Memiliki Kakak tiri dengan segudang pesonanya membuat Neira berperang dengan perasaannya.!
Bagaimana bisa Neira harus menahan dirinya untuk tidak menyukai Kakak tirinya dengan semua perhatian yang dia dapatkan juga semua perlakuan manis darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Encha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gevandra Bara Ataska
Gevandra terus menatap Neira yang berlari masuk ke dalam taxi online.
Entahlah, tapi jika tidak salah lihat Perempuan itu tampak menangis.
Gevan pun lantas menggeleng dan kembali melajukan motor sportnya menuju tempat dimana teman-teman sudah menunggu.
Gevandra Bara Ataska laki-laki tampan yang selalu di kagumi oleh semua kaum hawa namun sifat dinginnya membuat banyak perempuan yang merasa semakin penasaran dan ingin menjadi kekasihnya.
Setelah beberapa menit, motor sportnya terparkir di depan sebuah Cafe. Terlihat juga beberapa motor lain yang tak lain adalah motor teman-teman sudah terparkir di sana.
Dia lantas segera masuk ke dalam, matanya menatap sekitar dan sebuah panggilan membuatnya langsung berjalan mendekat.
"Ge"
Gevan mengangguk dan berjalan menghampiri beberapa cowok yang sudah bertengger di sana.
"Lama banget sih Lo." Ucap Panji salah satu dari mereka.
"Gak nyasar kan Lo?" Lanjut Romi
"Ya udah kali, Gevan juga udah datang juga."
Mereka mengangguk dengan Gevan yang duduk di samping Alvar
"Muka Lo kenapa Ge"
"Gapapa."
Alvar mengangguk.
sudah biasa juga Gevan selalu bicara irit. Namun di balik semua sikap cueknya Gevan merupakan teman dan sahabat yang begitu peduli dengan temannya.
Seperti saat ini, di saat Panji meminta Gevan untuk membayar semua pesanan mereka dengan mudahnya sebuah anggukan mereka dapatkan.
"Gue ke toilet dulu."
Gevan berjalan menuju toilet di sana. Entahlah dia terus memikirkan perempuan yang hampir dia tabrak tadi. Bahkan wajah dengan air mata yang terus menetes membuatnya semakin penasaran.
Shit. Umpatnya yang langsung membasuh wajahnya.
Gevan berjalan keluar dan kembali menuju meja dimana Teman-temannya berada.
Terlihat sudah ada beberapa makanan juga minuman di sana.
"Jadi gimana rencana Ospek minggu depan." Ucap Alvar menatap Gevan yang memang menjadi Ketua BEM di kampusnya.
"Seperti biasa."
Alvar mengangguk, dia tau apa yang Gevan maksud.
Dan memang tujuan mereka kumpul di Cafe pun tidak lain untuk membahas Ospek yang akan di adakan Kampus mereka.
Mereka memang salah satu Mahasiswa yang aktif dalam setiap kegiatan Kampus. Seperti saat ini, setelah libur semester dan kampus mereka akan kembali menerima mahasiswa baru di kampusnya.
Gevan yang tak lain adalah ketua BEM membuatnya sibuk dengan semua kegiatan.
Gevan bahkan selalu bertanggung jawab dengan semuanya, membuat banyak Mahasiswa yang kagum dengannya.
Walaupun sebenarnya Gevan adalah anak dari salah satu Donatur terbesar di Kampusnya, namun dia tidak pernah sombong dan menampakkan jika dirinya adalah anak dari orang kaya.
Karena menurut Gevan, kekayaan tidak akan selamanya datang dan juga tidak akan pernah di bawa sampai mati.
Hingga jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, mereka segera bangkit dan berniat untuk pulang dan juga keadaan Cafe yang mulai sepi.
Gevan menuju motornya setelah selesai membayar semua pesanan mereka. Padahal dirinya hanya memesan minuman dan lebih banyak Panji juga Romi lah yang memesannya namun Gevan sama sekali tidak mempermasalahkan itu.
"Pada balik kan atau mau ke markas?" Ucap Panji yang sudah bertengger di atas motornya.
"Balik deh, lagian besok juga kita masih harus siapin semuanya."
"Ya udah, gue duluan."
"Hati-hati."
Tinggal Alvar juga Gevan di parkiran yang masih berdiri di samping motor besar milik masing-masing.
Namun sedari tadi Alvar terus memperhatikan wajah Gevan yang terlihat memikirkan sesuatu.
Dia bukan sebentar mengenalnya, mereka sudah lama bersahabat bahkan sejak SMA dulu bahkan keluarga keduanya sudah saling mengenal.
"Lo ada masalah Ge."
"Masalah?" Ucap Gevan bingung.
"Gue udah kenal Lo lama, dan muka Lo gak bisa bohong."
Gevan menghela napasnya dan meletakkan helm miliknya di atas motor.
"Gue hampir nabrak orang."
"APA.! Terus."
"Tapi gue langsung ngerem."
Alvar menghela nafasnya, dia sudah panik jika memang Gevan benar-benar menabrak seseorang walaupun tidak akan mungkin Gevan kena masalah karena status orangtuanya.
"Dia cewek dan gue lihat dia nangis."
"Tunggu, Lo belum nabrak dia apa Lo tabrak sih."
"Belum"
"Terus kenapa dia nangis, Lo gak marahin dia kan Van."
Gevan menatap tajam Alvar.
Bisa-bisanya dia berpikir dia memarahi cewek itu.
"Sorry, terus kenapa dia sampai nangis padahal gak sampai ketabrak?"
Gevan mengangkat bahunya.
"Terus Lo mikirin apa?"
Gevan mengernyit.
"Lo kayaknya kurang tidur deh Van, kita balik deh." Ucap Alvar menyambar helm nya dan mulai menyalakan motor begitu pun dengan Gevan.
Mereka berjalan beriringan hingga berpisah di sebuah ujung jalan karena rumah mereka yang memang beda.
Gevan melajukan motor hingga berhenti di depan sebuah rumah di kawasan Elit bahkan semua gerbang menjulang tingga di sana.
"Pak, tolong buka gerbangnya."
"Siap Den Gevan."
"Makasih Pa."
"Sama-sama Den."
Setelah memarkirkan motornya, Gevan masuk ke dalam rumah yang sudah gelap.
Semua orang pasti sudah beristirahat, sama dengannya yang langsung menuju kamar.
Ceklek.!
Pintu kamar terbuka, Gevan menyalakan lampu kamarnya dan melepas jaket.
bukan berjalan untuk istirahat, namun Gevan malah berjalan menuju balkon kamarnya.
Menatap langit malam yang begitu terang dan juga indah. banyak bintang yang menerangi.
Lantas, Gevan mengambil bungkus rokok di dalam aku celananya.
Dia menyelipkan di tengah-tengah jari tangan dan mulai mematiknya.
Gevan memang perokok, namun dia bukan perokok aktif dan hanya sesekali saja dia akan merokok di saat pikirannya sedang kacau.
Sebenarnya, Bukan karena dia hampir menabrak seorang gadis. Melainkan Gevan teringat dengan mendiang Mamahnya yang sudah lebih dulu meninggalkan mereka setelah berjuang melahirkan adik perempuannya.
Gevan anak pertama dari pasangan Almer Elkasih bersama Rina Hapsari.
Di saat usianya 16 tahun sebuah insiden membuatnya harus kehilangan dua orang sekaligus.
Rina meninggal saat berjuang melahirkan putri kedua mereka. Pendarahan yang cukup parah membuat mereka tidak bisa di selamatkan bahkan sang adik meninggal dalam kandungan Rina hingga membuat Gevan terpukul.
Dia yang begitu antusiasnya untuk memiliki seorang adik, namun harus berakhir mengikhlaskan kehilangan mereka.
Walaupun kejadian itu sudah lewat 3 tahun namun tetap saja Gevan merasa sedih jika kembali teringat dengan kejadian itu.
Gevan mengusap wajahnya.
Dia membuang rokok yang baru sebagian dia hisap. Dia lantas membuangnya dan kembali masuk ke dalam kamar.
Berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya serta Menganti pakaiannya.
Gevan termasuk laki-laki yang gila kebersihan, bahkan dia pasti akan selalu mengganti pakaiannya setelah keluar rumah.
Seperti saat ini, dia sudah berganti dengan celana cinos pendek dan juga kaos oblong hitamnya.
Merebahkan tubuhnya di atas ranjang king size, matanya menatap langit-langit kamar yang bernuansa abu-abu.
Setelah cukup lama, matanya mulai berat dan dia pun mulai memejamkan matanya hingga tanpa sadar akhirnya dia pun terlelap.
semangat untuk karya novel lainya dan ehem jangan Lupa thor EXTRA PARTNYA YAA