungkan ke udara.
tidak ada kata untuk mundur sebelum kejayaan tercipta.
-Original story by Penulis amatir-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon penulis amatir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PISAU BERMATA DUA
Ruang OSIS.
"Ketua, senior.." Agus buluk masuk kedalam ruangan OSIS, menyapa Satria dan Zaki sambil sedikit menunduk
"Gus kenapa dengan wajah kamu?". satria sedikit terkejut melihat wajah tank no 1 di basisnya yang terdapat memar dan lecet di bibir, satria tidak tau jika tank nya itu habis guling-guling di aspal
Sementara Zaki hanya mengamati buluk dalam diam dan dalam hati dia sudah menebak kemungkinan yang terjadi, instingnya berkerja dengan tajam
"Cerita nya panjang ketua". ucap buluk
"Ayo duduk dulu dan ceritakan, apa kamu bertemu dengan musuh?". Satria menebak
Buluk segera menarik kursi dan duduk, "Benar ketua, sejak seminggu yang lalu ternyata ada musuh yang mengikuti saya dan mereka adalah anak-anak 45". Terang buluk
Wajah tampan satria langsung tampak mengeras marah tapi itu hanya sesaat, satria langsung bisa mengontrol emosinya
Menjadi ketua satria harus bisa mengontrol emosinya dengan baik, tanggung jawabnya sebagai ketua basis 69 sangatlah besar dan sedikit kesalahan akan sangat berpengaruh
"Terus kamu berkelahi dengan mereka?"
"Benar ketua, mereka adalah dua assasin inti dari basis 45, saya tidak tau nama mereka tapi mereka membawa senjata golok dan pisau". ucap buluk
"Iwan dan Iko". Ucap Zaki tiba-tiba, "Dari senjata yang mereka pegang, mereka pasti pasangan saudara tahun ke dua itu.. Mereka memang anggota inti dari 45". Lanjut Zaki sambil meraih kembali rubiknya yang telah di acak-acak Satria
sebagai ahli strategi Zaki sudah menghafal seluk beluk tentang semua anggota basis musuh, termasuk basis 45 musuh bebuyutan dari basis 69
"Benar senior, salah satu dari mereka sempat memanggil adik kepada satu lainnya". Buluk tidak bisa untuk tidak kagum, senior Zaki memang punya daya ingat yang mengerikan
"Melawan 2 musuh yang membawa senjata pasti sangat berat buat kamu dan kamu bisa selamat hanya dengan luka kecil.. apa kamu kabur? Itu adalah pilihan yang tepat, keselamatan adalah nomer satu". Satria mencoba mengerti dan tidak marah, kabur dari pertempuran yang tidak seimbang adalah langkah yang baik, mundur bukan berarti kalah
Buluk hanya tersenyum canggung saat ini dan itu tidak luput dari pandangan Zaki yang otaknya langsung bisa mengartikan arti dari senyum itu
"Apa kamu tidak kabur?". tanya Zaki dengan senyum tipis
Satria tampak terkejut dengan pertanyaan Zaki, memandang buluk yang tampak mengangguk pelan
"Apa yang terjadi? jika kamu tidak pergi berarti kamu..
"Benar ketua dan benar senior dengan tebakannya, saya tidak lari dan melawan karena saat bertemu dengan musuh, saya bersama dengan junior saya". Buluk berucap jujur
Setelah itu suasana hening saat buluk bercerita tentang semua kejadian yang terjadi saat pertempuran terjadi antara dia dan Bimo melawan musuh dari basis 45
Sepanjang Buluk bercerita satria tampak tenang tapi di dalam hati dia sangat terkejut, junior Agus ini sangat sadis dan brutal.
Zaki yang mendengarkan juga tampak berhenti memainkan rubik di tangannya
Junior Agus buluk lebih menarik daripada rubik ditangannya, Zaki tampak sedang mencerna semua perkataan buluk
Setelah Buluk selesai bercerita suasana hening untuk beberapa saat sampai Satria bersuara, "Jadi dimana junior kamu itu sekarang?". Tanya satria langsung
"Tadi dia mengatakan ingin ke kamar kecil yang dekat dengan parkiran motor, mungkin masih berada di sana dia saat ini". Jawab buluk
"Jadi misi kamu berhasil?". Tanya satria lebih lanjut
Buluk tampak terdiam sesaat dan tidak berani bicara dan ragu
Zaki yang memandang buluk lagi-lagi bisa dengan mudah menebak dari ekspresi wajahnya
"Tidak mungkin junior kamu mau bergabung dengan basis begitu saja kan?". Zaki menebak
"Memang senior adalah yang terbaik dan tau semuanya". Buluk memuji Zaki dan setelahnya memandang satria
"Ketua junior saya setuju untuk bergabung dengan basis kita tapi dia memiliki beberapa syarat". Ucap buluk takut-takut
Satria tampak tenang, tapi dalam hati dia sedang berfikir dan menimbang-nimbang.
Dari video yang pernah dia lihat dan dari penjelasan Agus tadi, satria tau jika pihak lain memang berbeda tapi satria masih ragu, ragu jika syarat dari pihak lain terlalu besar dan dapat mempengaruhi anggota lainnya
"Ki?". panggil satria pelan dan memandang Zaki
Zaki tersenyum tipis dan langsung duduk tegak, dia memang sedang menunggu Satria memanggil namanya
"Ri merekrut orang ini ke dalam basis seperti kita membeli pisau bermata dua". Ucap Zaki serius
"Maksud kamu?". satria tampak percaya sepenuhnya dengan Zaki dan meminta dia untuk mengungkapkan apa yang dia pikirkan
Buluk juga tampak sangat serius saat ini, menunggu Zaki melanjutkan penjelasannya
"Dari video yang pernah kita lihat dan dari penjelasan Agus barusan, orang ini bukan lagi berbakat tapi terlahir untuk menyakiti dan sangat brutal, sadis dan berbahaya, Kita akan kesulitan untuk mengendalikan dia nantinya tapi di satu sisi basis kita memang membutuhkan anggota seperti dia".
"Dengan adanya dia di medan tempur aku yakin dia bisa menjadi pembeda dan memompa semangat anggota lainnya tapi kamu harus ingat dan siap Ri". Zaki memandang Satria serius
"Anggota seperti ini tidak akan pernah taat dengan aturan suatu organisasi dan dia akan terus bertidak semaunya sendiri, selain keras kepala.. Orang tipe ini adalah orang yang akan menimbulkan masalah setiap harinya, seakan-akan masalah mengikuti setiap langkah kakinya". Zaki berucap panjang dengan serius, mengatakan apa yang dia pikirkan setelah mengamati dan mendengar tentang junior dari Agus buluk
Satria tampak serius berfikir saat ini menimbang pro dan kontra yang ada
Buluk yang dari tadi diam mendengarkan Zaki bicara tampak geleng-geleng kepala memandang Zhuge liangnya Basis 69, julukan itu memang tidak sekedar julukan
"Jangan pandang gua seperti itu, gua udah pucat cewe". Dengan wajah datar tanpa ekspresi Zaki bicara tanpa melihat buluk, Zaki insting nya sangat tajam
"Maaf senior, tidak saya sangka senior bisa menebak dan menilai tentang junior saya dengan tepat dan akurat, Bimo memang orang gila yang punya masalah mental serius.. dia menganggap dunia ini berputar di sekitarnya dan dia menjadi pusatnya".
"Itu bukan masalah mental tapi rasa percaya diri yang sudah masuk ke dalam tahap memandang orang lain seperti memandang semut". Zaki punya pendapatnya sendiri, pendapat yang lebih logis
"Ki menurut kamu dampak apa yang bisa dia ciptakan jika dia bergabung dengan basis?". Satria masih bimbang
"Aku tidak bisa memprediksi masa depan Ri tapi kemungkinan basis kita berjaya lagi dengan adanya dia adalah 80 persen". Zaki menunjukan 8 jari tangannya
"Itu sangat tinggi". ucap satria bersemangat tapi dia segera tenang karena Zaki masih tampak ingin berbicara
"Memang sangat tinggi tapi kembali lagi, ke masalah awal.. apakah kamu bisa mengendalikan dia? jika kamu tidak bisa mengendalikan dia, 80 persen itu akan musnah bersama basis kita".
Satria yang semula bersemangat langsung tampak tertunduk, hasil dan resiko sama-sama besar
Benar apa kata Zaki junior Agus bagai pisau bermata dua
Satria berdiri dari duduknya dan kembali berjalan menuju ke jendela memandang langit biru dan berfikir
Zaki tau apa yang di pikirkan sahabat nya tapi dia memilih diam dan kembali memainkan rubiknya, sementara Buluk diam dan memandang punggung sang ketua
Keputusan pada akhirnya harus satria yang menentukan, Zaki hanya akan memberi nasehat tapi Zaki mengenal satria luar dalam
Sebelum mengetahui hasilnya, senyum kecil sudah tercetak di sudut bibir Zaki
Satria berbalik badan dengan ekspresi wajah serius dan di dalam hati dia sudah mantap dengan keputusannya dan dia akan mengambil resiko itu, ini demi basis 69
"Gus cepat telfon Bimo itu dan suruh dia kemari dan kita dengar bersama syarat apa yang dia mau". Ucap satria mantap
Mendapat perintah buluk langsung berdiri dan mengambil ponselnya di dalam saku dan langsung memanggil nomer hp Bimo
***
Di taman STM tunas bangsa
Bimo tanpa banyak bicara lebih lama langsung melesat maju membelah angin dengan kecepatan nya, berlari ke depan menuju Sandi tank nomer 3 basis 69 yang mencari masalah sejak awal kedatangan nya, mengganggu Bimo dan melukai hati serta wajah Sholeh
Sandi tampak terkejut karena tidak mengira pemuda di depannya akan langsung menyerang tanpa basa basi.
Sandi segera mundur untuk jaga jarak dan menyiapkan kuda-kuda
Bimo terus mengejar dan dalam benaknya, Bimo ingin memberikan rasa sakit yang tidak akan musuh lupakan.
Bimo telah sampai di depan musuh yang juga telah bersiap untuk menyambut serangan Bimo.
Bimo tarik ke belakang tangan kanannya mengambil ancang-ancang untuk memukul dan..
"Wussssshhh.." Tinju Bimo melesat ke depan ke arah dada sandi.
Sandi yang telah bersiap sejak awal tidak ingin bertahan seperti saat melawan Sholeh, dengan percaya diri sandi ingin mengakhiri pertarungan ini dengan cepat dan saat ini dia meremehkan pemuda di depannya.
Sandi juga menarik tangan kirinya ke belakang dengan jari-jari yang mengepal dan..
"Wussssshhh.." Tinju sandi melesat berhadapan langsung dengan tinju Bimo.
"PRAAAAKKKK...". Suara dua tinju bertabrakan di udara, suara tulang yang saling berbenturan.
Bimo terbawa mundur 3 langkah ke belakang efek dari power pukulan musuh.
Sementara sandi juga terbawa mundur 2 langkah kebelakang dan dia langsung terkejut merasakan sakit di tangannya.
Sandi tampak tidak percaya, tinjunya yang besar dan kuat dengan powerfull hampir seimbang dengan tinju kecil pemuda di depannya.
Bimo juga merasakan sakit tapi sakit kecil seperti itu tidak dia rasakan sama sekali
Bimo segera meluncur ke depan lagi dengan kaki kiri naik ke udara mengincar samping kanan kepala musuh
Sandi yang belum pulih dari keterkejutan nya dengan panik menaikkan tangan kanannya di dekat kuping.
"PRAAAAKKKK..! suara tulang berbenturan kembali terdengar dan kali ini adalah tulang kering kaki kiri Bimo yang bertemu dengan siku sandi yang melindungi kepala sampingnya
Power tendangan Bimo kuat dan efek nya membuat sandi sempoyongan ke arah kiri.
Melihat musuh goyah, Bimo segera memanfaatkan peluang.
"Buugggkkk!". Bogem mentah Bimo tepat mengenai tulang rusuk sandi sebelah kanan
Sandi yang masih belum bisa berdiri dengan tegak merasakan rasa sakit di rusuknya.
Bimo segera melancarkan pukulan lagi tapi sandi segera menghindar dan menjauh menjaga jarak dari Bimo dan stabilkan nafasnya.
"Bangsat! gua bunuh loe bangsat..!" Sandi meraung marah dan emosinya semakin tidak terkendali merasakan sakit di siku dan tulang rusuknya.
"Bangsat..! maju loe bangsat..! Jangan bacot doang bangsat..!". Bimo menantang dengan keras.
Boris yang masih memangku kepala Sholeh tidak berkedip sejak tadi melihat aksi Bimo menyerang sandi
Sholeh yang telah sadar pun tampak terkejut, di dalam tubuh Bimo yang kurus ternyata menyimpan kekuatan yang sangat besar.
"Gua bunuh loe bangsat!". Sandi merasa di tantang semakin emosi dan langsung melesat maju ke depan dan kali ini dia yang akan menyerang terlebih dahulu.
Permintaan pertama yang mencengangkan bagi orang yang sudah tegang duluan..
ha...ha...