Menutupi jati dirinya sebagai pemimpin dari dunia bawah yang cukup ditakuti, membuat seorang Kenzo harus tampil dihadapan publik sebagai CEO dari perusahaan Win's Diamond yang sangat besar. Namun sikapnya yang dingin, tegas serta kejam kepada siapa saja. Membuatnya sangat dipuja oleh kaum wanita, yang sayangnya tidak pernah ia hiraukan. Dengan ditemani oleh orang-orang kepercayaannya, yang merupakan sahabatnya juga. Membuat perusahaan serta klan mereka selalu mencapai puncak, namun Kenzo juga hampir setiap hari menjadi sakit kepala oleh ulah mereka.
Hingga pada akhirnya, Kenzo bertemu dengan seorang wanita bernama Aira. Yang membuat hidupnya berubah begitu drastis, bahkan begitu memujanya sampai akhirnya Aira harus pergi dari kehidupan Kenzo dan membawa dua darah daging yang tidak ia ketahui.
Bagaimana kehidupan Kenzo saat kepergian Aira dari kehidupannya serta mengetahui darah dagingnya tumbuh dan hidup dan menjadi anak yang sangat berpengaruh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMr.K 2.
"Bunda, Aira berangkat ya." Dengan mencium punggung tangan tersebut.
"Iya nak, hati-hati dan semangat bekerjanya." Bunda pun memberikan suport kepada anaknya.
"Eh, abang tidak ni?" Shaka, anak pertama yang merupakan abang dari Aira.
"Iya abangku sayang, yang gantengnya sudah ketinggalan jaman." Aira menghampiri Shaka dan mencium punggung tangannya.
"Hush, jangan meledek abangmu terus nak. Nanti gantengnya makin ketinggalan." Tawa Bunda yang sudah tertahankan.
"Bunda." Shaka yang tersudutkan oleh kedua wanita tercintanya.
Bagaimana tidak ketinggalan, Shaka memiliki perasaan wajah yang cukup tampan. Namun pada usianya yang sudah menginjak Tiga puluh dua tahun, dirinya tidak kunjung mengenalkan wanita manapun sebagai pasangannya.
"Iya maaf, abangku. Nanti telat loh mau bertemu klien pentingnya, Bun. Nanti Aira pulang sedikit telat ya, soalnya nanti ada kerja tambahan." Aira mengambil tas ransel miliknya dan bersiap untuk berangkat.
"Iya nak, pokoknya hati-hati dan jangan lupa sholat. Abang juga, nanti Bunda mau belanja ke pasar. Sudah pada mau habis bahan-bahan dapur, ada yang mau kalian titip atau mau request makanan apa?" Bunda menawarkan kepada kedua anaknya.
"Buat bakso aja yuk bun, sudah lama tidak makan makanan itu. Benar kan bang?" Aira yang memiliki darah Indonesia, sangat menyukai makanan tersebut.
"Boleh juga, abang sama saja bun. Pokoknya Bunda jangan terlalu capek, kesehatan adalah yang utama." Shaka pun bersiap juga untuk berangkat bekerja.
"Baiklah, kalian berdua hati-hati ya." Bunda tersenyum.
"Assalamu'alaikum." Baik Shaka maupun Aira mengucapkan salam.
"Wa'alaikumussalam."
.
.
.
.
Bekerja pada sebuah restoran yang cukup ternama, membuat Aira harus menjaga semua kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dengan hadir tepat waktu, kini dirinya bersiap untuk menggunakan pakaian khusus dari tempat kerjanya, bersama dengan para temannya yang lain.
"Ra, nanti barengan ya." Tegur Shinta yang merupakan teman dan sahabat Aira.
"Siap bos." Jawab Aira dengan tersenyum.
"Bos bos, nanti kamu yang malah jadi nyonya bos. Dasar kamu ya, eh. Si Bima mana? Tumben belum kelihatan tu congornya." Mata Shinta mencari keberadaan teman mereka satu lagi.
"Aamiin, terima kasih doanya sayangku. Tu Bima, lagi absen. Ciye ada yang kangen nih." Ledek Aira pada Shinta.
"Ish, apaan si. Kita itu satu, jangan ngadi-ngadi ya. Yuk kerja, semangat buat mencari cuan." Shinta menarik tangan Aira.
Aira tertawa melihat sikap sahabatnya itu, memang mereka bertiga sudah begitu dekat sebagai teman maupun sahabat. Namun mengenai perasaan, tidak ada yang mengetahuinya. Bima yang baru hadir, melambaikan tangannya kepada dua sahabatnya. Lalu mereka memulai pekerjaannya dengan begitu semangat, dimana saat Cafe baru saja dibuka dan pengunjung Cafe pun mulai berdatangan.
Pesanan demi pesanan berdatangan dan mereka siapkan, dengan memiliki koki handal dalam bidangnya. Sehingga pesanan yang ada tidak membuat para pelanggan lama menunggu, dengan sigap ketiga sahabat itu melakukan tugasnya. Begitu pula dengan para karyawan yang lainnya, mereka bekerja dengan tugas masing-masing.
Hingga menjelang siang, Cafe tersebut kedatangan para tamu yang mengadakan pertemuan disana. Namun kehadiran tamu tersebut, membuat para karyawan serta para tamu wanita disana berdecak kagum, mereka membicarakan seseorang yang menempati tempat khusus disana.
"Ra, Aira. Lihat, tu orang ganteng pakek banget. Ya ampun Ra, mataku jadi begini." Shinta mengusap-usap matanya.
"Apaan sih?" Aira merasa penasaran melihat Shinta dan beberapa teman kerjanya menjadi aneh.
Pandangan mereka tertuju pada salah satu sisi ruangan yang ada dicafe tersebut, terdapat beberapa orang pria dan juga ada wanitanya. Mereka sedang mengadakan pertemuan, sepertinya membahas mengenai pekerjaan. Dan Aira tidak memperdulikannya, ia pun ditugaskan untuk menghantarkan pesanan ke meja konsumen.
Brakh!
Suara bising terdengar, nampak seorang wanita sudah berada di lantai. Dengan kondisi berbenturan dengan meja, sungguh terlihat begitu miris. Dikarenakan posisi Aira yang cukup dekat dengan wanita tersebut, ia segera membantu wanita tersebut dan dibantu dengan teman-temannya yang lain.
"Maaf tuan, tolong jaga emosi anda. Kita sedang berada dikeramain, anda bisa menjadi pusat perhatian." Ansel menahan Kenzo yang tersulut emosinya oleh sekretaris dari kliennya.
"Batalkan kontraknya, pastikan perusahannya hancur!" Kenzo berdiri dan hendak keluar dari Cafe tersebut.
"Argh!!" Aira tiba-tiba saja berteriak dengan sangat keras.
Disaat dirinya sedang membantu wanita tersebut, telapak kaki Aira tidak sengaja terinjak dan rasanya begitu sakit. Namun sang pelakunya seperti tidak memiliki rasa bersalah sedikit pun, lalu dengan perasaan geramnya ia berjalan mengejar orang tersebut dan langsung membalas seperi yang dialaminya.
"Aaaa!" Kenzo berteriak tatkala kakinya tiba-tiba saja di injak oleh seseorang.
"Satu sama tuan, kita sakit sama sakit. Impas!" Seru Aira lalu berlalu dari hadapan Kenzo.
"Kau!!" Erang Kenzo yanh tidak menerima perlakuan itu.